Peringkat Unirank

Tiga PT Muhammadiyah Masuk 20 Besar Universitas Populer di Indonesia

Tiga Perguruan Tinggi Muhammadiyah menempati Peringkat 20 Besar Universitas paling populer di Indonesia tahun 2019 versi UniRank. PTM yang menempati posisi tersebut yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan di susul Universitas Muhammadiyah Malang yang masing-masing berada di posisi ke-12,ke-18, dan ke-19.

Prof Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah memberikan selamat dan apresiasi atas prestasi yang di raih. “Alhamdulillah, UMS, UMY, UMM sudah berada pada posisi yang membanggakan,” paparnya melalui Whatsapp.

Dua syarat perguruan tinggi dapat masuk seleksi yaitu pertama perguruan tinggi telah memperoleh akreditasi dari lembaga yang sah di negara bersangkutan. Kedua, perguruan tinggi diwajibkan memiliki program S-1 dan program Pascasarjana serta menerapkan perkuliahan tatap muka.

Unirank menjelaskan, pemeringkatan yang dibuat berasal dari sumber web independen dan bersifat valid. Mereka menegaskan, hasil survey bukan data dari universitas dan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.

UMM Resmi Miliki Prodi Profesi Fisioterapi

Jumat (26/7), terbitnya Surat Keputusan (SK) dengan nomor akreditasi 0218/LAM-PTes/Akr/Sar/IV/2019 resmi membuat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki Program Studi (Prodi) Profesi Fisioterapi. Penyerahan SK dilakukan oleh kepala LL-DIKTI Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA kepada wakil Rektor I UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.

Keberadaan Prodi Profesi Fisioterapi masih jarang ditemukan di Indonesia. Setidaknya baru lima perguruan tinggi yang memiliki program Profesi Fisioterapi, yaitu Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Solo, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanudin (Unhas) Makasar, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Perolehan izin operasional Prodi Profesi Fisioterapi ini menjadikan UMM sebagai universitas pertama di Jawa Timur yang memiliki prodi tersebut.

“Kehadiran Program Studi Pendidikan Fisioterapi Program Profesi pada Universitas Muhammadiyah Malang menjawab pertanyaan para alumni strata I Fisioterapi di manapun,” ungkap Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si, di UMM. Menurutnya kehadiran prodi ini dapat mejadikan Fisioterapi lebih berkembang dan dikenal banyak orang.

Mahasiswa Komunikasi UM Malang Diajak Berperan Kembangkan Pariwisata Indonesia

MAHASISWA Ilmu Komunikasi dipandang memiliki penting dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Dalam konteks program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) misalnya, terdapat tiga konsentrasi studi yang dapat sama-sama berperan bagi pengembangan pariwisata, yaitu Public Relations (PR), Jurnalistik dan Audio Visual.
Alumni Ilmu Komunikasi UMM Muhammad Natsir Arihata menjelaskan, mahasiswa konsentrasi PR bisa mengkaji relasi antara pengusaha dan pemerintah dalam kebijakan pariwisata. “Lalu yang dari
audio visual (AV) dapat membingkai pariwisata melalui video yang menarik, sementara mahasiswa jurnalistik serta memberitakan tempat pariwisata agar dikenal,” kata Natsir pada kegiatan seminar pariwisata bertema “New Wave of Indonesian Tourism” yang diadakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UMM pada Kamis (13/10) d Auditorium UMM.
Seminar dilakukan dalam rangkaian ulang tahun Prodi) Ilmu Komunikasi UMM ke 30 tahun. Seminar ini dilatari perkembangan pariwisata di Indonesia sudah yang kian menampakkan geliatnya. Perkembangan pariwisata ini menjadi suatu alat untuk mempromosikan Indonesia luar negeri. Sayangnya,  kata Natsir yang juga ketua panitia kegiatan ini mengatakan, adanya pariwisata di Indonesia tidak hanya membawa dapak positif. Namun juga dampak negatif terlihat di sekitar wilayah pariwisata tersebut. Dampak negatif itu harus dicegah dan diperbaiki dengan melihat permasalahannya.
Radityo Prabowo dari Zeno Indonesia selaku pemateri pada seminar yang dihadiri 100 mahasiswa tersebut menyatakan, pariwisata di Kota Malang ini sudah mulai nnampk. Untuk itu, mahasiswa Ilmu Komunikasi sebaiknya bisa mempetakan kurang dan lebihnya pariwisata ini. Tidak hanya menikmati tempat pariwisata yang ada namun juga bisa merubah mindset wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang.
“Bagian yang paling susah itu merubah mindset orang. Misal begini, saya ke Malang bayar tiket pesawat 900 ribu, itu sama dengan saya ke Singapura. Berarti kan lebih baik saya ke Singapura, selain ke luar negeri saya juga dapat fasilitas yang sangat nyaman disana. Itulah pekerjaan rumah kalian,” jelas Business Leader dari Zeno Indonesia tersebut.
Dunia jurnalistik juga menjadi salah satu yang berperan dalam mempromosikan pariwisata Indonesia. Self journalism menjadi alat untuk mempromosikan pariwisata Indonesia juga. Hal itu disampaikan oleh Imam Suwandi, kepala desk citizen journalism Metro TV. Menurut Cak Imam, panggilan akrabnya, Self journalism ini tanpa sadar dilakukan oleh semua orang yang berkunjung ke tempat baru.
Menurutnya, zaman sekarang semua orang bisa melakukan aktifitas citizen journalism hanya dengan menggunakan gawai atau telepon pintarnya. Imam menyampaikan dengan adanya self journalism itu juga membantu promosi pariwisata khususnya di Kota Malang. “Kendala saat ini yaitu mindset internasional menjadi kendala di Kota Malang ini. Kalau dilihat dibandara saja tulisan yang berbahasa inggris sangat minim. Bagaimana Kota Malang akan dikunjungi jika fasilitas di bandara saja tidak mendukung pengunjung dari luar negeri,” jelas Imam yang juga pernah menjadi produser acara berita tersebut.
Sumber : www.umm.ac.id

Pascasarjana UM Malang Kritisi Kebijakan Konservasi Alam Kota Batu

JELANG peringatan Hari Jadi Kota Batu ke-15 yang jatuh pada 17 Oktober, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (PPs UMM) bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Usaha Strategis dan Advokasi Pelestarian Alam (Pusaka) menggelar diskusi publik bertajuk “Urgensi Penguatan Konservasi Alam Kota Batu di Era Otonomi Daerah” Malang, Kamis (13/10) di Aula PPs UMM.

Kegiatan ini menghadirkan tiga pemateri, yaitu Ketua Yayasan Pusaka Malang Bambang Parianom, Pakar Lingkungan UMM Dr Abdul Kadir Raharjanto, serta Direktur/Aster Group Bidang Usaha Toko Retail Kosmetik Kota Malang sekaligus Ketua Komunitas Malang Bersatu, Agus Endra.

Bambang Parianom mengatakan, sejak ditetapkan sebagai daerah otonomi pada 2001 silam, di tengah pertumbuhan pembangunan yang begitu pesat, Kota Batu ternyata menyimpan berbagai persoalan pelik menyangkut lingkungan.

“Otonomi daerah, baik undang-undang yang keluar pertama yakni nomor 22 tahun 1999 termasuk undang-undang yang melahirkan Kota Batu nomor 1 tahun 2001 itu spiritnya pemanfaatan potensi alam. Bukan perlindungan wilayah dan aset ekologi. Sehingga kalau otonomi itu ekonomi yang menonjol, ada kecenderungan terjadi paradox antara otonomi daerah dan konservasi ekologi. Inilah yang saya anggap keprihatinan,” paparnya.

Menurutnya, ada tiga strategi berkelanjutan dan bersifat penyelamatan yang musti ditempuh Kota Batu meski ada di era otonomi daerah. Yakni strategi struktural, kultural, dan teknis sektoral. Strategi Struktural kata Bambang, yakni pemahaman politik masyarakatnya.

“Pemahaman politik menempatkan pembangun Batu yakni penyelamatan wilayah dan ekologi itu yang harus menonjol. Inilah yang akan melahirkan suatu kebijakan dan regulasi pendukung,” papar Bambang. Sementara strategi kultural menerangkan bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat dapat ikut mendukung gerakan. Sedangkan, lanjut Bambang, strategi teknis sektoral yakni mendorong pemaksimalan kerja dinas terkait.

Selaras dengan Bambang, Abdul Kadir menjelaskan, jika dilihat dari sisi ekologi, permasalahan utama pada lingkungan bukan pada lingkungannya. Tapi permasalahan utama lingkungan di mulai dari permasalahan sosial. “Apabila kebutuhan-kebutuhan sosial meningkat, maka kebutuhan ekonominya juga akan meningkat. Pada saat kebutuhan ekonomi meningkat, dan ketika tidak ada hal lain yang bisa digunakan, maka manusia akan mengekploitasi alam sehingga alamnya akan rusak,” papar dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM ini.

Sementara itu, Agus Endra mengatakan, perkembangan ekonomi tidak akan berlanjut dan akan sia-sia jika kita tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup. “Kalau kita hanya mempertimbangkan faktor ekonomi, maka lingkungannya rusak itu akan menjadi boomerang bagi kita. Mau tidak mau, ketika kita membangun kota kita, maka faktor lingkungan hidup itu harus dikedepankan juga,” jelas Agus Endra.

Wakil Direktur III PPs UMM Dr Wahyudi Winarjo menerangkan, PPs UMM ingin terlibat dalam dinamika kehidupan nyata di masyarakat. “Kita tidak ingin menjadi ‘menara gading’. Kita tidak hanya bicara konsep, tetapi kita ingin mengajak komponen Universitas Muhammadiyah Malang terlibat langsung dalam persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat,” kata Wahyudi.

Menurutnya, perguruan tinggi sebagai salah satu pilar demokrasi serta masyarakat sebagai civil society selayaknya dapat bergerak bersama secara independen membangun bangsa dan negara sesuai visi Negara Kesatuan Republik Iindonesia (NKRI).

Diskusi dihadiri sejumlah elemen masyarakat antara lain anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), komunitas masyarakat Kota Batu,  Non Government Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta mahasiswa strata 1 dan 2 UMM.

Sumber : www.umm.ac.id

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Dampingi Siswa Singapura Lakukan Analisis Pasar

SEBANYAK 22 siswa Singapore Polytechnic (SP) Business School bekerjasama dengan dua perusahaan multinasional, yaitu Johnson and Johnson dan Panasonic melakukan riset pasar (market research) di tiga negara, yaitu Indonesia, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, riset dilakukan di Malang didampingi 8 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Selain melakukan riset, selama tiga pekan ini, yaitu Mulai 24 September hingga 13 Oktober 2016, ke-22 siswa ini juga mengikuti empat seminar seputar bisnis yaitu marketing, cultural and regulatory issues, economic, dan supply chain management. Bukan hanya itu, siswa juga diajak melakukan company visit, berkunjung ke sejumlah perusahaan farmasi dan elektronik yang berkedudukan di Malang dan daerah seputar wilayah Jawa Timur.

Sementara untuk riset, menurut Koordinator Program Perwakilan UMM Veri Kurnia Aditama, ada sejumlah tahapan yang dilalui peserta. Pertama, tahap investigasi ke masyarakat. Di sini, siswa SP Business School turun ke 22 rumah warga dan 6 apotek di sekitarUMM guna melihat apa saja alat elektronik yang dipakai dan juga kebutuhan hidup apa yang sering masyarakat gunakan.

“Dengan adanya investigasi ini, siswa Singapura bisa mengetahui secara langsung dan mendetail kebutuhan pasar  yang nantinya menjadi rekomendasi bagi dua perusahaan tersebut,” jelas staf International Relation Office(IRO) UMM tersebut.

Dari hasil investigasi, ditemukan sejumlah permasalahan, diantaranya masyarakat pada umumnya masih susah mencari sinyal televisi sehingga ketika waktu berkumpul dengan keluarga untuk menonton televisi terganggu. Tidak hanya itu, untuk produk keseharian masyarakat ditemukan perusahaan Johnson and Johnsonbelum banyak mengeluarkan produk oral care.

Para siswa itu juga mencari sejauh mana tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada produk oral care dan home care. “Oral care ini seperti misalnya penyegar mulut atau juga perawatan badan. Sedangkan home care ini misalnya seperti pasta gigi, sabun dan semacamnya,” jelas Veri lebih lanjut.

Setelah melakukan market research, mahasiswa SP melakukan analisa untuk melihat kebutuhan masyarakat dan apa saja yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Pada program yang diadakan selama tigaminggu tersebut, ditemukan hasil bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang menggunakan produk Panasonic untuk alat elektronik. “Untuk kebutuhan seperti mesin cuci dan Air Conditioner (AC) milik Panasonic belum banyak digunakan oleh masyarakat,” jelas Veri pada penutupan program Tri City (13/10) di Auditorium UMM.

Menurut Koordinator Program dari SPBusiness School, Tan Lii Chong,hasil penelitian yang dilakukan oleh 22 siswa Singapura dan 8 mahasiswa UMM ini belum hasil akhir karena siswa SP masih akan ke Thailand dan Vietnam untuk melakukan penelitian serupa.

Bagi Tan Lii Chong, waktu 3 minggu untuk pelaksanaan program ini merupakan waktu yang sangat pendek untuk melakukan penelitian di Indonesia. “Kedepannya akan kami kaji kembali hasil penelitian ini ketika sudah selesai ke dua negara lainnya,” ujar salah dosen SP Business Scholl tersebut.

Menambahkan hal itu, salah satu siswa SP Chia Kerxin menyatakan, Indonesia adalah negara yang sangat ramah.Chia bahkan takjub melihat bagaimana UMM mendampingi siswa Singapura. “Kami sangat banyak berterimakasih kepada UMM dan semua buddy yang mendampingi kami selama tigaminggu. Kalian sudah mengorbankan waktu untuk terus mendampingi kami,” ujar Chia saat penyampaian kesan dan pesan.

Asisten Rektor UMM Koordinator Bidang Kerjasama Luar Negeri Drs Soeparto MPd mengaku senang dan bangga bisa terus bekerjasama dengan SP dalam berbagai bidang. “Harapan besarkami agar UMM bisa terus dilibatkan dalam berbagai kerjasama dengan  SP,” jelas Soeparto.

Sumber : www.umm.ac.id

Bermitra dengan Arab Saudi, Universitas Muhammadiyah Malang Latih Guru dan Dosen Bahasa Arab

SELAMA empat hari, Selasa-Jumat (11-14/10) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui International Relations Office (IRO) mengadakan pelatihan peningkatan kompetensi pengajar Bahasa Arab bagi 40 tenaga pendidik Bahasa Arab. Kegiatan ini merupakan bagian dari realisasi kerjasama antara UMM dengan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Arab Saudi.

Para peserta pelatihan terdiri dari dosen program studi Pendidikan Bahasa Arab UMM, dosen laboratorium Bahasa Arab, dosen ma’had Abdurrahman bin ‘Auf, guru sekolah Muhammadiyah di Malang, serta dosen utusan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Menurut Kepala IRO UMM Dr Abdul Haris MA, pelatihan yang berlangsung di Auditorium UMM  ini dibimbing oleh perwakilan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (LIPIA) yang bermarkas di Jakarta.

Bentuk pelatihan ini adalah penyampaian materi, praktek, dan ujian yang digelar di hari terakhir. Hari ini, materi digelar secara klasikal. Sedangkan di hari kedua dan ketiga materi Bahasa Arab dipelajari secara berkelompok. Tak hanya materi, para peserta pelatihan ini juga akan melakukan praktek mengajar.

Salah satu pemateri dari Arab Saudi Dr ‘Aaidl as-Su’uudi menyatakan, tak hanya penguasaan bahasa Arab yang perlu dimiliki seorang guru, ia juga harus memiliki kepribadian yang kuat dan wawasan yang luas. “Guru yang sukses ditandai oleh beberapa hal, di antaranya memiliki kepribadian yang kuat, mampu bersikap objektif dan adil pada peserta didik, menghargai perbedaan budaya, berwawasan luas, memiliki inovasi dalam mengajar, serta selalu bersemangat dan suka menolong,” beber ‘Aaidl as-Su’uudi.

Tak hanya itu, ada hal-hal yang harus diperhitungkan oleh guru apabila ingin menjadi guru yang berhasil. “Mengatur dan audit kerja, kebijaksanaan dalam pengelolaan kelas, menghormati pendapat siswa maupun mahasiswa, serta berkomunikasi aktif dengan mahasiswa,” lanjut ‘Aaidl as-Su’uudi.

Abdul Haris berharap, dari kegiatan ini jalinan kerjasama yang dibangun makin kuat, juga meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Arab di UMM khususnya dan lembaga pendidikan Muhammadiyah pada umumnya.

Sumber : www.umm.ac.id

Prodi Ilmu Pemerintahan UMM Kupas Isu Nasionalisme di Masyarakat Perbatasan

SANTERNYA isu-isu yang terjadi di wilayah terluar perbatasan Indonesia menggugah program studi Ilmu Pemerintahan (IP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meningkatkan jiwa nasionalisme pada mahasiswanya melalui orasi ilmiah, Senin (10/10) di Auditorium UMM. Kegiatan ini mengangkat tema “Peran Pemerintah dalam Penguatan Nasionalisme Masyarakat di Perbatasan”.

Menghadirkan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM Dr Saiman MSi, acara ini sekaligus respon terhadap sejumlah isu yang tengah hangat, di antaranya tertangkapnya kapal ilegal negara asing penangkap ikan di wilayah perairan Indonesia dan insiden lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan di wilayah selat Makassar. Tema ini dipilih selain karena semakin terancamnya wilayah perbatasan Indonesia, juga karena tema ini sama dengan disertasi pembicara.

Menurut Saiman, wilayah perbatasan Indonesia merupakan wilayah yang krusial dan strategis karena berbatasan langsung dengan kedaulatan negara lain. Oleh karenanya, bukan tidak mungin kedekatan secara geografis dengan negara lain tersebut yang akan melunturkan nilai-nilai nasionalisme warga di sana.

“Ada slogan begini,” katanya, “Garuda di dadaku, Malaysia di perutku,” lanjutnya. Hal ini kerap terdengar, karena secara kependudukan mereka ikut Garuda, ikut Indonesia, tapi untuk kebutuhan sehari-hari mereka berbelanja bahkan di Malaysia.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, selama ini kondisi medan yang sulit, ketertinggalan pembangunan, serta keamanan yang tidak terjamin merupakan masalah umum yang terjadi di wiayah perbatasan. Pembangunan seringkali bersifat parsial.

“Kendati ada program pembangunan, dana yang digelontorkan pemerintah bisa jadi malah habis untuk ongkos kirim bahan material bangunan,” ujar Saiman.

Belum lagi permasalahan terkait kesehatan, fasilitas dan kualitas pendidikan yang memprihatinkan, serta luas dan sulitnya medan sebagai akses ke perbatasan. Belum lagi, masalah-masalah khusus seperti sosial budaya, sosial ekonomi, atau politik pemerintahan.

“Tema tentang perbatasan wilayah Indonesia merupakan penelitian disertasi Dr Saiman. Berlatar belakang hal itu, kami ingin memberi wawasan dan penguatan bagaimana nasionalisme di wilayah perbatasan,” ujar Hevi Kurnia, MM Gov, kepala program studi IP UMM.

Tema ini menyedot antusias mahasiswa terutama saat sesi tanya jawab. Beberapa mahasiswa, utamanya yang berasal dari Sulawesi dan Kalimantan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terkait pencegahan dan penanggulangan dampak hilangnya nasionalisme bagi masyarakat daerah terluar Indonesia.

Beberapa program pemerintah jadi jawabannya. Mulai tahun depan, Kementerian Kesehatan mewajibkan lulusan dokter spesialis untuk terjun ke daerah, khususnya daerah terpencil dan perbatasan. Juga, Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar,  dan Terpencil (SM3T) yang sudah digalakkan Kemenristek Dikti beberapa tahun silam.

“Pemerintah memang sudah semestinya memikirkan upaya-upaya untuk pembangunan di daerah perbatasan. Bangun SDMnya, perbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan,” pungkas Saiman.

Sumber : www.umm.ac.id

Inisiasi Lesson Study di Malang, UMM Segera Gelar Konferensi Internasional

POLA pembelajaran lesson study dengan cirinya yang kolaboratif dan berbasis pada komunitas belajar dinilai dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Dimulai dari Jepang, pendekatan ini kini telah dipraktekkan di banyak negara dan telah membantu sekolah-sekolah di seluruh dunia berkembang menjadi komunitas belajar.

Menyadari hal itu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berupaya terus mengembangkan pola pembelajaran tersebut. Pada 3-5 November mendatang, di UMM akan diadakan International Conference of Lesson Study (ICLS) menghadirkan presiden World Association on Lesson Study (WALS) WALS Prof Christine Lee PhD, pendiri Lesson Study for Learning Community (LSLC) Prof Manabu Sato PhD, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Prof Dr Muhadjir Effendy MAP, Japan International Cooperation Agency (JICA) Expert Ryo Suzuki dan Presiden Asosiasi Lesson Study Indonesia (ALSI) Sumar Hendayana PhD

Dosen FKIP UMM yang juga pengurus pusat ALSI Drs Nur Widodo MKes menjelaskan, Ini merupakan konferensi tahunan yang menjadi ajang berbagi pengalaman dan praktek lesson study serta mendiskusikan isu-isu kekinian yang berkaitan dengan pengajaran, pembelajaran dan penelitian tentang lesson study.

UMM sendiri, kata Nur Widodo, sudah aktif terlibat di lesson study sejak 2011. Saat ini, bahkan tiga dosen FKIP UMM, yaitu Nur Widodo, Dr Roro Eko Susetya Rini MSi dan Dra Sri Wahyuni MKes tergabung di salah satu organisasi internasional di bidang lesson study, yaitu WALS. Melalui WALS, ketiga dosen ini selalu aktif dalam konferensi internasional seputar lesson study.

Menurut Nur Widodo, ada empat prinsip utama dalam lesson study. Pertama, pembelajaran harus bisa memenuhi hak siswa sehingga tidak ada yang terabaikan. Kedua, pembelajaran itu bagaikan taman artinya siapapun boleh menikmatinya dan juga harus terbuka untuk semua orang. Ketiga, pembelajaran berpusat pada siswa. “Artinya bukan guru yang diperhatikan kesalahannya, namun bagaimana siswa bisa memahami pelajaran dengan baik dan benar,” jelas Nur Widodo.

Keempat, lanjutnya, pembelajaran harus yang berkualitas. Guru harus menjadi fasilitator yang baik agar proses belajar siswa berlangsung secara bermakna dan dampaknya jangka panjang. “Dengan diterapkannya lesson studydi setiap sekolah akan menjadikan siswa paham tidak hanya secara jangka pendek, namun juga jangka panjangnya,” papar Nur Widodo yang juga tim utama pendiri ALSI ini.

Sebagai inisiator lesson study di Malang, UMM saat ini tengah bekerjasama dengan pemerintah kota Batu dan salah satu perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pendidikan, Benesse untuk mengimplementasikan lesson study di Kota Batu.

Sumber : www.umm.ac.id

Fungsionaris Lembaga Intra Diminta Jadi Inspirator Mahasiswa

“Saudara adalah pemimpin bagi tiga puluh dua ribu mahasiswa UMM. Saudara hadir di sini, karena memang saudara telah dipercaya mahasiswa UMM itu untuk memimpin mereka. Dan yang lebih penting, saudara adalah pemimpin mahasiswa di perguruan tinggi yang telah memiliki reputasi tinggi.”
Demikian disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan dalam arahannya pada pembukaan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Lembaga Intra tahun akademik 2016/2017 di Auditorium UMM, Jumat (7/10).
“Ibarat saudara naik pesawat, saudara itu sudah masuk di kelas bisnis. Kalau saudara naik bis, bisnya itu sudah kelas eksekutif. Ini berarti bahwa, saudara juga harus menyesuaikan diri. Karena Universitas Muhammadiyah Malang ini memiliki reputasi yang luar biasa, baik di wilayah Jawa Timur, nasional bahkan internasional, kami berharap saudara-saudara sebagai pemimpin mahasiswa harus memiliki rasa percaya diri dan mampu beradaptasi dengan reputasi UMM ini,” seru Fauzan.
Fauzan menegaskan, tidak boleh ada di antara fungsionaris mahasiswa yang merasa merepresentasikan diri dari perguruan tinggi kecil. Tetapi, fungsionaris lembaga intra UMM selayaknya merepresentasikan diri sebagai pemimpin mahasiswa dari perguruan tinggi yang mapan dan bereputasi. “Saudara sudah memiliki bergaining power yang kuat dan mampu berkomunikasi dengan siapa saja. Dalam kancah nasional, saudara sudah sejajar dengan fungsionaris-fungsionaris yang ada di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan perguruan tinggi terkenal lainnya,” seru Fauzan.
Selain itu, sebagai seorang pemimpin mahasiswa, bagi Fauzan fungsionaris lembaga intra harus dapat menjadi motivator juga inspirator. Sehingga menurut Fauzan, LKMM ini seharusnya menjadi agenda strategis dalam rangka mengembangkan pemikiran-pemikiran baru. “Kedepan, agenda pelatihan ini akan dikembangkan kearah yang kompetitif. Karena kita sudah tidak bisa lagi berpikir lokal atau bahkan nasional, kita harus memiliki wawasan yang mengglobal,” terangnya.
Ia berharap, masa jabatan sebagai fungsionaris lembaga intra yang hanya 1 tahun hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin. Salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan institusi dan mahasiswa dari universitas manapun. “Kehadiran saudara-saudara ditengah-tengah mahasiswa UMM akan bisa memberikan kontribusi berarti dalam rangka mengangkat citra prestasi Universitas Muhammadiyah Malang,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Harian Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. menyatakan bahwa UMM sebagai institusi pendidikan memiliki 3 peranan penting menyipkan generasi pemimpin masa depan. Yakni melahirkan generasi-generasi tangguh, menyiapkan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai bidang yang akan mampu mengerjakan tugas-tugas kehidupan berbangsa dan bernegara, serta membangun peradaban-peradaban bangsa Indonesia.
“Anda-anda lah generasi yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan masa depan dalam rangka memperkuat bangunan bangsa dan negara. Baik dalam konteks kehidupan regional, nasional maupun global,” pungkasnya.
Penanggungjawab kegiatan LKMM Drs. Warsono, M.M. mengungkapkan, agenda yang diikuti 274 peserta ini dalam rangka membekali fungsionaris lembaga intra ditingkatan fakultas maupun universitas agar memahami tata kelola organisasi. Hal yang tak kalah penting menurutnya, kegiatan ini bertujuan mempersiapkan peserta menjadi pemimpin yang berintegritas. “Antara lain menguasai bidang kerjanya, lalu memiliki karakteristik kejujuran, serta mau bekerja keras,” papar Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini.
Sumber  : www.umm.ac.id

Universitas Muhammadiyah Malang Satu-satunya PTS Penyelenggara PLPG

SEBANYAK 99 peserta berlatar belakang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diadakan oleh Program Serifikasi Guru (PSG) Rayon 144Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada 6 hingga 14 Oktober 2016.Para peserta berasal dari berbagai kota dan kabupaten se-Jawa Timur.

Di Indonesia, terdapat hanya 15 perguruan tinggi yang memiliki kewenangan menyelenggarakan program sertifikasi tersebut. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM Dr Poncojari Wahyono Mkesmenjelaskan, UMM merupakan satu-satunya perguruan tinggi swasta (PTS)yang dipercaya Kemendikbud mengadakan PLPG.

Selain UMM, 14 perguruan tinggi yang dimaksud yaitu Universitas Syah Kuala, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Jember, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Cendrawasih, dan Universitas Negeri Makasar.

Untuk pelaksanaannya, Poncojarimengatakan, PSGUMM bermitra dengan duauniversitas lainnya, yakni Universitas Islam Malang (Unisma) dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Pada pembukaan yang berlangsung di hotel UMM Inn, Kamis (6/10), Rektor UMM Fauzan mengajak peserta PLPG untuk mampu membaca problem-problem yang ditimbulkan oleh adanya pelaksanaan sertifikasi sebelum-sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kata Fauzan, penyelenggaraan sertifikasi yang pada tahun-tahun sebelumnya hanya diselenggarakan sembilan hari, tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap kompetensi yang diinginkan. “Jadi sebenarnya, penyelenggaraan sertifikasi di Indonesia bisa sampai saat ini khusus penyelenggaraan sertifikasi guru, hasilnya masih menjadi tanda tanya,” kata Fauzan.

Diakuinya, guru yang sudah tersertifikasi hanya meningkat pada satu aspek saja, yakni kesejahteraannya. Akan tetapi, aspek lainnya seperti peningkatan kinerja akademik, pedagogi, dan sosialnya belum nampak, bahkan belum memperlihatkan korelasi yang signifikan. Sebagai contoh Fauzan menyebut, di Kabupaten Malang saja pada 2014 disinyalir terdapat 374 kasus perceraian. Guru merupakan profesi yang paling banyak menyumbang daftar perceraian tersebut.

“Kondisi itu kan tidak boleh terus menerus terjadi. Kami berharap bapak dan ibu sekalian berangkat dari rumah masing-masing ketempat ini sudah meniatkan dalam dirinya untuk meningkatkan kapasitas kompetensi, intelektual serta sosialnya. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kompetensi para lulusan yang kita hasilkan,” kata Fauzan.

Oleh karenanya Fauzan berharap, guru yang dihasilkan melalui sertifikasi dapat menjadi agent of change.“Guru diharapkan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga sebagai model bagi peserta didiknya,” pungkas Fauzan.

Sumber : www.umm.ac.id