Peringkat Unirank

Tiga PT Muhammadiyah Masuk 20 Besar Universitas Populer di Indonesia

Tiga Perguruan Tinggi Muhammadiyah menempati Peringkat 20 Besar Universitas paling populer di Indonesia tahun 2019 versi UniRank. PTM yang menempati posisi tersebut yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan di susul Universitas Muhammadiyah Malang yang masing-masing berada di posisi ke-12,ke-18, dan ke-19.

Prof Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah memberikan selamat dan apresiasi atas prestasi yang di raih. “Alhamdulillah, UMS, UMY, UMM sudah berada pada posisi yang membanggakan,” paparnya melalui Whatsapp.

Dua syarat perguruan tinggi dapat masuk seleksi yaitu pertama perguruan tinggi telah memperoleh akreditasi dari lembaga yang sah di negara bersangkutan. Kedua, perguruan tinggi diwajibkan memiliki program S-1 dan program Pascasarjana serta menerapkan perkuliahan tatap muka.

Unirank menjelaskan, pemeringkatan yang dibuat berasal dari sumber web independen dan bersifat valid. Mereka menegaskan, hasil survey bukan data dari universitas dan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.

Produk Buatan Mahasiswa UM Yogyakarta Digunakan oleh Perusahaan Kaos

M. IqbM. Iqbal Nur Fahmi, mahasiswa Teknik Mesin UMY, berhasil mendesain sebuah alat pelipat baju dengan pengontrol sistem elektro pneumatik dan Programmable Logic Controller (PLC), untuk industri konveksi. Alat tersebut kemudian digunakan oleh salah satu perusahaan kaos di Jogja yakni Inteeshirt.

Saat diwawancarai pada Senin (17/10), Iqbal mengungkapkan bahwa pengerjaan desain alat tersebut sudah dimulai sejak bulan November 2015. Desain alat tersebut Iqbal kerjakan sendiri, dengan dibimbing oleh dua dosen Teknik Mesin UMY yakni, Wahyudi, S.T., M.T., dan Bambang Riyanta, S.T., M.T.

Mahasiswa angkatan 2012 tersebut menceritakan pada awalnya ia melihat perusahaan kaos Inteeshirt mempunyai kendala dalam pelipatan baju setelah diproduksi. “Selama ini pelipatan baju di Inteeshirt dikerjaan secara manual menggunakan tenaga manusia, yakni oleh dua orang karyawan saja. Dalam satu hari, mereka hanya mampu melipat baju sebanyak 750 buah selama 8 jam kerja, dengan alat bantu kertas karton,” jelas Iqbal.

Iqbal menambahkan bahwa mesin pelipat baju sebenarnya sudah diproduksi di luar negeri. Namun, harga mesin dan biaya impor yang mahal, menjadikan pelaku industri konveksi dalam negeri enggan untuk membeli mesin pelipat baju buatan luar negeri.

“Oleh karenanya, saya berinovasi membuat mesin dengan biaya yang jauh lebih murah, namun hasilnya juga tetap bagus. Dalam waktu yang sama, yakni sehari dengan 8 jam kerja, mesin pelipat baju ini bisa menyelesaikan kurang lebih 1.152 baju. Dengan demikian, total efisiensi sebanyak 60%, dan menghemat biaya kurang lebih 100.548 rupiah,” jelas Iqbal.

Proses pengerjaan alat pelipat baju ini dilakukan di tempat workshop Inteeshirt, dengan Iqbal sebagai desainer dan dibantu oleh dua orang karyawan Inteeshirt dalam pengerjaannya. Pembuatan alat ini menghabiskan dana sebesar Rp 22.280.000, yang semuanya didanai oleh perusahaan Inteeshirt. Alat pelipat baju sendiri sudah diuji cobakan langsung oleh pemilik (owner) Inteeshirt sendiri dan akan mulai difungsikan pada akhir tahun 2016 mendatang.

Meski dengan dibuatnya mesin ini, Iqbal menerangkan, bukan berarti akan mengurangi pekerjaan karyawan yang ada sebelumnya. “Sebelumnya ada dua karyawan di bagian pelipatan baju. Kedepannya, satu karyawan akan menjadi operator mesin, sedangkan satu orang lainnya sebagai inspeksi hasil akhir produk,” ujar Iqbal.

Kedepannya Iqbal berharap akan berusaha mendapatkan sertifikasi HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) atas alat yang sudah dibuatnya tersebut. “Selain mendapatkan HAKI, semoga alat pelipat baju ini kedepannya bisa diproduksi secara massal juga,” tutup Iqbal.al N.

Sumber : www.umy.ac.id

Pekan Budaya Masuk Kampus sebagai Wujud dari Konsep Budaya 3K

Pekan Budaya Masuk Kampus (PBMK) yang akan digelar mulai Selasa (11/10) hingga Jum’at (14/10) resmi dibuka pada Selasa malam (11/10) di pelataran Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. PBMK sendiri dinilai sebagai oportuniti bagus untuk melestarikan budaya di Yogyakarta, sebagai wujud dari konsep budaya 3K.

Pemaparan tersebut yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY, Umar Priyono saat membuka PBMK. Konsep budaya 3K sendiri merupakan Kraton, Kampung dan Kampus, dimana kebudayaan yang ada di Yogyakarta harus mampu meliputi ketiga aspek tersebut. Dengan begitu, kebudayaan di Yogyakarta diupayakan dapat memberikan elemen ke seluruh lapisan masyarakat Yogyakarta.

Umar melihat potensi budaya di DIY sangat luar biasa. “Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya komunitas-komunitas budaya yang dibentuk oleh masyarakat. Seperti contohnya Ikatan Mahasiswa yang ada di DIY yang membentuk kegiatan bernama Selendang Sutra,” jelas Umar.

Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY tersebut juga berharap besar pada peran kampus dalam melestarikan budaya di Yogyakarta. “Kampus sebagai sebuah institusi selalu dinilai sebagai agent of change. Selain sebagai agent of change, maka harusnya kampus juga dapat menjadi agent of culture,” harap Umar.

Selain itu Umar juga berharap Yogyakarta harus selalu pro-culture. Karena dengan meningkatkan kegiatan kebudayaan, juga akan berimbas pada peningkatan pariwisata di Yogyakarta yang lebih baik.

Senada dengan Umar, Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, M.A. menyampaikan bahwa PBMK dapat mempengaruhi citra kota Yogyakarta. “Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat lembut dan tidak kelihatan, tetapi kita butuhkan. Mudah-mudahan dengan adanya PBMK ini, kita bisa menjadikan kota ini tidak hanya sebagai kota pelajar saja, namun juga bisa menjadi kota budaya yang inovatif dan kreatif dengan seni,” ungkap Bambang.

Bambang menambahkan agar merambahnya budaya tidak hanya di Kota Jogja saja, tetapi juga dapat menyebar ke kota lain di DI Yogyakarta seperti Bantul, Sleman dan lainnya. Dan dengan diselenggarakannya PBMK di UMY, Bambang berharap akan memberikan manfaat bagi mahasiswa UMY.

“Dengan adanya kegiatan Pekan Budaya Masuk Kampus, mahasiswa jadi dapat melihat langsung pelaku seni, dan menyaksikan budaya adi luhung yang tampil modern dan mengesankan. Karena yang ditampilkan juga bukan hanya budaya lokal saja, namun juga ada budaya asing, dan empat hari ke depan juga masih banyak kejutan-kejutan penampilan lainnya,” ujar Bambang.

PBMK yang digelar di UMY selama empat hari ini juga terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Selain itu, kegiatan kebudayaan yang akan digelar dalam acara PBMK ini seperti Festival Dolanan Anak, Lomba Kethoprak Ringkes Anak-anak se-DIY, Panggung Gamelan Anak, Pentas Seni-Budaya Nusantara, Tarian Nusantara, Musik Etnik Nusantara, Workshop, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan, serta One Night Jazz.

Sumber : www.umy.ac.id

LTC Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Hadirkan Kelas Italia Gratis Bagi Mahasiswa UMY

Language Training Centre (LTC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam kurun waktu satu tahun mendatang, menghadirkan kelas Bahasa Italia secara gratis. Kelas yang dikhususkan bagi mahasiswa maupun mahasiswi UMY tersebut akan dibimbing langsung oleh warga kebangsaan Italia, Daniele Santucci. Selain kelas Bahasa, LTC turut menghadirkan kursus memasak makanan Italia yang langsung dibimbing oleh Daniele. Dengan adanya kelas gratis tersebut, sebagai bentuk pengenalan Bahasa dan budaya italia, sehingga para mahasiswa lebih terbuka wawasannya dan bisa lebih berpikir secara fleksibel.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Noor Qomaria Agustina, S.Pd., M.Hum saat memberikan sambutan pada acara presentasi kelas Bahasa dan budaya Italia, Selasa (11/10) di Mini Teater LTC, Gedung D lantai 4 UMY. “Untuk pengenalan Bahasa dan budaya Italia, kami mencoba mencari peluang dengan menghadirkan warga asli Italia untuk mengajar di LTC. Dan ini menjadi kesempatan bagi para mahasiswa dan mahasiswi UMY untuk terus belajar bahasa asing. Biasanya untuk mencari beasiswa maupun peluang kerja, banyak yang tertuju kepada negara-negara yang tidak asing lagi, seperti Amerika. Padahal Negara Italia memiliki banyak peluang dan beasiswa untuk kuliah lanjutan,” paparnya.

Kepala LTC UMY yang biasa disapa Ari tersebut mengatakan lebih lanjut bahwa kelas gratis tersebut akan rutin diadakan selama 2 kali sepekan, dengan durasi setiap pertemuan 90 menit. Meskipun tidak dipungut biaya, sebagai bentuk komitmen pihak LTC yang bekerjasama dengan SAC (Self Access Center) tersebut, peserta diharuskan membayar uang muka yang telah ditentukan. “Program ini memang gratis, hanya saja sebagai bentuk komitmen dalam kursus ini peserta membayar deposit dengan nominal yang telah ditentukan. Setelah program selesai, deposit tersebut akan dikembalikan kepada peserta,” jelas Ari.

Sementara itu, Daniele Santucci selaku pembicara inti dalam acara tersebut mengatakan bahwa Bahasa Italia merupakan bahasa yang telah bersertifikat C.I.L.S (Certuficatione di Italiano Come Lingua Straniera) yang diakui di seluruh dunia oleh berbagai lembaga pendidikan dan perusahaan. “Italia telah memiliki C.I.L.S sebagai standar untuk menunjukkan tingkat kemampuan Bahasa Italia sebagai bahasa asing yang diakui dunia. Sertifikat ini ditujukan bagi siapapun yang mau belajar, bekerja, maupun sebagai bukti keahlian berbahasa Italia, serta sebagai bukti bagi siapapun yang akan melanjutkan studi di salah satu universitas di Italia,” ujarnya.

Daniele menambahkan, dalam kompetensi Bahasa Italia bagi yang ingin melanjutkan studi maupun mencari peluang kerja, Daniele menyebutkan bahwa terdapat enam level dalam uji kompetensi. Keenam level tersebut yaitu CILS A1, CILS A2, CILS UNO-B1, CILS DUE-B2, CILS TRE-C1, CILS QUATTRO-C2. “Dalam tingkatan level bagi yang ingin bekerja ke Italia, harus memenuhi kompetensi level A2. Sedangkan bagi yang ingin melanjutkan studi ke salah satu universitas di Italia, harus memenuhi kompetensi level B2,” tambahnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Industri Rumah Tangga Beri Ketahanan Krisis Ekonomi

Saat krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 1997 lalu, sebagian besar kelompok industri rumah tangga mampu bertahan, sementara industri menengah dan besar justru banyak yang gulung tikar. Hal ini karena keberlangsungan hidup keluarga pelaku industri ini sebagian besar tergantung dari usaha yang dikelola tersebut. Pernyataan ini merupakan paparan dari dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Ir. Triwara Buddhi Satyarini. MP saat memberikan penjelasan dalam diskusi publik, Sabtu (8/10) di AR Fachruddin A lantai 5 UMY.

Dalam pemaparannya, Dr. Triwara menyampaikan bahwa kelompok industri rumah tangga bisa menjadi salah satu solusi dalam menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, industri yang mampu bertahan ketika terjadi krisis ekonomi yaitu industri pengolahan. Pada kelompok industri ini mereka mengandalkan hasil pertanian sebagai bahan baku produk, baik yang harus diimpor maupun berupa hasil pertanian lokal. “Pada dasarnya dalam industri pengolahan ini, para pelaku industri melakukan kegiatan dengan mengubah suatu bahan dasar secara mekanis, kimia, maupun dengan tangan langsung sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi. Dengan ini maka barang yang diolah tersebut dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,” paparnya.

Di sisi lain, Dr. Triwara melanjutkan, meskipun industri rumah tangga mampu bertahan di saat terjadinya krisis ekonomi, namun rata-rata industri rumah tangga tidak bisa mengelola usahanya dengan baik. “Mengelola usaha merupakan salah satu pengetahuan umum yang harus dikuasai oleh seorang pelaku usaha. Manajemen yang baik adalah kunci kesuksesan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai manajer harus mampu merencanakan pekerjaannya, mengatur pegawainya dan sumber daya lainnya untuk mendukung pekerjaan, mengarahkan pegawai, dan mengendalikan serta mengevaluasi pekerjaan. Selain itu juga pelaku industri tersebut harus diberi pendampingan,”ujarnya.

Sementara itu Dr. Ir. Gatot Supangkat. MP salah satu pembicara pada diskusi publik tersebut mengatakan bahwa industri rumah tangga yang mengandalkan hasil pertanian, pemerintah perlu memberikan dukungan dalam regenerasi petani. Jika program ini berhasil, maka akan menanggulangi kemiskinan pertanian. “Upaya untuk mencapai kecukupan pangan dan bahkan swasembada pangan telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pembuatan varietas padi unggul baru. Namun kenyataan di lapangan, jumlah varietas yang berkembang di petani tidak banyak. Penyebab minimnya jumlah varietas padi yang berkembang di lapangan antara lain faktor geofisik, teknologi, budaya petani, dan kebijakan,” jelas dosen agroteknologi UMY tersebut.

Dalam hal tersebut, Dr. Gatot mengatakan bahwa untuk menjaga keberlanjutan varietas atau usaha tani, maka diperlukan kebijakan kemandirian petani melalui penyediaan benih, pembuatan varietas baru dan penyediaan pupuk organik sendiri. “Untuk membangun kemandirian petani, fasilitas pemerintah harus diarahkan sepenuhnya langsung kepada petani, bukan kepada perusahaan negara. Permasalahan utama keberlanjutan usaha tani yakni ketersediaan benih. Oleh karena itu, maka sebaiknya perlu ditumbuhkan kemandirian petani dalam pengembangan perbenihan dan pembuatan varietas baru tanaman,” tutupnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Migas Harus Dikuasai Negara Untuk Sejahterakan Rakyat

Migas (minyak dan gas) merupakan Sumber Daya Alam strategis dan merupakan komoditas vital yang menguasai hidup orang banyak. Sektor migas juga mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, sehingga sektor tersebut harus dikuasai oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Sulistiowati, Dosen Hukum UGM, dalam Focus Group Discussion (FGD) Menemukan Desain Konstitusional Tata Kelola Migas, di Ruang Sidang Hukum gedung E lantai 3, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (8/10). Agenda FGD tersebut merupakan kerjasama Fakultas Hukum UMY, Pusat Studi Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat UMY, dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam pemaparannya Sulis juga menyampaikan bahwa industri sektor migas sangatlah vital sehingga pengelolaan terhadapnya pun harus maksimal. “Karena industri ini sangat vital, maka harapannya pengembangan industri bisa untuk pembangunan nasional. Oleh karena itu pengelolaannya oleh pemerintah harus maksimal,” jelas Sulis.

Dalam penjelasannya, Sulis juga menerangkan dua fase tahapan pengelolaan migas, yakni fase upstream (hulu) dan fase downstream (hilir). “Tahap upstream merupakan tahap eksplorasi, dan menggali. Mencari dimana lokasi-lokasi yang terdapat minyaknya. Kalau ada minyaknya, baru dilifting atau diangkat. Setelah itu delivery, diangkut dengan shipping dengan kapal,” jelas Sulis.

Proses pengangkatan minyak yang pertama kali, disebut Sulis sebagai First Step Petrolium. “First Step Petrolium itu yang harus digunakan untuk konsumsi domestik. Istilahnya Domestic Market Obligation (DMO), atau kewajiban untuk mensupply pasar-pasar domestik. Baru kalau sudah memenuhi kebutuhan domestik dan ada sisa, itu akan di ekspor,” jelas Sulis.

Dalam putusan MK No.36/PUU-X/2012 dijelaskan bahwa penguasaan migas dimaknai dalam lima hal. Pertama mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua fungsi pengaturan oleh negara (regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemeritnah dan regulasi oleh Pemerintah. Ketiga, fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh Negara dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).

“Sedangkan makna keempat adalah fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau sebagai instrumen kelembagaan yang melaluinya negara, lebih spesifik lagi pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber kekayaan. Kelima, fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh negara, atau pemerintah, dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas sumber-sumber kekayaan dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat,” tutup Sulis.

Ketua pusat studi hukum dan kesejahteraan masyarakat, Fakultas Hukum UMY, Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, SH., M.Hum., menjelaskan tujuan dari diadakannya FGD tersebut oleh Pusat Studi Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat FH UMY.

“Diskusi ini diadakan berdasarkan pada fakta-fakta normatif dimana semua bangsa membangun negara untuk menciptakan kesejahteraan. Maka siapa yang bertanggung jawab? Ekonomi, politik, atau hukum? Dari Hipotesis ini kami adakan FGD ini untuk mengkritisi dan menganalisis regulasi apakah punya dampak pada kesejahteraan sosial,” jelas Mukti.

Sumber : www.umy.ac.id

Alumnus FAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Kenalkan Semangat Juang Jenderal Sudirman

Alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI – UMY), Dhiyah Wahyu Pawestri mendapat kesempatan untuk mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. Kesempatan tersebut didapatkannya saat menjadi salah satu peserta dalam acara Karnaval Selendang Sutera, yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY (Disbud DIY) bersama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD), pada Kamis (6/10).

Dalam karnaval yang diikuti oleh 18 kelompok di sepanjang Jalan Malioboro ini, Dhiyah ikut serta menjadi peserta karnaval dari Ikatan Duta Museum DIY 2016. Dalam kesempatannya ini Dhiyah juga mengenakan seragam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Menurutnya, dengan mengenakan seragam Hizbul Wathan itulah dirinya bisa mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. “Selain itu, dengan menggunakan seragam HW ini harapannya dapat menumbuhkan semangat kepanduan dan perjuangan pada diri generasi muda masa kini,” ujarnya.

Dhiyah juga mengutip salah satu kata bijak yang pernah dilontarkan oleh Jenderal Sudirman, yakni “Ragu-ragu atau bimbang, lebih baik pulang”. “Artinya, kita sebagai generasi muda, hendaknya ketika telah memilih atau memantapkan suatu hal, maka harus menentukan dan memutuskannya secara tegas. Dan jika kita sudah memilih hal itu, maka harus dilakukan dengan ikhlas, konsisten dan menyelesaikannya secara tuntas dan bertanggungjawab,” terang alumnus yang juga pernah aktif dalam UKM Drum Corps UMY ini lagi.

Adapun kegiatan karnaval ini merupakan kegiatan rutin Disbud DIY dalam rangka mempercepat proses akulturasi mahasiswa luar daerah dengan masyarakat di Yogyakarta. Selain itu, karnaval ini juga diselenggarakan dalam rangka memeringati Hari Nasional Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober.

Sumber : www.umy.ac.id

Diplomat Dituntut Juga Berperan Sebagai Marketer

Seorang Diplomat disamping berperan dalam bidang politik sebagai representasi negara di luar negeri, juga dituntut sebagai sales atau marketer bagi negara tersebut. Hal ini dikarenakan diplomat merupakan garda terdepan atau ujung tombak dalam melakukan penetrasi pasar, mengundang turis asing dan promosi investasi. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yaitu Diplomasi Ekonomi harus memberi manfaat nyata bagi rakyat dan mengacu kepada kepentingan rakyat secara riil.

Di sisi lain, sektor pariwisata juga erat hubungannya dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Karena itu, seorang diplomat juga harus bisa merefleksikan keadaan di negaranya ketika berada di luar negeri. Tidak semata-mata berkata manis dan berkata negaranya aman-aman saja, namun juga harus berkata jujur dalam memberikan informasi dengan cara-cara yang baik.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Bambang Susanto, M.A, Sekretaris Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam kuliah umum bagi mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bertajuk “Membumikan Politik Luar Negeri Bagi Kepentingan Rakyat” di Ruang Sidang Amphi Theater lt.4 Gedung Pasca Sarjana UMY Kamis (6/10). Kuliah umum ini terlaksana berkat kerjasama Program Studi Hubungan Internasional UMY dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

“Berbicara masalah diplomasi, teringat sebuah lelucon dalam kalangan umum, diplomat adalah orang yang jujur sebaik-baiknya untuk ditempatkan di luar negeri untuk berbohong. Padahal tidak seperti itu adanya. Jaman sekarang tidak mungkin diplomat berbohong, karena arus globalisasi telah merambat dengan cepat, orang bisa tahu keadaan suatu negara dengan cepat. Bukan seperti itu yang terjadi, seorang diplomat harus jujur dan memberikan informasi dengan cara-cara yang baik,” paparnya.

Seorang Diplomat menurutnya tidak melulu orang yang berpenampilan rapi atau pejabat-pejabat dalam negeri, namun juga TKI dan TKW kita yang ada di luar negeri. “Mereka juga termasuk duta bangsa di luar negeri. Mereka pahlawan devisa kita. Mereka juga berperan dalam menampilkan keunggulan kita. Oleh karena itu, sering mereka tampil dalam acara-acar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), mereka juga menampilkan kebudayaan Indonesia seperti tari, dan beberapa kesenian,” ceritanya.

Kebijakan Luar Negeri yang dirumuskan oleh Kementerian Luar Negeri mencakup seluruh bidang di dalam negeri. Oleh karena itu, proses di dalam negeri mempengaruhi kebijakan luar negeri. “Proses yang terjadi di dalam negeri sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri. Aspek-aspek dinamika politik, ekonomi, budaya harus ditangkap untuk menjadi usulan kebijakan luar negeri bagi Kemenlu,” tutur Bambang.

Menurutnya Politik Luar Negeri memang seharusnya berpihak pada kepentingan rakyat. “Kebijakan luar negeri harus lebih tepat sasaran. Hal ini karena sekarang ini, Indonesia seperti mengayuh di dua karang. Masalah yang dihadapi lebih besar. Sudah bukan karang lagi namun batu yang kita kayuh. Ini juga merupakan tantangan bagi kami untuk merumuskan kebijakan luar negeri,”paparnya.

Dalam hal ekonomi misalnya, Bambang melihat Benua Afrika sebagai “The future continental” bagi Indonesia. “Dalam hal kebutuhan pasar, Benua Afrika bisa sangat menguntungkan bagi Indonesia. Kita punya Jalan Soekarno di Maroko, Buah mangga “Soekarno” di Mesir, bahkan ada Ikan “Soekarno” di Irak. Kita punya kedekatan sejarah yang panjang di Afrika, tapi kita belum melakukan apa-apa,”kritiknya. (bagas)

Sumber : www.umy.ac.id

Pekan Budaya Masuk Kampus Harus Berikan Ruang Bagi Anak Muda

PBMK atau Pekan Budaya Masuk Kampus harus memberikan ruang bagi anak muda. Dengan melibatkan anak muda ini maka PBMK memberikan ruang untuk berekspresi, terutama bagi anak muda yang belum mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan bakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Pakualam IX kepada panitia PBMK saat memberikan arahan di Kantor Wakil Gubernur Komplek Kepatihan DIY.

“Kegiatan ini perlu diperhatikan, bagaimana memberi ruang kepada anak muda yang masih belum ada saluran yang menarik untuk mereka. Dengan memberikan ruang ini akan membentuk karakter secara langsung kepada anak-anak muda, namun tentunya harus sesuai dengan standar dan passion yang dimiliki. Banyak anak muda saat ini yang bingung menyalurkan bakatnya. Kegiatan semacam ini harus memberikan ruang kepada anak muda, terutama bagi mereka yang belum terkenal,” paparnya dalam audiensi panitia PBMK, Kamis (06/10).

Terkait kegiatan PBMK yang akan dilaksanakan pada 11 hingga 14 Oktober 2016 mendatang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Wakil Gubernur DIY memberikan apresiasi atas gagasan PBMK yang melibatkan mahasiswa di Yogyakarta. “Pada jaman sekarang ini, anak muda lebih banyak menguasai hardskill daripada softskillnya. Hardskill sangat luar biasa, namun softskill sangat kering. Keringnya softskill ini juga akibat dari kerusakan sistematis pada orang tuanya. Orang tua lebih banyak menekankan pada keahlian akademik daripada bakat yang dimiliki anak. Saya setuju adanya acara ini yang lebih menekankan pada softskill,” ujarnya.

Kegiatan PBMK yang nantinya melibatkan 65 kelompok kesenian hingga hampir 1000 orang pementas mulai dari anak-anak hingga dewasa, Wagub berpesan supaya acara pekan budaya tersebut memberikan manfaat kepada pementas maupun penonton yang hadir. “Kegiatan nanti jangan hanya terfokus kepada kegiatan saja, namun juga bagaimana mencerdaskan audiensi, seperti bagaimana bertindak sopan saat acara berlangsung. Selain itu harapannya kegiatan ini memiliki identitas yang terstandar,” harapnya.

Sementara itu ketua pelaksana, Puji Qomariyah. S.Sos., M.Si mengatakan bahwa tema besar yang diangkat pada tahun ini adalah “Among Budaya Among” dengan mengambil sub-tema “Diaspora Oschestra,” yang akan mementaskan Pentas Seni Budaya Nusantara. “PBMK ini mengajak mahasiswa di Yogyakarta yang berkegiatan teater dan seni pertunjukan untuk melakukan sebuah kegiatan donasi budaya melalui kampus sebagai salah satu pusat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan,” jelasnya kepada Wagub DIY.

Puji menyebutkan, PBMK 2016 ini akan mementaskan seni pertunjukkan, tari – sendratari, sebanyak 25 grup dan 4 festival dolanan anak. Selain itu juga turut menampilkan panggung musik nusantara yang diisi musik etnik nusantara sebanyak 5 grup penampil, panggung gamelan anak sebanyak 3 penampil, One Night Jazz sebanyak 7 grup, lomba ketoprak anak III sebanyak 11 grup, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan sebanyak 7 grup, serta workshop dan bazar.

“Dengan keterlibatan banyak pihak diharapkan bisa menumbuhkan semangat gumregah, sawiji, greget, sengguh. Ora mingkuh dalam menumbuhkembangkan budaya konstruktif melalui dialog multi arah di wilayah Yogyakarta khususnya, dan Indonesia pada lingkup lebih luas. Selain itu kegiatan ini salah satunya memberikan ruang bagi pengembangan ketoprak sebagai salah satu pertunjukkan seni tradisi dan teater rakyat, serta pelestarian pengembangan adat yang melengkapi pengembangan tradisi yang sudah berjalan,” harap Puji. (hv)

Sumber : www.umy.ac.id

Belajar Cara Kelola Jurnal, UNPAR Kunjungi UMY

Dalam rangka memperkuat kapasitas kelembagaan terkait tata pengelolaan jurnal, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung, belajar ke Lembaga Pengembangan Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Rabu (5/10). Dalam kunjungan tersebut diikuti oleh Kepala Jurusan administrasi publik, administrasi bisnis, kepala jurusan Hubungan Internasional, kepala pusat studi bisnis, serta kepala pusat studi Hubungan Internasional.

Kepala pusat studi Hubungan Internasional, Elisabeth Dewi, Ph.D mengatakan bahwa UMY telah memiliki jurnal terakreditasi yang jumlahnya cukup banyak. Sehingga pengelola jurnal di UNPAR ingin belajar lebih jauh bagaimana mengelola jurnal hingga mendapatkan pengakuan nasional bahkan internasional. “Dalam kunjungan ke UMY ini kami memiliki mimpi untuk memiliki jurnal terakreditasi. Maka kami memutuskan untuk berkunjung ke UMY yang telah memiliki beberapa jurnal yang telah terakreditasi. Sehingga kami ingin belajar hingga proses akreditasi,” papar dosen Fisipol UNPAR saat diwawancarai di sela-sela berlangsungnya kegiatan kunjungan tersebut.

Sementara itu kepala LP3M, Hilman Latief, Ph.D mengatakan bahwa UMY saat ini telah memiliki empat jurnal yang telah terakreditasi, seperti Jurnal Fakultas Agama Islam yang disebut jurnal Afkaruna, Jurnal GDP dan Jurnal Hubungan Internasional dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Jurnal Media Hukum. “Adanya jurnal yang telah terakreditasi yang dimiliki oleh UMY ini, maka mereka berkonsultasi ke UMY terkait bagaimana mengelola jurnal dan berbagai aspek yang perlu diketahui terkait pengelolaan jurnal itu sendiri,” ujar Hilman.

Hilman melanjutkan, dalam kunjungan tersebut terdapat beberapa aspek yang dibahas. Diantara aspek-aspek tersebut yaitu aspek kebijakan, teknis pengelolaan, serta bagaimana struktur kelembagaan. Dalam penyampaiannya, Hilman mengaku meskipun UMY telah memiliki 4 jurnal yang telah terakreditasi, namun ada hal yang masih belum diperhatikan terkait pengelolaan jurnal. “Di UMY sendiri belum terlalu kuat dari segi investasi dalam pengelolaan jurnal. Investasi ini masih kurang diperhatikan, dan ini menjadi salah satu agenda kami dalam pengelolaan jurnal kedepan,” tambahnya.

“Kami berharap pada tahun depan akan semakin banyak jurnal yang terakreditasi, karena jika semakin banyaknya jurnal yang terakreditasi, maka akan semakin banyak ruang yang lebih luas. Dan tentunya dapat bermanfaat kepada universitas-universitas lain yang mau belajar terkait tata kelola jurnal. Sehingga akan menjalin keakraban dan silaturahim,” harapnya. (hv)

Sumber : www.umy.ac.id