Workshop UMSIDA

UMSIDA Gelar Workshop Nasional AIK

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bersama Asosiasi Lembaga Al-Islam Kemuhammadiyahan (ALAIK) Umsida adakan Workshop Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Nasional bertema “Pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan berbasis Multikultural, Kreatif, dan Inovatif” melalui Zoom Meeting, Senin (15/02).

Workshop Umsida  terbagi 2 sesi tersebut, sambutan disampaikan langsung oleh Rektor Umsida, Dr Hidayatullah Msi juga menghadirkan 2 pemateri yakni Muhammad Sayuti MPd MEd PhD (Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah) dan Prof Dr Tobroni MSi (Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang). Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sidang komisi dengan 4 topik pokok pembahasan antara lain: kemanusiaan dan keimanan, ibadah-muamalah, kemuhammadiyahan, serta islam dan iptek.

“Peserta kegiatan ini adalah dosen AIK Perguruan Tinggi Muhammadiyah – Aisyiyah (PTMA) dari seluruh Indonesia,” tutur Kepala Lembaga AIK Umsida, Drs Mu’adz MAg. Menurutnya, penyelenggaraan kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi perkembangan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang kompleks, serta kemajuan sains dan teknologi yang begitu cepat, terutama di bidang pendidikan dan pembelajaran. Sehingga muncul tuntutan untuk melakukan pembaharuan, inovasi, dan pengayaan dalam pembelajaran AIK.

Lebih lanjut, ia berharap workshop Umsida ini dapat memperkaya pengetahuan, ketrampilan dan wawasan di bidang pembelajaran AIK untuk seluruh dosen AIK. “Diharapkan dapat saling tukar informasi dalam bidang bahan ajar dan referensi perkuliahan AIK,” imbuhnya.

 

Sumber : Humas UMSIDA

Dukung Dakwah Kampus, STIKIP Muh Kuningan Adakan Pelantikan ISC

Lembaga Dakwah Kampus Islamic Study Club (LDK-ISC) STKIP Muhammadiyah Kuningan menggelar kegiatan Pelantikan Pengurus di Masjid Jami’ Nuroh Binti Sholih Al-Mudafi’i STKIP, Selasa (10/11).

Sebanyak 47 pengurus dan 63 anggota muda secara resmi dilantik oleh Dr Casnan, MSi selaku Wakil Ketua Bidang Akademik, disaksikan oleh Pembina dan Wakil Pembina serta perwakilan Anggota Kehormatan beberapa tamu undangan lainnya. Bertemakan “Membentuk keperibadian muslim yang berkualitas, akademis dan menjungjung tinggi nilai ukhwah islamiyah” seremoni ini juga diisi dengan rangkaian kegiatan Pre Test Baca Al Quran untuk pengurus dan anggota muda, serta dilanjutkan Rapat Kerja (Raker).

Dr. Casnan dalam sambutannya menyampaikan menjadi seorang pendakwah sebaiknya tidak kaku dan harus bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada. “Salah satunya yaitu berdakwah melalui sosmed menjadi alat yang cukup simple dan praktis,” paparnya.

Pembina ISC Asep Usamah, M.Pd.I menambahkan 3 hal yang harus disiapkn oleh pengurus ISC, yakni hikmah, perkataan yg baik, memberikan solusi cerdas dan berjiwa humanis. Dari lokasi yang sama, Ikhsan Ganda Saputra selaku ketua terpilih ISC mengungkapkan dalam berdakwah akan ada hambatan dan ujian yang akan dilakui ke depannya. “Untuk itu mari kita bersama-sama dalam menjalankan amanah dan tentunya kita harus istiqomah serta menjadikan ISC sebagai wadah silaturahmi dan menggali ilmu bersama,” ungkapnya.

Wisudawan Umtas Hendaknya Implementasikan Nilai-Nilai Keislaman

Kamis (17/10), Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas) melaksanakan wisuda serta angkat sumpah dan Janji Ahli Madya Kebidanan, Ahli Madya Keperawatan, dan Ners Tahun Akademik 2018/2019 di Graha Umtas. Diikuti oleh 256 wisudawan, kegiatan ini dihadiri oleh Majelis Diktilitbang Muhammadiyah, PWM Jawa Barat, LL Dikti Wilayah IV, PDM Kota Tasikmalaya beserta organisasi otonom, perbankan, perhotelan, dan juga unsur muspida.

Dr Ahmad Qonit AD, MA selaku Rektor Umtas berpesan agar para wisudawan tidak berhenti belajar dan terus meningkatkan kemanusiaan yang berbanding lurus dengan produktivitas solusi yang dapat dipersembahkan bagi kemaslahatan masyarakat. Ia juga menambahkan mengenai pentingnya ridha Allah. “Ridha Allah itu tergantung kepada ridha kedua orang tua. Maka dari itu saya ingatkan dan amanatkan agar Anda senantiasa tidak menyakiti mereka, tetapi senantiasa menggembirakan mereka dengan cara yang baik,” tambahnya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Sub Bagian Akademik LL Dikti Wilayah IV, Agus Supriatna, M. Si. mewakili Kepala LL Dikti Wilayah IV memberikan apresiasi dengan mengucapkan selamat atas dilantiknya wisudawan Umtas. Ia juga menyampaikan bahwa lulusan Umtas harus peka terhadap era disrupsi yang menuntut digitalisasi dalam segala bidang. “Wisudawan Umtas hendaknya adaptif dalam segala menyikapi perubahan sehingga dapat berterima di masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, Dr. M. Samsudin, M. Pd., menekankan kepada para wisudawan perihal implementasi akhlak Islami yang melekat dalam diri mereka yang disemai melalui pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan. “Ciri khas lulusan PTM adalah profesional di bidangnya sekaligus memiliki akhlak yang baik. Lulusan Umtas hendaknya dapat membumikan nilai-nilai yang telah didapat dari kampus ke tengah-tengah masyarakat di era disrupsi ini,” paparnya.  (nu)

AIK? Jangan Sekedar Teori

“Terdapat empat nilai Islam progresif yaitu berpikir logis, aktif memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri . Diskusi ini bertujuan untuk melihat pengaruh empat nilai tersebut kepada mahasiswa melalui AIK,” ujar Anisia Kumala Masyhadi saat menjelaskan hasil penelitiannya dalam forum diskusi berkala tentang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, di PP Muhammadiyah Cik Ditiro pekan lalu.

Lebih jelasnya Anisia menjelaskan rumusan masalah penelitiannya merujuk pada tiga pertanyaan yaitu apakah keyakinan pada nilai-nilai Islam progresif berpengaruh pada inisiatif pertumbuhan diri mahasiswa PTM? Bagaimana profil nilai Islam progresif mahasiswa PTM, adakah nilai tertentu yang mendorong mereka untuk melakukan perbaikan diri?. “Dan yang terakhir darimana atau dari siapa mahasiswa PTM memperlajari dan memperoleh nilai-nilai Islam progresif?” tambah Anisia.

Data menunjukan, dari 285 mahasiswa dari seluruh PTMA yang tersebar di Indonesia, 6,4% tercatat memiliki inisiatif pertumbuhan diri atau upaya aktif untuk maju dan berkembang. Hasil ini menyimpulkan, empat nilai islam memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap inisiatif diri mahasiswa di PTMA. “Ada sekian puluh persen yang bukan berasal dari nilai Islam, dan itu berasal dari sumber yang lain,” lanjutnya.

Di antara empat nilai Islam progresif, dua nilai yang berpengaruh yaitu berpikir logis dan memperbaiki diri. Sedangkan dua lainnya tidak memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi diri. Dengan kata lain nilai Islam progresif tidak serta merta menjadi nilai penting bagi pertumbuhan diri mahasiswa. “Ada faktor lain yang berperan di luar empat nilai ini yang tidak tergali melalui penelitian ini,” tegas Anisia.

Jika dilihat dari tokoh yang berperan dalam menanamkan nilai Islam, peran pengajar masih tergolong kecil. Jika diasumsikan, pengajaran keislaman di perguruan tinggi belum optimal menggali dan menanamkan pentingnya nilai dan aktifitas yang berorientasi pada perubahan dan kemajuan. “Sementara dosen mata kuliah agama (AIK) belum berperan secara kuat dalam mengenalkan atau memberi penguatan pada nilai-nilai kemajuan ini.

Adanya fakta ini memunculkan keresahan bagi Prof Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis Diktilitbang PPM, ia memandang AIK melalui perspektive kaderisasi. “Saya mengamati, kaderisasi kita relatif lambat, adanya kader yang paripurna masih kurang,” paparnya.

Pengamatannya memunculkan beberapa solusi antara lain upaya untuk meningkatkan potensi kaderisasi seperti melakukan kerjasama dengan Lazismu dan fokus untuk menjadikan asrama PTMA sebagai tempat kaderisasi. “Jangan anggap enteng Aslama, Aslama harus menggunakan kurikulum yang baik dengan berbagai ilmu yang mumpuni pula,” lanjutnya.

Ia menambahkan generasi Muhammadiyah berkemajuan itu harus memperbaiki diri dan meningkatkan keilmuwannya. Karena kader sekarang itu tidak cukup hanya dengan AIK saja, namun harus diimbangi dengan ilmu lainnya. “AIK menjadi pondasi dan ditambah ilmu lainnya sebagai pelengkap,” tutupnya.

Tidak hanya itu, Prof Lincolin juga memberikan penekanan bahwa penanaman nilai AIK harus melibatkan seluruh dosen. Harapannya dosen dapat memberikan pengajaran dengan konsep ethic mainstreaming yang dikenal dengan sebutan meta learning approach. Jangan sampai AIK hanya dipahami sebagai ilmu namun tidak ada afektif dan psikomotoriknya. “Al Maun tidak hanya di tafsirkan, namun bagaimana diamalkannya. Penanaman etika juga diperlukan, hal ini harus dipegang oleh semua dosen,”pesannya.

Workshop AIK untuk PTM Indonesia Timur : Tingkatkan Kapasitas Kompetensi Dosen AIK

Workshop penyegaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) kawasan timur dilaksanakan di Sorong, Selasa hingga Kamis (27-29/08). Kali ini yang menjadi tuan rumah adalah Universitas Muhammadiyah Sorong. Dibuka oleh Ketua Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. H. Lincolin Arsyad, PhD, acara ini dihadiri oleh perwakilan dari PTM yang berada di daerah timur Indonesia, seperti STIKES Muhammadiyah Manado, STIKOM Muhammadiyah Jayapura, STIKIP Muhammadiyah Manokwari, Universitas Muhammadiyah (UM) Kupang, UM Sorong, UM Maluku Utara, dan Unimuda Sorong.

Rektor UM Sorong, Dr. Hermanto Suaib, MM, mengatakan tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas kompetensi dosen-dosen AIK agar dapat menyesuaikan tuntutan zaman. Diakui juga meskipun berada di wilayah mayoritas non muslim, pertumbuhan PTM cukup menggembirakan serta mendapatkan apresiasi dari masyarakat dan pemerintah sekitar.

Hermanto berharap kegiatan ini bisa menjamin keberlanjutan kiprah PTM di wilayah-wilayah mayoritas non muslim. “Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja dan beradaptasi dengan lingkungan adalah salah satu kunci keberhasilan,” tambahnya.

Lokakarya AIK Pascasarjana

Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) merupakan muatan lokal yang bersifat wajib bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiah (PTMA). Dalam Visi Pengembangan PTM 2015-2020 disebutkan bahwa “berkembangnya fungsi Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang berbasis al-Islam dan Kemuhammadiyahan, holistik-integratif, bertatakelola baik, serta berdaya saing dan berkeunggulan.” Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (4) Pedoman PTM disebutkan dua fungsi PTM, yaitu sebagai centre of excellence dan driving force kegiatan dakwah dan tajdid Muhammadiyah.

Kedua dokumen ini menunjukkan bahwa bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah basis seluruh kegiatan akademik dan non-akademik di kampus PTMA. Di samping memikul tanggung jawab ideologis dan dakwah, pengelolaan AIK harus dilakukan secara professional, programatis, dan sesuai prinsip-prinsip good university governance, sehingga diharapkan akan dapat menghasilkan lulusan yang cerdas dan berakhlak mulia, mampu mengembangkan dan menerapkan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) sesuai dengan ajaran Islam dan bermanfaat untuk umat Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan.

Untuk itu didakannya lokakarya AIK Pascasarjana. Acara ini dihardiri 32 peserta dari 18 PTMA se Indonesia dan dilaksanakan selama dua hari 23-24 Agustus di Hotel Santika Jakarta yang menjadi Tuan Rumah adalah UHAMKA. Dari 18 PTMA tersebut yang hadir Rektor, Direktur pascasarajana dan Dosen AIK.

Dari setiap kampus masing-masing bercerita tentang AIK pasca bagi yang sudah memberlakukan sebelumnya antara lain dari UMS, ataupun UHAMKA. Harapannya setelah adanya lokakarya ini dapat terusmuskan irama, metode dan keselarasan AIK di Prodi Pascasarjana untuk kedepan.

AIK sudah diterapkan di Prodi D3 ataupun S1 namun belum diberlakukan di Prodi Pasca. Nantinya akan diberlakukan di semua prodi mengingat AIK termaktub dalam catur darma PTMA. Irama, konsep dan goalnya juga akan berbeda dari AIK yang diberlakukan di D3 ataupun S1. Untuk jumlah sksnya juga baru di godok dalam lokakarya AIK Pascasarjana, Pungkas Sayuti Sekjend Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.