UMY Sepakati Kerjasama dengan KODIM Bantul

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali bekerjasama dengan institusi-institusi dalam negeri. Kali ini bertempat di Lobi Rektor pada Kamis (22/9), UMY menyepakati kerjasama dengan Komando Distrik Militer 0729 Bantul. Nota Kesepakatan yang berisi tentang kerjasama dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi dan pengembangan serta pemberdayaan sumber daya tersebut ditandatangai oleh Sri Atmaja P. Rosyidi, Ph. D selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni UMY, serta Letnan Kolonel Inf. Agus Widianto selaku Komandan Distrik Militer 0729 Bantul.

“Kerjasama dengan KODIM ini sebagai bentuk kebersamaan dalam menyukseskan tugas Negara. Terlebih saat ini UMY baru gencar-gencarnya mengirimkan KKN di daerah perbatasan. Diharapkan dengan adanya kerjasama ini bisa saling memantau kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Di samping itu, kegiatan seperti MENWA yang ada di UMY ini juga memberi manfaat supaya mereka memiliki empati yang tinggi kepada masyarakat,” papar Sri saat memberi sambutan sebelum prosesi penandatanganan nota kesepakatan tersebut.

Lingkup kerja dari MoU yang telah ditandatangani dari pihak UMY meliputi melaksanakan Pendidikan Kedisiplinan, Pelatihan Bela Diri Yongmoodo dan Pemberian Materi Bela Negara, serta mempunyai program-program kegiatan di wilayah Kabupaten Bantul. Sedangkan dari pihak KODIM Bantul, dalam rangka mewujudkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam mendukung pembinaan territorial di wilayah Kabupaten Bantul, memerlukan kerjasama dan partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk perguruan tinggi.

Saat memberi sambutan, Inf. Agus Widianto mengungkapkan bahwa pihaknya merasa senang karena UMY sangat menyambut baik kerjasama tersebut. Selain itu terkait kerjasama di bidang kegiatan mahasiswa dalam mewujudkan Sapta Marga, UMY juga telah banyak berkiprah melalui MENWA (Resimen Mahasiswa). “Semoga kerjasama ini dapat mempererat tali asih, serta kegiatan seperti MENWA ini, kampus turut mendampingi dan turut serta mendukung kegiatan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi,” harap Inf. Agus. (hv)

Kemah Bakti Racana PTM se-Indonesia 2016 Ajang Perkuat Karakter

Kemah Bakti Racana Muhammadiyah (Kembaramunas) Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Indonesia 2016 yang ke II dapat menjadi ajang untuk memperkuat karakter mahasiswa dalam menghadapi dunia global. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, MA saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut pada Kamis, (22/09) di Lapangan Bintang Universirtas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kegiatan Kembaramunas tersebut akan diselenggarakan selama 4 hari yang dimulai pada tanggal 22 sampai 25 September 2016.

Kegiatan kemah bakti Racana yang diikuti oleh 13 Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Indonesia tersebut, turut pula dihadiri oleh Gusti Kanjeng Ratu Pambayun selaku Ketua Kwartir Daerah D.I. Yogyakarta. Prof. Bambang menyampaikan bahwa kegiatan positif ini dapat menanamkan kemandirian dan meningkatkan mental pada diri mahasiswa. “Kemah Bakti yang diikuti PTM se Indonesia ini mudah-mudahan bisa menjadi wadah kemandirian dan sarana belajar mahasiswa untuk menguatkan karakter agar mampu menghadapi dunia global yang semakin terbuka. Serta dapat menjadi teladan dalam kegiatan pengabdian masyarakat,” papar Prof. Bambang

Sementara itu Mohammad Johari selaku Ketua Pelaksana Kembaramunas yang ke II, mengatakan bahwa kegiatan yang bertemakan “Cinta Alam dalam Membangun Masyarakat,” tahun ini mengajarkan kepada mahasiswa untuk peduli kepada alam, serta bersosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar. “Kegiatan yang dilaksanakan selama 4 hari ini dapat menjadi salah satu ajang silaturahim antar pramuka. Ini dapat menjadi wadah penanaman karakter kepada para pandega untuk memiliki jiwa mengabdi kepada masyarakat,” jelas Johari saat diwawancarai di sela-sela prosesi pembukaan acara tersebut.

Dalam rangkaian kegiatan selama 4 hari tersebut, Johari menjelaskan pada hari pertama kegiatan akan diawali dengan pembukaan Kembaramunas di UMY. Pada hari kedua (23/09) para peserta melakukan pengelolaan sampah di Pantai Parangtritis untuk menyadarkan masyarakat sekitar dan wisata turis asing. Agenda pada hari ketiga (24/09) para peserta melakukan penanaman mangrove di Baros, Bantul sebagai upaya penyelamatan abrasi. “Pada hari terakhir yaitu hari minggu, nantinya para peserta akan melaksanakan kegiatan di Bumi Perkemahan Bramasta Prambanan. Pada kegiatan ini setiap peserta akan menampilkan atraksi budaya mereka dengan tujuan untuk memperkenalkan budaya mereka di daerah masing-masing,” jelasnya.

Dalam persiapan tersebut Johari mengaku memerlukan waktu selama 10 bulan sebelum acara tersebut dihelat. Jumlah peserta pada tahun ini meningkat menjadi 90 peserta dengan peserta terjauh dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah Gorontalo. “Melalui kegiatan ini kami berharap agar mahasiswa-mahasiswi PTM dari seluruh Indonesia dapat mengabdi dan membangun masyarakat di daerahnya masing-masing. Semoga kegiatan ini dapat menjadi contoh bahwa pemuda bisa menjaga daerah. Karena kitalah yang berkewajiban menjaganya. Diharapkan kegiatan positif ini terus didukung dari berbagai pihak,” harap Johari. (hv)

Sumber : www.umy.ac.id

Sistem Keuangan Syariah Belum Berani di Dunia Global

Sistem keuangan Islam belum berani tampil berbeda dengan sistem keuangan global yang diterapkan di banyak negara. Hal tersebut tercermin dalam sistem keuangan yang dianut di berbagai negara-negara Islam saat ini,  misalkan sistem keuangan yang ada di beberapa negara muslim belum sepenuhnya mengikuti sistem keuangan syariah.

Hal itu diungkapkan oleh Prof. Abdul Rahim Abdul Rahman dari University Sains Islam Malaysia (USIM), saat menyampaikan pemaparan materi pada acara International Conference on Accounting and Finance-Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2015 (ICAF UMY 2015). Dengan tema “Challenge of the Adoption of International Financial. Reporting Standards (IFRS) in South East Asia”, yang di laksanakan bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin B UMY, Rabu (18/03).

Abdul Rahim mengungkap bahwa salah satu hal yang menghambat penerapan sistem keuangan syariah secara murni adalah karena masyarakat muslim terlalu terperangkap dalam agenda globalisasi. Menurutnya, agenda globalisasi yang menjadi pengaruh bagi masyarakat muslim  terlalu besar untuk negara-negara berkembang, hal ini dikarenakan negara berkembang belum mempunyai kekuatan politik secara internasional.

“Selain agenda global terlalu besar buat kita sebagai negara yang masih membangun, hal yang juga amat sangat penting adalah kita ini miskin pengetahuan syariah, karena agenda lembaga keuangan Islam sebenarnya yang diterapkan saat ini adalah agenda bisnis semata” ujarnya.

Abdul mengatakan, bahwa memang saat ini banyak masyarakat muslim yang setuju dengan penerapan standar keuangan syariah, namun jika ​ditetapkan maka hanya beberapa negara saja yang mau mengikuti sistem tersebut, sedangkan mayoritas negara tidak mau mengikuti. Ia mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil negara-negara Islam yang mau mengikuti, seperti Jordania dan Bahrain.

“Kalau Arab Saudi tidak sepenuhnya lagi mau ikut, karena Saudi juga bergantung dengan negara mayoritas negara maju, sehingga kita menerima apa saja sistem yang diberikan dunia global untuk sistem keuangan Islam. Oleh karena itu, menurut  saya yang perlu kita didik adalah ilmu tentang syariah, dan berani untuk mengungkapkan kebenaran tentang syariah” jelasnya.

Selain itu, Abdul menambahkan, dampak IFRS pada akuntansi dan pelaporan lembaga keuangan Islam adalah pada pengaruh agama terhadap pelaporan keuangannya. Ia mencontohkan, agama dapat mempengaruhi bagaimana orang melakukan bisnis, bagaimana mereka membuat keputusan keuangan. Misalnya Agama Islam menghalangi pembiayaan utang dan melarang pembayaran bunga, hal ini terdapat pada lembaga keuangan Islam yang atur oleh syariah. Hal ini berbeda dengan tujuan  dari sistem keuangan barat yang mana pelaporan atau sistem keuangan memperbolehkan pembiayaan utang dan bunga, yang mana sistem ini sudah sangat diminta oleh masyarakat secara global. (Shidqi)

Sumber : UMY.AC.ID   

18 Negara ikuti International Cultural Festival di UMY

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai universitas yang memiliki tagline muda mendunia, berkomitmen untuk mengembangkan model pendidikan bertaraf internasional dengan menjalin hubungan kerjasama antar universitas di berbagai negara. Hubungan kerjasama tersebut salah satunya terlihat dari penyelenggaraan kegiatan kebudayaan yang melibatkan mahasiswa dari berbagai negara yang ada di Yogyakarta.

Hal itulah yang disampaikan oleh Wakil Rektor I UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P. saat menyampaikan sambutannya pada saat membuka kegiatan Internasional Cultural Fesitival (ICF) sekaligus kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional yang diselenggarakan oleh Biro Kerjasama dan Urusan Internasional UMY, Selasa (10/3). Kegiatan ICF yang di gelar di Lantai Dasar Mesjid KH. Ahmad Dahlan UMY hingga sore hari ini, mendapatkan sambutan antusias dari para peserta yang menyaksikan acara seremonial pembukaan ICF, hal tersebut terlihat saat para peserta berdiri untuk menyaksikan salah satu tarian pembuka tari saman di hadapan ratusan peserta ICF.

“ICF ini saya kira merupakan suatu wadah untuk bertemu dan mengekspresikan budaya dari berbagai daerah dan juga dari berbagai negara. Kegiatan ini juga menjadi sarana komunikasi serta menjalin hubungan antar mahasiswa dari negara yang berbeda yang ada di Yogyakarta, dan saya senang karena UMY bisa menjadi penyelengara kegiatan ini,” ujar Gunawan.

Gunawan menambahkan, bahwa pihaknya berharap KKN internasional atau learning Express dapat terlaksana dengan baik, perserta benar-benar mengikuti kegiatan di desa tersebut dengan sunguh-sungguh, dapat memberikan manfaat kepada masyarakat desa, dan para mahasiswa sebagai peserta dapat mengambil pengalaman dari masyarakat, tak terkecuali pengalaman tentang budaya di lingkungan masyarkat desa.

“ICF ini masih awal dari rangkaian acara yang akan Anda ikuti, semoga nanti setelah ini peserta yang mengikuti KKN internasional dapat memberikan manfaat dan ilmunya kepada masyarakat, dan ada juga ilmu yang bisa didapat dari interaksi dengan masyarakat nanti, misalnya ilmu tentang kebudayaan, maupun pemahaman tentang gaya hidup masyarakat di Yogyakarta,” jelasnya.

Sebanyak 18 negara yang hadir dalam pergelaran ICF yang juga ikut memeriahkan rangkaian pembukaan ICF, para peserta yang hadir mengikuti lomba memasak dengan mewakili negaranya masing-masing. Perwakilan mahasiswa dari 18 negara tersebut seperti mahasiswa asal Malaysia, Palestina, Polandia, Thailand, Timor Leste, Turki, Turkmenistan, Ukraina, Vietnam, Australia, China, Jerman, Hungaria, India, Indonesia, Italia, dan Yordania. Selain itu kegiatan pembuka ICF juga dimeriahkan dengan penampilan dari Sunshine Voice, Tari Saman, Tari Bali dan juga penampilan Musik Akustik. (Shidqi)

Sumber : UMY.AC.ID

Jelang Milad ke-34, UMY Siap Hadapi MEA 2015

Akhir tahun 2015 akan diresmikan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan meramaikan pasar di ASEAN dan bisa menjadi tolak ukur bagi perekonomian di Indonesia. Demi menyambut MEA 2015, seluruh masyarakat Indonesia termasuk mahasiswa dan semua sivitas akademika di Indonesia harus terus meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan dirinya agar mampu bersaing dengan negara lain demi meningkatkan perekonomian Indonesia di mata ASEAN.

Hal inilah yang sedang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk bisa mempersiapkan diri mengahadapi MEA. Untuk membuka jalan tersebut maka, di Milad UMY ke 34 ini, UMY pun mengusung tema “Dengan Mutu Sumber Daya Manusia yang Tinggi, UMY Siap Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”. “Alhamdulillah tema ini sudah disetujui oleh forum. Tema ini diambil agar UMY bisa lebih siap mengahadapi MEA nantinya. Bukan hanya itu saja ini juga bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi kami untuk bisa mengahadapi MEA, “ tutur Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku penanggung jawab acara Milad UMY ke-34.

Nano menjelaskan, bahwa secara umum tema yang diangkat hampir sama dengan tema Milad ke-33 tahun lalu, hanya saja yang membedakan di sini adalah penekanannya lebih pada peningkatan kualitas SDM serta MEA. “Perlu kita ketahui bahwa MEA menjadi suatu hal yang baru di Negara ASEAN. Jadi ketika MEA sudah terselenggara dan dipukul gongnya pada Desember 2015 nanti, maka negara-negara yang bertanda tangan dan masuk dalam organisasi tersebut harus menghadapi beberapa kebebasan dalam perekonomian di Indonesia,” jelasnya.

Nano juga memaparkan bahwa ada 5 hal kebebebasan yang harus diikuti oleh negara-negara yang masuk dalam MEA. “Ketika Indonesia sudah masuk ke MEA ada 5 hal kebebasan atau liberalisasi yakni bebas keluar masuk barang, bebas dalam berbahasa, bebas dalam menanam modal, bebas dalam berinvestigasi, dan bebas dalam bidang ketenagakerjaan yang terdidik dan terampil. Untuk bidang ketenagakerjaan, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) belum termasuk. Intinya adalah bahwa hanya lulusan sarjana dengan skill bagus yang bisa bebas keluar masuk negara ASEAN tanpa hambatan, “ paparnya.

Bukan hanya itu saja, lanjut Nano, masyarakat Indonesia juga akan memperoleh manfaat tanpa hambatan, misalnya ketika ada pengiriman barang subsidi tidak perlu memakai kuota lagi. “Artinya, ketika kita akan impor sapi maksimal dalam setahun ada sekian sapi. Jika dalam bidang investasi, kita tidak usah lagi join dengan perusahaan lain yang ada di Indonesia, jadi kita bebas berinvestigasi di negara manapun tanpa harus join terlebih dahulu, “ paparnya.

Namun menurut Nano, ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi MEA, karena jika masyarakat Indonesia tidak siap, tentu ini akan menjadi sebuah bencana bagi Indonesia sendiri. “Untuk MEA, tentu Indonesia harus menyiapkan SDM yang bagus pula. Jika tidak, kita akan menjadi penonton di negeri sendiri, Indonesia akan diserbu oleh barang-barang impor, jasa pendidikan, jasa kesehatan dari negara lain. Tentu, hal ini tidak boleh terjadi di Indonesia, untuk itu kita menyiapkan SDM yang memiliki daya saing tinggi dan mempersiapkan diri untuk bisa bersaing dengan negara lain, “ terangnya.

Untuk itu, imbuh Nano lagi, masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA, dan untuk memepersiapkannya tentu tak lepas dari peran universitas dalam meningkatkan SDM sebab saat ini batas-batas negara sudah terlihat semu. “Saya berharap kita bisa punya motivasi yang tinggi bahwa kita tidak hidup sendiri. Kita harus hidup dengan negara lain yang bebas melakukan transaksi keluar masuk, baik dalam bentuk barang atau jasa, dan investasi. Batas-batas negara juga sudah tidak ada. Jika kita hanya berdiam diri, daya saing kita lemah, pendidikan rendah, itu artinya kita ini sedang dijajah, “ tegasnya.

Setidaknya, lanjut Nano dengan Indonesia masuk dalam daftar MEA, Indonesia dapat memperoleh manfaat, misalnya bisa melakukan ekspansi barang ke negara lain, bahkan dalam sektor pendidikan pun bisa dilakukan. “Jadi, mahasiswa perlu motivasi dan usaha yang tinggi, karena kita bukan hanya berhadapan dengan yang ada di Bantul, Yogja, dan Indonesia saja. Tapi, mulai sekarang kita sudah berhadapan langsung dengan negara lain, “ pesannya.

Adapun pelaksanaan Milad UMY ke-34 ini akan dibuka dengan Malam Tasyakuran yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 28 Februari 2015 dan diakhiri dengan acara Family Day dan Sepeda Santai yang akan dilaksanakan pada Minggu, 12 April 2015. Bukan hanya itu saja dalam Milad ini juga ada Laporan Tahunan Rektor dan Pidato Milad, konferensi Internasional yaitu International Conference on Accounting and Finance (ICAF), International Conference on Management Science, dan International Conference on Islamic Economics dan Financial Inclusion (ICIEFI), Seminar Nasional, Pameran Kewirausahaan, Lomba non akademik dan akademik, serta Bakti Sosial. (Icha)

Sumber : UMY.AC.ID

Kesetaraan Gender Harus Jadi Fokus Kebijakan dan Program ASEAN Community

Kesetaraan gender harus menjadi fokus dan bagian penting dalam kebijakan dan program ASEAN Community. Tujuan dari adanya kesetaraan gender pun harus difokuskan pada tiga pilar program ASEAN Community, yakni ASEAN Economic Community, ASEAN Political Community dan ASEAN Sosio-Cultural Community. Hal ini dikarenakan, kesetaraan gender dapat menjadi kunci dan central penting dari ketiga pilar ASEAN Community tersebut.

Demikian disampaikan Profesor Rashidah Shuib, Ph.D, peneliti dari Centre for Research on Women and Gender (KANITA), Universiti Sains Malaysia. Hal ini disampaikannya saat menjadi Keynote Speech dalam acara International Joint Seminar 2015 “Rethinking Gender in The Making of ASEAN Good Governance”, yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Pemerintahan dan Prodi Imu Pemerintahan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Pusat Penyelidikan Pembangunan Wanita (KANITA), Universiti Sains Malaysia (USM). Seminar Internasional ini dilaksanakan di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 kampus terpadu UMY, Senin (16/2).

Menurut Prof. Rashidah, masalah kesetaraan gender masih menjadi isu penting dalam setiap masa. Akan tetapi, dalam hal kebijakan politik, masalah gender khususnya bagi kaum perempuan, mereka masih dipandang sebelah mata. “Padahal, tidak semua perempuan hanya bekerja di ranah domestik saja. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya budaya patriarki di negara kita, yang cenderung lebih mengutamakan laki-laki untuk bekerja di luar ranah domestik,” ungkapnya.

Prof. Rashidah juga mengatakan, dalam hal ekonomi, politik dan sosial-budaya, laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki hak yang sama untuk memperoleh keadilan dan manfaat dari ketiga bidang tersebut. Keduanya pun berhak melakukan pekerjaan dalam ketiga bidang itu, terlebih lagi dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) yang sifatnya bukan lagi privasi. “Dalam AEC itu semuanya bebas. Karena AEC itu bersifat bebas. Jadi setiap orang, entah itu laki-laki maupun perempuan bebas melakukan pekerjaan dan mendapat pelayanan yang baik dari orang lain maupun dari negara lain,” ujarnya.

Karena itu, menurut Prof. Rashidah, menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak untuk melakukan kesetaraan dan pengarusutamaan gender, sebagai praktik standar dalam kebijakan dan program ASEAN di tiga pilar, ekonomi, politik dan sosial-budaya. “Namun, sebelum kita membuat kesetaraan dan pengarusutamaan gender di tingkat ASEAN secara efektif sebagai strategi tiga pilar ASEAN Community, terlebih dahulu kita juga perlu memahami dengan jelas seperti apa konsep kesetaraan gender itu sendiri. Dan bagaimana pengarusutamaan gender bisa menjadi strategi yang dapat diterapkan dalam pekerjaan kita,” jelasnya.

Hal senada pun disampaikan Dr. Rahmawati Husein, selaku Keynote Speech kedua dalam seminar internasional ini. Menurutnya, kesadaraan mengenai kesetaraan gender juga sangat penting ditumbuhkan dalam semua aspek pemerintahan, khususnya dalam hal penanggulangan bencana. Hal ini karena antara laki-laki dan perempuan mempunyai pengalaman yang berbeda baik sebelum, selama atau sesudah terjadinya bencana.

Dengan kata lain, menurut Rahmawati, perempuan juga sangat dibutuhkan untuk melakukan penanggulangan bencana. Selain karena perempuan menjadi pihak yang paling terpengaruh oleh bencana, baik yang disebabkan oleh manusia maupun alam, perempuan juga memiliki peran-peran tertentu yang dapat membantu korban dalam bencana tersebut. “Perempuan merupakan sumber daya manusia yang berharga untuk melakukan kegiatan di semua tahapan penanggulangan bencana, baik itu berupa bantuan dan respon , pemulihan serta kesiapsiagaan dan mitigasi,” tuturnya.​

Dalam seminar ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) mengenai kerjasama akademik antara UMY dan USM dan Launching Buku MIP UMY. Penandatanganan MoA ini dilakukan oleh Raktor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA; Direktur Pascasarjana UMY, Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc; Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIPOL) UMY, Dr. Ali Muhammad; Direktur Kanita USM, Associate Professor Dr. Noraida Endut, dan Ketua Prodi Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Pascasarjana UMY, Dr. Dyah Mutiarin.

Sumber : UMY.AC.ID

14 Tahun Kerjasama Internasional, UMY Berencana Masuk ke QS Stars

Kerjasama internasional yang dimulai sejak 14 tahun lalu telah memberikan hasil yang mengembirakan bagi UMY, Internasionalisasi tersebut merupakan suatu proses yang tidak boleh berhenti untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dampak dari salah satu ketercapaian tersebut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah memperoleh nilai A sejak tahun 2013, untuk Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT), dan rencananya akan mengikuti Akreditasi Internasional oleh Quacquarelli Symonds Stars (QS. Stars) atau dikenal dengan Lembaga Akreditasi Internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut UMY berencana untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan Top 500 University menurut QS Stars.

Hal itulah yang tercantum dalam Term of Reference (ToR) Workshop Kerjasama dan Internasionalisasi UMY yang diadakan oleh UMY melalui Biro Kerjasama (BKS) dan International Relations Office (IRO). Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari (29-30/01) bertempat di Kalyana Resort Jalan Kaliurang Km. 22,38 Dusun Banteng Hargobinangun, Sleman, Yogyakarta, Kamis (29/01).

Menurut Wakil Rektor III UMY Sri Atmaja P. Rosyidi ST., MSc.Eng., Ph.D, mengungkapkan, bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi efektif antar unit terkait di UMY, dan juga mempersiapkan Program Studi (Prodi) dan Fakultas untuk mengelola program internasional di UMY. Selain itu yang paling penting adalah menyusun perencanaan yang dapat dilakukan bersama-sama pada masing-masing unit terkait di UMY.

“Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi efektif kepada pejabat-pejabat struktural kita dan unit-unit terkait. Kegiatan ini juga mempersiapkan Prodi atau Fakultas, dengan demikian ketika kita memberikan sebuah program-program itu maka ada respon yang positif bisa mensosialisasikan kepada dosen dan mahasiswa. Sehingga yang terpenting adalah penyusunan perencanaan dan kita bisa bergerak bersama-sama, kita pakai gerbong yang sama dan tujuan yang sama, bagi fakultas atau unit yang belum siap, kita akan dorong dan mencari solusinya” ujarnya saat memaparkan materi dengan tema Kesiapan UMY untuk Internasionalisasi.

Selain itu juga, Sri Atmaja menjelaskan bahwa pihaknya akan coba masuk pada perangkingan di level internasional. Pihaknya sedang memproyeksikan QS. Stars sebagai lembaga perangkingan internasional, menurutnya tantangan yang dihadapi untuk masuk pada rangking internasional cukup berat, karena pihak QS. Stars akan melihat jumlah mahasiswa asing dan juga mahasiswa lokal serta publikasi universitas di tingkat internasional.

“Selanjutnya adalah, kita akan mencoba untuk masuk pada rangking-rangking yang tidak hanya di tingkat Nasional, tapi saat ini kita sedang membidik QS. Stars. QS. Stars itu adalah perangkingan di tingkat internasional, nah kita akan mencoba masuk kesana. Nanti berapapun peringkatnya atau rangkingnya disitulah kita mencoba melakukan perbaikan-perbaikan, tentu cukup berat sebetulnya. Karena dia akan melihat jumlah mahasiswa yang kita kirimkan keluar, dan jumlah mahasiswa yang dikirimkan dari luar ke sini, berapa proposional antara mahasiswa asing dan mahasiswa lokal, berapa proposional publikasi kita di tingkat internasional. Ini betul-betul mereka akan memandang sebuah universitas yang bereputasi internasional apabila sudah terbuka lebar dengan mitra-mitra mereka diluar” ujarnya.

Sri Atmaja menambahkan, bahwa dengan adanya workshop Kerjasama dan Internasionalisasi ini, tujuan yang ingin dicapai oleh pihaknya kedepan adalah akan memposisikan diri sebagai universitas di level Internasional. Oleh karena itu kegiatan workshop tersebut untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan UMY di bidang Internasional, sehingga workshop tersebut untuk mengangkat dan mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.

“Kita ingin Go Global, dan tagline itu kita munculkan ditahun 2011, cita-cita kita bahwa UMY harus berkiprah di Dunia Internasional, tapi kita juga harus meposisikan diri sebagai universitas di level Internasional. Sebetulnya ini sudah dimulai di tahun-tahun sebelumnya, hanya saja belum ada statement yang jelas, kemudian ditahun 2012 kita merumuskan beberapa strategi yang harus kita capai, nah salah satunya mulai tahun ini kita akan meningkatkan daya saing internasional UMY. Artinya kita sudah mempelajari secara lebih detail kelemahan kita ada dimana, kekuatan kita ada dimana, tantangan kedepan dan seterusnya. Nah kita coba untuk mengangkat atau mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dengan program worshop ini.” Imbuhnya.​

Kegiatan Workshop Kerjasama dan internasionalisasi ini diikuti pejabat-pejabat struktural, diantarannya Wakil Dekan bidang kerjasama dari setiap fakultas, direktur Pasca Sarjana, Direktur Program Vokasi, Ketua Program Studi, Kepala Biro Penerimaan Mahasiswa Baru, Kepala Biro Akademik, Kepala Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA), kepala lembaga penelitian, pengembangan & pengabdian Masyarakat (LP3M), Kepala Lembaga Pengembangan dan Pembelajaran (LPP), dan juga Direktur Program Internasional seperti International Program of International Relations (IPIREL), International Program of Governmental Studies (IGOV), International Program for Islamic economics and finance (IPIEF), dan International Program for Law and Sharia (IPOLS).

Sedangkan teknis untuk kegiatan ini para peserta Workshop akan dibagi kedalam 3 komisi. Komisi I membahas mengenai International Academic Recognation, Komisi II mengenai Standar Operting Procedure (SOP) yang terkait dengan Internasionalisasi. Sedangkan untuk Komisi III mengenai Student Mobility berupa pengembangan program penelitian bersama dengan mitra asing, program inovatif Tropical Course/Summer Course, Program Student Exchange, Program inisiasi kelas internasional, Program credit earning atau credit transfer, Program magang di luar negeri atau perusahaan internasional dan juga program Kuliah Kerja Nyata internasional. (Shidqi)

Sumber : UMY.AC.ID

Persiapkan AEC 2015, 18 Mahasiswa Malaysia Belajar Sistem Hukum Indonesia di UMY

Indonesia akan menjadi tuan rumah Asean Economic Community (AEC) 2015 di mana Malaysia merupakan salah satu anggotanya. Kedua negara ini tentunya akan semakin membutuhkan satu sama lain. Selain itu, keduanya tidak hanya harus saling memahami tentang budaya masing-masing tapi juga sistem hukum yang berbeda. Karena itulah, untuk mempersiapkan hal tersebut, 18 mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengadakan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk mempelajari sistem hukum yang diajarkan pada mahasiswa serta penerapannya di Indonesia.

Kunjungan yang diikuti oleh 15 mahasiswa Sarjana dan 3 mahasiswa Pascasarjana Fakulti Undang-Undang (Fakultas Hukum) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tersebut, disambut langsung oleh Direktur Internasional Program for Law and Sharia (IPOLS) UMY, Nasrullah, SH., S.Ag., MCL, di ruang sidang Fakultas Hukum Kampus Terpadu UMY. Kunjungan yang dilakukan pada Kamis (22/01) tersebut  mengangkat tema “Connecting Culture: Intra-Relation of Knowladge Programme 2015″.

Dalam sambutannya, Nasrullah menyampaikan bahwa kunjungan tersebut penting dalam upaya persiapan AEC 2015. Sebab dalam AEC tersebut selain membuka pasar ekonomi di tingkat Asean, hal itu juga akan membuka semua peluang lulusan sarjana hukum dari berbagai Negara, baik dari Malaysia ke Indonesia maupun dari Indonesia ke Malaysia. Para lulusan itu juga berpeluang untuk mengambil peran dalam masyarakat ekonomi Asean, yang akan lebih memfokuskan dirinya pada bidang hukum.

Selain itu, menurut Nasrullah, kunjungan tersebut juga penting dalam meningkatkan pemahaman ilmu hukum baik kepada mahasiswa dari Malaysia maupun mahasiswa FH UMY. Nasrullah menjelaskan bahwa Mahasiswa dari Malaysia bisa memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan belajar mengenai sistem hukum Indonesia, dan sama halnya dengan mahasiswa FH UMY agar bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memahami sistem hukum di Malaysia dengan bertanya ke mahasiswa dari Malaysia.

“Saya melihat kunjungan ini merupakan kunjungan yang penting terhadap pemahaman hukum. Kunjungan ini akan sangat bermakna bagi teman-teman dari Malaysia bahwa Indonesian legal system itu seperti apa. Kita pun harus semakin membuka diri sebagai mahasiswa akan pemahaman tentang common law system,” ujarnya.

Selain itu, Nasrullah juga mengungkapkan bahwa dalam kesempatan ini, pihaknya juga memanfaatkan waktu untuk merubah cara pandang yang keliru  oleh Malaysia terhadap Indonesia. Yaitu pandangan bahwa Indonesia terkenal dengan kotor, pekerja kasar, dan berbahaya. Karena informasi yang diterima melalui media massa yang sering memberitakan kesalahan-kesalahan orang Indonesia di Malaysia. Sehingga pihaknya ingin menyadarkan orang-orang Malaysia bahwa orang Indonesia itu lebih maju dalam banyak bidang.

Nasrullah menambahkan, menurut pengalamannya orang Malaysia yang pernah berkunjung ke UMY, mereka menyadari bahwa banyak kemajuan yang telah Indonesia alami. Ia menjelaskan bahwa orang Malaysia yang pernah datang ke UMY pasti melihat UMY dan Muhammadiyah luar biasa, karena mampu mengembangkan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain secara mandiri.

“Mereka menyadari banyak kemajuan yang telah kita alami, lebih-lebih saat mereka datang ke UMY misalnya, itu sesuatu yang luar biasa, karena tidak ada satu organisasi muslim di Malaysia mampu menggerakkan institusi pendidikan dan kesehatan seperti yang kita lakukan. Dimana Indonesia masyarakatnya lebih mandiri, sementara di sana mereka sudah biasa disubsidi dalam banyak hal, semuanya pemerintah yang melakukan, sehingga saat mereka mengetahui bahwa organisasi Muhammadiyah mampu mengerakkan 170 lebih universitas adalah suatu hal yang luar biasa bagi mereka” imbuh Nasrullah.

Sementara itu, Martino Sardi, Drs., M.A., PhD, dosen FH UMY mengungkapkan bagaimana hukum hak asasi manusia di Indonesia. Ia mencontohkan bahwa di Indonesia setiap orang bebas melaksanakan ibadah dan mengubah kepercayaan, walaupun di dalam Islam tidak dibolehkan untuk mengganti kepercayaan. Akan tetapi dalam praktiknya banyak orang di Indonesia yang merubah kepercayaan tanpa adanya masalah.

“Untuk memahami bagaimana hak asasi manusia berjalan di Indonesia, saya akan mecontohkan bagaimana di Indonesia ini, setiap orang bebas melaksanakan Ibadah dan dilindungi oleh pemerintah. Ada juga yang menganti kepercayaan kepada agama tertentu, di Indonesia bisa, walaupun kita tahu dalam Islam tidak dibolehkan untuk mengganti kepercayaan. Tapi dalam praktik yang berjalan di Indonesia, banyak orang di Indonesia ini yang merubah kepercayaannya tanpa adanya masalah,” ujar dosen Hukum Hak Asasi Manusia ini.

Selain mengikuti kuliah tentang sistem hukum di Indonesia, mahasiswa Fakulti Undang-undang UKM juga diajak untuk melihat-lihat fasilitas dan lingkungan UMY, dengan mengunjungi Laboratorium Ilmu Hukum, Ruang Peradilan Semu, Kelas Program Internasional dan juga sekitar masjid KH. Ahmad Dahlan UMY. (Shidqi)​

Sumber : UMY.AC.ID

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Asuransikan 5.600 Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengasuransikan sebanyak 5.600 mahasiswa angkatan 2014/2015 dalam rangka memberikan jaminan keselamatan mahasiswa saat melaksanakan kegiatan.

“Asuransi tersebut diberikan karena melihat banyaknya kegiatan mahasiswa yang saat ini sering diselenggarakan, baik di dalam maupun di luar kampus,” kata Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Sri Atmaja P Rosyidi di Yogyakarta, Jumat.

Oleh karena itu, kata dia, UMY mencari mitra agar kesejahteraan mahasiswa bisa terjamin. Untuk itu, UMY menjalin kerja sama asuransi kecelakaan untuk mahasiswa dengan Bumida.

“Sebenarnya UMY juga telah menyediakan Dana Sehat Mahasiswa (DSM), tetapi DSM hanya untuk pengobatan dan rawat jalan. Jadi, kami mencari mitra lagi yang bisa meng-cover keperluan mahasiswa selain pengobatan dan rawat jalan,” katanya.

Menurut dia, untuk sistem pembayaran asuransi, mahasiswa tidak perlu membayar sendiri ke pihak penyedia asuransi, karena pembayarannya sudah masuk dalam SPP semester mahasiswa.

“Untuk pembayarannya sudah termasuk dalam SPP setiap semester. Jadi, tidak memberatkan mahasiswa dan mahasiswa tidak perlu membayar sendiri ke pihak penyedia asuransi,” katanya.

Ia mengatakan asuransi kecelakaan yang diberikan adalah santunan meninggal dunia karena kecelakaan sebesar Rp20 juta, santunan cacat tetap karena kecelakaan sebesar Rp24 juta.

“Selain itu, santunan rawat rumah sakit karena kecelakaan maksimal tujuh hari dalam setahun dengan biaya per hari Rp300 ribu, santunan biaya pemakaman sebesar Rp2 juta, dan santunan kecelakaan tidak cacat tetap sebesar Rp2 juta,” katanya.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanda Tangani MoU dengan Universiti Sains Islam Malaysia

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang memiliki tagline “Muda Mendunia”, terus menggalakkan kerjasama dengan institusi-institusi pendidikan baik dalam maupun luar negeri. Hal ini juga sebagai wujud komitmen UMY yang ingin menjadi kampus Go International. Dan kerjasama terbaru yang dilakukan UMY adalah kerjasama dengan Universiti Sains Islam Malaysia (USIM).

Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU)/kerjasama antara UMY dan USIM dilakukan langsung oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA dan Rektor USIM, Y. Bhg.,Prof. Dato’. Dr. Musa Ahmad. Bertempat di Ruang sidang Rektor Kampus Terpadu UMY, pada Selasa (9/12), kedua universitas ini sepakat menandatangani kerjasama dalam hal akademik, seperti penelitian, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh UMY atau USIM dengan melibatkan mahasiswa, dosen atau staf dari kedua universitas, student exchange, maupun staff exchange.

Y.Bhg, Prof. Dato’. Dr. Musa Ahmad mengatakan, bahwa sebenarnya sebelum USIM mengadakan kerjasama secara resmi dalam bentuk penandatangan MoU tersebut, pihaknya juga sudah beberapa kali mengadakan student exchange ke UMY. Begitu pula sebaliknya dengan UMY. “Kemarin mahasiswa dari UMY baru saja berkunjung ke universitas kami. Jadi sebelum ada MoU ini kunjungan antar mahasiswa UMY dengan USIM sudah dimulai terlebih dulu,” ungkapnya. Hal itu pun kemudian menjadi modal awal bagi USIM untuk bisa meningkatkan kerjasama dengan UMY.

Dato’. Dr. Musa juga mengharapkan agar MoU yang sudah ditandatangani tersebut tidak hanya berlaku dalam masa satu tahun yang akan datang. Tapi bisa diperpanjang dan ditingkatkan lagi untuk lebih mengikat kerjasama antara USIM dengan UMY. “Kami harap kerjasama ini bisa lebih diperpanjang lagi. Dan kepada Rektor UMY, saya pribadi berharap adanya kerjasama ini bisa lebih mengikat hubungan antara UMY dengan USIM,” ujarnya.

Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto pun menyambut baik niat USIM untuk bekerjasama dengan UMY. ​Karena hal ini tentunya juga mendukung Tri Dharma perguruan tinggi, serta keinginan UMY untuk menjadi kampus yang Go International. Prof. Bambang juga berharap kerjasama tersebut bisa berjalan dengan baik dan bisa ditingkatkan lagi dalam bidang lainnya.

Sumber : www.umy.ac.id