Mindset Belajar Bahasa Arab Sulit Harus Dihilangkan

Dalam praktik belajar bahasa Arab, banyak mahasiswa yang memandang bahasa Arab lebih sulit daripada bahasa asing lainnya. Mindset ini yang mendasari proses belajar bahasa Arab semakin sulit. Sehingga mindset ini harus dihilangkan sejak awal belajar.

Hal tersebut disampaikan oleh promofendus, Ahmad Fauzi, M.A., dalam Sidang Promosi Doktor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana lantai 4 pada Sabtu (24/09). Promofendus menyampaikan disertasi yang berjudul “Aspek Psikologis dan Metodologis dalam Pengajaran Bahasa Arab di IAIN Surakarta.”

Ahmad menyebutkan bahwa sesuai penelitiannya terhadap mahasiswa IAIN Surakarta, ada perbedaan ketika mahasiswa belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. “Waktu belajar bahasa Inggris, keinginannya kuat. Sedangkan waktu belajar bahasa Arab, tidak ada keinginan untuk belaja bahasa Arab. Padahal bahasa Arab tidak susah, tetapi metodologi mengajarnya yang harus diperbaiki,” ujar Ahmad.

Kesulitan belajar bahasa Arab dinilai Ahmad dipengaruhi oleh sisi metodologis dan psikologis. Sisi metodologis merupakan cara mengajar bahasa Arab yang dinilai Ahmad, bahwa sistem yang diberlakukan guru di Indonesia masih kurang efektif. “Saat mahasiswa belajar bahasa Arab, seharusnya dimulai dengan listening atau mendengarkan. Bukan dengan menulis dan mengeja kata. Karena prinsipnya sama dengan bayi yang baru mau belajar bicara. Mereka mendengarkan orang lain bicara dulu, baru memulai belajar,” jelas Ahmad.

Kesalahan dalam metodologi lainnya adalah cara guru menyalahkan mahasiswa yang masih belajar. Ahmad mengungkapkan bahwa guru di Indonesia cenderung menyalahkan mahasiswa ketika berbicara atau mempraktikkan bahasa yang baru saja mereka pelajari. “Berdasarkan pengalaman kuliah saya di Sudan, ketika saya salah berbicara, guru tidak menyalahkan saya dan membiarkan saya melanjutkan perkataan saya. Terkadang dengan menyalahkan mahasiswa, akan dapat mempengaruhi mental belajar mahasiswa tersebut,” tutur Ahmad.

Sedangkan dari sisi psikologis, permasalahan berasal dari mental mahasiswa sendiri. Mahasiswa yang menerapkan mindset belajar bahasa Arab susah, akan cenderung mengalami kesulitan saat proses belajar. “Oleh karenanya, dosen atau pengajar bahasa Arab harus dapat membawa suasana mahasiswa. Kita harus membuat susana yang menyenangkan sehingga mahasiswa tidak bosan,” jelas Ahmad.

Dengan begitu, permasalahan psikologis juga memiliki kaitan dengan permasalahan metodologis dalam pembelajaran bahasa Arab. Pada intinya, pengajar harus dapat menumbuhkan mental senang belajar bahasa bagi mahasiswa, dengan metode mengajar yang variatif dan inovatif. Dalam Sidang Prmosi Doktor ini, Ahmad Fauzi dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan. (Deansa)

Sumber : www.umy.ac.id

Setahun Berdiri, Prodi Bahasa Arab Perkuat Kemitraan Internasional

Sebagai program studi (Prodi) yang baru membuka pendaftaran mahasiswa tahun lalu, yaitu tahun ajaran 2014-2015, Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki kualitas yang dapat diandalkan untuk bersaing. Hal itu terlihat dari kompetensi tenaga pengajar serta banyaknya kerjasama internasional yang dimiliki Prodi ini.

Ketua Prodi PBA, Ahmad Fatoni Lc MAg bahkan mengatakan, cikal bakal berdirinya Prodi ini sangat kuat, di antara terbukti dengan telah didirikannya Laboratorium Bahasa Arab sejak tahun 1998. Sejak tahun itu pula setiap mahasiswa baru Fakultas Agama Islam (FAI) diharuskan menempuh pendidikan bahasa Arab selama setahun.

“Pendidikan itu ditempuh pada semester satu dan semester dua. Mereka juga mendapat sertifikat kelulusan setelah itu. Ya setara D1 lah,” terang dosen yang menempuh studi sarjananya di International Islamic University of Islamabad Pakistan ini.

Sejak tahun 1998 pula, Lab Bahasa Arab telah memiliki pengajar native speaker dari Akademi al-Haramain Arab Saudi atas kerjasamanya dengan Pemerintah Arab Saudi dan Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia. Selain kerjasama dengan pihak pemerintah Arab Saudi, UMM juga telah memiliki kerjasama dengan sejumlah universitas, yayasan serta instansi di Arab Saudi yang selanjutnya memiliki dampak nyata bagi kualitas PBA UMM.

Beberapa kerjasama itu di antaranya dengan Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University Riyadh untuk penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Qassim University untuk studi sejarah nabi, serta yayasan al-Muassasah al-Islamiyah Riyadh dan lembaga al-Arabiyyah lil Jami’ untuk dakwah dan pelatihan Bahasa Arab.

Saat ini, Prodi PBA memiliki enam dosen tetap, ditambah sejumlah dosen luar biasa dan staf pengajar native speaker dari Arab Saudi. “Kebanyakan dosennya memang pakar bahasa Arab, jadi dari segi staf pengajar sudah sangat mumpuni,” kata Fatoni.

Di tahun pertamanya, ada sebelas mahasiswa yang menempuh Prodi ini. Menariknya, jika kebanyakan Prodi PBA diikuti mahasiswa yang pandai berbahasa Arab atau lulusan pesantren, maka hal itu berbanding terbalik dengan PBA UMM. “Mahasiswa PBA di sini kebanyakan dari sekolah umum dan memang ingin belajar bahasa Arab di UMM,” ungkap Fatoni.

Meskipun baru, Prodi yang didirikan atas inisiasi kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) UMM Dr Abdul Haris MA ini telah memiliki sejumlah rencana yang matang untuk pengembangan. Dalam waktu dekat, Prodi PBA UMM akan menggelar seminar bahasa Arab berskala internasional. Selain itu, studi banding dosen ke luar negeri pun akan ditingkatkan.

Prodi PBA juga tengah mengembangkan kampung Arab yang di daerah Margo Joyo, Dau, Kabupaten Malang. Di kampung Arab ini, mahasiswa diminta mentradisikan pengunaan bahasa arab sebagai percakapan sehari-hari.

Dengan adanya Prodi PBA, maka UMM kini telah memiliki tiga prodi pendidikan bahasa. Selain bahasa Arab, Prodi Pendidikan Bahasa yang sebelumnya telah terlebih dahulu ada di UMM yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pendidikan Bahasa Inggris. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID