Mahasiswa UMM Gagas Alat Cuci Tangan Sensor Infrared

Kelompok 81 Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggagas alat cuci tangan dan hand sanitizer otomatis. Teknologi ini digunakan tanpa menyentuh peralatan mekanik dengan menggunakna bantuan teknologi Sensor Penghalang (Sensor Infrared). Inovasi ini diimplementasikan di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri.

Dijelaskan oleh Mohamad Al Fikih, anggota kelompok 81 PPM UMM selaku inisator, penggunaaan alat tersebut cukup dengan meletakkan tangan di bawah sensor kemudian air akan mengalir secara otomatis. Air juga berhenti otomatis ketika tangan dijauhkan dari sensor. “Kami serahkan satu unit alat ini secara gratis kepada Desa Balongjeruk dengan harapan agar alat cuci tangan ini dapat memberikan peningkatan kesadaran mencuci tangan contoh yang baik kepada masyarakat,” papar Habib selaku Koordinaro Desa kelompok 81 PMM UMM.

Safi’i selaku Kepala Desa Balongjeruk mengapresiasi inovasi alat cuci tangan ini. Safi’i berharap ke depannya penerapan alat ini dapat dilakukan di seluruh titik lingkungan Pelayanan Balai Desa Balongjeruk.

TI UMY Siapkan Mahasiswa dan Lulusannya Hadapi Teknologi Masa Depan

Perkembangan di dunia informasi dan teknologi tak dapat dipungkiri lagi selalu berjalan dengan sangat cepat. Teknologi-teknologi yang saat ini sedang tren dan dikatakan canggih di masa ini, belum tentu di masa depan teknologi tersebut juga menjadi tren dunia. Karena itulah, mahasiswa dan lulusan Teknologi Informasi pun harus selalu bersiap diri menghadapi lompatan besar teknologi di masa depan. Dan salah satu cara yang dilakukan oleh Program Studi TI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk menghadapi tantangan tersebut yakni, menyiapkan mahasiswanya sedini mungkin untuk belajar mengenai teknologi masa kini dan masa depan.

Demikian disampaikan Ketua Prodi TI UMY, Muhammad Helmi Zain Nuri, S.T., M.T., dalam acara Graduation Ceremony Information Technology Department Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan pada Rabu (1/4), di ruang Studium General Teknik UMY ini, merupakan acara pemberian sertifikat kepada 17 mahasiswa TI UMY yang telah menyelesaikan program pembelajaran TI di UMY bersama dengan NIIT, India. Adapun sertifikat tersebut diberikan secara langsung oleh Praves Kumar, selaku Ambasador dari NIIT India.

Menurut Helmi, kerjasama antara UMY dengan NIIT India tersebut memang dikhususkan pada prodi TI (Teknologi Informasi). Hal ini karena sesuai dengan program prodi TI UMY yang ingin menyiapkan mahasiswa dan lulusannya untuk menghadapi teknologi masa depan. “Kami punya tiga program besar yang sekaligus juga menjadi tantangan bagi kami, prodi TI. Pertama, menyiapkan mahasiswa dan lulusan TI UMY agar siap menghadapi teknologi yang belum ada di masa kini. Kedua, menyiapkan mereka untuk pekerjaan di bidang teknologi yang belum ada sekarang. Dan ketiga, menyiapkan mereka untuk bisa menyelesaikan masalah dalam bidang teknologi yang belum kita semua ketahui juga ke depannya akan seperti apa. Karena itulah, kerjasama antara TI UMY dengan NIIT India ini ada,” ujarnya.

Helmi juga mengatakan, kerjasama antara TI UMY dengan NIIT India tersebut berupa kerjasama kurikulum pembelajaran. Kurikulum pembelajaran yang dimiliki NIIT juga diajarkan di TI UMY. Materi-materi pelajaran yang diberikan pun sebagiannya juga berasal dari materi-materi yang diajarkan di NIIT. “Namun materinya inline dengan perkuliahan di sini. Jadi ketika mereka kuliah, mereka akan mendapatkan materi dari TI UMY sendiri juga materi khusus yang berasal dari NIIT. Kemudian untuk ujian materi dari NIITnya, mereka juga bisa melakukannya secara online, sehingga nilai yang didapat pun akan berasal dari dua institusi pendidikan ini,” ungkapnya.

Helmi melanjutkan, kerjasama yang telah dilakukan sejak tahun 2010 ini untuk memberikan nilai tambah bagi mahasiswa dan lulusannya. Selain agar mereka memiliki sertifikasi dari industri, NIIT, dan UMY, mereka juga akan mendapatkan gelar dari NIIT, yakni Diploma Software Engineering atau disingkat Dip. SE.

“Gelar Dip. SE tersebut juga untuk melengkapi gelar Sarjana Teknik (S.T) itu sendiri, agar mereka punya nilai tambah saat melamar pekerjaan. Selain itu juga, sertfikat dan gelar yang mereka peroleh dari NIIT juga diakui di negara lain, seperti Singapore, Australia, Inggris, dan Myanmar. Jadi, kalau nantinya mereka ingin melanjutkan studi di negera-negara tersebut bisa dilakukan dengan mudah, karena gelar dan sertifikat mereka sudah diakui secara internasional. Selain itu juga, kuliahnya tidak perlu lama-lama, karena sebagian besar kredit atau materi kuliahnya juga sudah dipelajari dari materi kuliah NIIT,” imbuh Helmi lagi.

Sementara itu, Jazaul Ikhsan, ST., MT., Ph.D mengatakan, sertifikat yang diperoleh oleh 17 mahasiswa TI UMY tersebut merupakan bukti atas kompetensi mereka di bidang Teknologi dan Informasi. Karena mereka tidak hanya mempelajari bagaimana perkembangan teknologi di masa ini, namun juga telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan serta teknologi di masa mendatang.

“Ini sebagai bukti bahwa Anda kompeten. Tapi ini juga menjadi tanggung jawab yang luar biasa. Karena perkembangan teknologi informasi itu begitu cepat, dan apa yang dipelajari sekarang, belum tentu di masa depan masih menjadi topik hangat untuk dipelajari. Karena itu, mahasiswa dan lulusan TI itu harus siap untuk belajar dan belajar, serta belajar mandiri untuk menghadapi segala sesuatunya di masa yang akan datang,” pungkasnya. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID