Volunteer American Corner UMY Terima Penghargaan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat

Keberhasilan para volunteer (relawan) American Corner Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Amcor-UMY) dalam menjalankan program-programnya, mendapatkan apresiasi dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Apresiasi tersebut ditandai dengan diberikannya penghargaan kepada paravolunteer Amcor UMY, yang diberikan langsung oleh Judy Moon selaku Publik Affairs Officer dari Kedutaan Besar USA di Jakarta.

Menurut Puthut Ardianto selaku Direktur Amcor UMY mengatakan bahwa para volunteer Amcor UMY batch 2 tersebut telah berhasil menyelesaikan tugasnya selama satu tahun. Dalam masa tugasnya tersebut, mereka bekerjasama menghidupkan American Corner UMY. “Para volunteer yang merupakan mahasiswa UMY ini berasal dari berbagai jurusan. Mereka sangat aktif dalam menjalankan tugas-tugas dan program-program Amcor UMY. Selain itu, jiwa relawan yang mereka miliki juga sangat tinggi,” ujarnya, melalui rilis yang diterima Biro Humas UMY pada Kamis (22/9).

Di tangan para volunteer inilah, lanjut Puthut, American Corner UMY bisa menyelenggarakan program-program reguler mingguan, bulanan maupun tahunan yang bermanfaat untuk sekitar. Beberapa contoh program-program yang berhasil terselenggara di tangan mereka antara lain MONDAY (Music ON today), Fun Conversation, Litterary Appreciation, Movie Talk, Coffee Dialog, Tea Talk, dan Game Challenge. “Penghargaan ini baru terselenggara di Amcor UMY. Kerja keras paravolunteer selama inilah yang menjadikan Keduataan Besar USA di Jakarta merasa layak untuk memberikan penghargaan kepada mereka,” jelasnya.

Puthut juga mengatakan bahwa penghargaan tersebut diberikan kepada para volunteer Amcor UMY di sela-sela kunjungan peserta Konferensi American Spaces Indonesia ke Amcor UMY, pada Rabu (21/9). “American Spaces Indonesia pada tanggal 20 hingga 21 September kemarin mengadakan konferensi tahunan 2016 dan bertempat di Hotel Phoenix Yogyakarta. Dalam konferensi ini seluruh perwakilan American Spaces yang terdiri dari 10 American Corner yakni Amcor UMY, Amcor Universitas Tanjungpura (Pontianak), Amcor UM Malang, Amcor UIN Wali Songo Semarang, Amcor Universitas Andalas Padang, Amcor Universitas Pattimura (Ambon), Amcor Universitas Hasanuddin (Makasar), Amcor UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta), Amcor ITB (Bandung), dan Amcor Universitas Airlangga (Surabaya) hadir dalam acara tersebut. Selain American Corner, hadir pula perwakilan dari My America Jakarta, My America Surabaya dan @amerika. Selain Indonesia, ada pula satu perwakilan dari American Spaces Timor Leste, yang bernama UMA Amerika,” paparnya.

Dalam rangkaian acara konferensi itulah, imbuh Phutut lagi, para peserta mengunjungi Amcor UMY, dengan salah satu agendanya yakni Volunteer Award atau Penghargaan Kepada Volunteer (relawan Amcor UMY). “Dan dalam kesempatan tersebut hadir pula tamu spesial dari Amerika yakni Thomas Smitham dan Gretchen Weintraub serta dua officer dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta yaitu Sarah Ziebell dan Judy Moon,” tutupnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Ekonomi Islam, Butuh Modal Sosial

Proses pembangunan ekonomi saat ini masih lebih banyak dipegang oleh kaum elit maupun kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan di dalamnya, hal itu pun kemudian memunculkan kerugian pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di sisi lain, sistem perekonomian dunia menggunakan paham neo liberalisme dengan tujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar atau perdagangan bebas dengan memaksimalkan keuntungan pribadi. Akan tetapi banyak yang beranggapan bahwa sistem ini justru memunculkan krisis ekonomi yang menyebabkan ketidakadilan.

Kondisi itulah yang kemudian mendorong sistem ekonomi yang berbasis perekonomian Islam untuk membangun ekonomi berkelanjutan ke arah yang lebih baik. Hal ini karena sistem berbasis ekonomi Islam diyakini mampu menciptakan kebersamaan ekonomi dengan konsep yang adil. Namun untuk menciptakannya masih diperlukan modal sosial dan dukungan dari berbagai pihak.

“Pembangunan berkelanjutan untuk menciptakan solidaritas ekonomi ini perlu diawali di tingkat masyarakat lokal. Untuk mendorong pembangunan tersebut membutuhkan modal sosial. Modal sosial ini yang benar-benar ampuh untuk membantu menyukseskan agenda besar ini,” papar DR. Anidah Robani selaku pembicara pada seminar Internasional yang bertajuk “Islam, Microfinance and Economic Development in Southeast Asia,” Rabu (21/9) di Ruang Sidang Pasca Sarjana lantai 4 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

DR. Anidah melanjutkan, dalam pembangunan masyarakat bagi microfinance atau layanan masyarakat berpenghasilan rendah, bukan hanya modal keuangan maupun modal intelektual yang dibutuhkan, melainkan mampu menumbuhkan konsep sosial kapital. Konsep sosial kapital ini mencakup jaringan sosial, kepercayaan, dan norma sosial. Selain itu juga perlu membangun konsep komunikasi yang sangat dibutuhkan. “Dalam pengalaman saya saat mewawancarai pengusaha dan manager BMT (Baitul Maal Wat Tamwil, red), mereka lebih melihat pembangunan sosial yang mampu memakmurkan BMT itu sendiri. Rata-rata mereka mengatakan bahwa modal kapital adalah penggerak utama dalam menyukseskan pembangunan berkelanjutan, karena mereka menggunakan konsep perkongsian secara bersama dan memunculkan saling percaya dan mempercayai,” jelas dosen University Technical Malaysia (UTEM-Malaysia) tersebut.

Untuk menciptakan hal tersebut, lanjut DR. Anidah, perlu juga membangun tiga pilar yang saling bergantung dalam menumbuhkan pembangunan berkelanjutan. Diantara ketiga pilar tersebut yaitu adanya roda pertumbuhan ekonomi, modal kelestarian lingkungan, serta modal sosial berkelanjutan. “Untuk menciptakan dan membangun roda ekonomi, maka dibutuhkan kegiatan kewirausahaan yang mampu menghasilkan pendapatan dan kekayaan. Modal sumber daya alam juga menjadi pilar yang saling bergantung dalam pembangunan berkelanjutan. Ini karena SDM sebagai modal saham, dan penggunanya pun harus adil dalam pendistribusian. Selain itu modal sosial seperti jaringan, nilai-nilai sosial, norma, dan afiliasi sebagai modal yang mendukung juga,” ujarnya.

Dalam seminar Internasional tersebut, Ketua Jurusan Ekonomi Perbankan Islam (EPI), Syarif As’ad, SEI., M.Si mengatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Asia tenggara sangat cepat. Dimana Negara-negara tersebut menginginkan kolaborasi serius bagaimana pemerintah dan orang-orang berkompeten di dalamnya terus didorong untuk mau turut mengembangkan ekonomi Islam. “Microfinance bisa dikatakan baik dalam kurun waktu 20 sampai 25 tahun. Saat ini Malaysia menjadi tolak ukur dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis ekonomi Islam. Sehingga pada kesempatan ini mengundang pembicara yang mempunyai pakar terkait microfinance Islam dalam pembangunan berkelanjutan,” tandasnya. -(hv)

Sumber : www.umy.ac.id

Sadarkan Kekuatan ASIA – AFRIKA, IORA Rangkul Mahasiswa UMY

 

Keberadaan dan eksistensi organisasi IORA belum disadari betul oleh kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa di Jurusan Hubungan Internasional. Kunjungan Sekretaris Jenderal Indian Ocean Rim Association (IORA), H.E. Ambassador K.V. Bhagirath ke Univertas Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis (15/9) tentu menjadi pencerahan bagi mahasiswa akan kekuatan IORA. Bahkan tokoh asal India tersebut juga menjadi pembicara dalam Kuliah Umum “Learning from the Past, Chanting the Future.”
Dalam kuliah umum yang diadakan di Ruang Sidang gedung Pascasarjana UMY, Bhagirath memperkenalkan organisasi IORA kepada mahasiswa. Organisasi ini diikuti oleh negara-negara yang ada di kawasan laut Hindia seperti india, Iran, Kenya, Madagaskar, Indonesia, dan 17 negara lainnya. Bhagirath menyebutkan bahwa IORA memiliki tujuan untuk mempromosikan keberlangsungan pertumbuhan dan keseimbangan perkembangan kawasan dan negara-negara anggotanya.
“IORA memiliki enam area prioritas utama, antara lain maritime safety & security, trade & investment facilitation, fisheries management, disaster risk management, academic science & technology, dan tourism & cultural exchange. IORA juga memiliki fokus untuk berkolaborasi dengan blok dan negara lainnya. Karena sebuah negara harus berkolaborasi dan berkooperasi dengan negara lainnya demi pertumbuhan dan kemajuan ekonomi negaranya,” jelas Bhagirath.
IORA sendiri disebut Bhagirath memiliki fokus ke negara-negara anggota yang sedang berkembang. Terutama pada kebanyakan negara yang berada di pesisir Afrika dan beberapa dari Asia. Karena beberapa tersebut dinilai masih mengalami ketertinggalan ekonomi dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Sementara itu, Dr. Siswo Pramono, L.L.M., selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyampaikan tentang masa depan organsiasi IORA. Ia memandang optimis bahwa IORA merupakan organisasi yang dapat menambah kesadaran negara-negara anggotanya untuk lebih meningkatkan potensi ekonomi. “Letak IORA juga berdekatan dengan negara-negara yang tersandung konflik. Seperti negara-negara di Timur Tengah dan beberapa negara di Asia. IORA kedepannya diharapkan mampu membantu negara konflik untuk segera menyelesaikan masalah dengan cara negosiasi dan diplomasi,” ujar Siswo.
Dosen HI UMY, Masyithoh Annisa ramadhani, S.IP., M.A., menyebutkan bahwa ada persinggungan antara visi IORA dengan poros maritim dunia yang merupakan fokus Presiden Joko Widodo saat ini. Indonesia dinilai memiliki potensi besar sebagai poros maritim dunia, karena secara geografis letak Indonesia berada pada titik persilangan yang strategis. Dampak baik dari posisi strategis Indonesia disebut Masyithoh dengan adanya Sumber Daya Alam dan Potensi tinggi yang dimiliki Indonesia.
“Sedangkan visi poros maritim dunia saat ini tengah finalisasi. Ini visi yang bagus, tapi saat kita masuk ke ranah implementasi dari visi ini, masih banyak terjadi hal-hal yang overlapping antar stakeholders, pembuat kebijakan, mereka masih belum ada satu komando, mau kemana sebenarnya poros ini,” jelas Masyithoh.
Dosen HI ini menilai bahwa visi poros maritim dunia ini harus memiliki konektivitas maritim (maritime connectivity). Dan hal tersebut mencakup antara lain di bidang ekonomi atau blue economy, dan juga di bidang keamanan (security), di bidang kebudayaan maritim (maritime culture) dimana tidak hanya pemerintah atau pejabat yang mengetahui visi itu tetapi juga sampai pada level masyarakat. “Dan juga kerjasama di bidang pendidikan atau academic exchange di bidang maritim ini. Dan ini merupakan salah satu pondasi untuk membangun kultur atau budaya maritim,” tambah Masyithoh.
Masyithoh melihat bahwa visi poros maritim dunia sangat bagus, namun menurutnya pemerintah harus menentukan langkah yang lebih jelas. Bukan hanya visi saja tanpa adanya implementasi, namun pemerintah harus memperhatikan kepada praktik di lapangan yang ada. “Harapannya dengan visi poros maritim dunia, masalah seeprti IUU (Illegal, Unreglated, Unreported) Fishing, penjarahan dan pencurian di lautan, menjadi lebih terselesaikan. Dan ini yang menjadi salah satu tantangan bagaimana menjadi poros maritim dunia,” tegas Masyithoh. (sumber : www.umy.ac.id)

UMY Jadi Perguruan Tinggi Paling Banyak Terima Dana Hibah Bina Desa​

Capaian prestasi Program Hibah Bina Desa (PHBD) UMY tahun 2014 ini terbilang menggembirakan. Tahun ini tiga kelompok mahasiswa UMY berhasil mendapatkan pendanaan program yang didanai oleh Dirjen DIKTI tersebut. Meningkat dari tahun lalu yang hanya mendapatkan satu pendanaan. Capaian tersebut menempatkan UMY menjadi perguruan tinggi yang paling banyak mendapatkan pendaan diantara enam belas kelompk yang berasal dari sebelas perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mengikuti program tersebut di DIY.

Kepala Lembaga Pegembangan Kemahasiswaan dan Alumni UMY, Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP beberapa waktu lalu menjelaskan, tiga kelompok mahasiswa yang mendapatkan pendanaan tersebut di antaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka, Himpunan Mahasiswa Akuntansi, dan Badan Eksekutif Mahasiswa FISIPOL. Ia mengungkapkan, kedepannya UMY berkomitmen untuk semakin mendorong dan mendampingi organisasi mahasiswa untuk berkompetisi dalam PHBD guna meningkatkan peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat.

Lebih jauh ia menjelaskan, total dana yang didapatkan untuk pelaksanaan PHBD tersebut sebesar Rp. 119.000.000 untuk membina desa yang terkonsentrasi di daerah Pajangan, Bantul. Adapun program pemberdayaan yang dilakukan adalah pemberdayaan anak berkebutuhan khusus di Panti Bina Siwi agar dapat lebih mandiri dengan berkarya melalui kerajinan. Kemudian pengembangan desa eduwisata di Mangir, dan yang terakhir adalah pengembangan Kampung Wisata Santan melalui perbaikan tata kelola keuangan dan teknologi informasi.

Pada tahun ini juga UMY ditunjuk Dirjen Dikti RI sebagai tuan rumah Monitoring Evaluation PHBD 2014 yang akan berlangsung dari tanggal 12 hingga 15 November 2014 mendatang. Sebanyak enam belas kelompok Mahasiswa yang berasal dari sebelas perguruan tinggi negeri maupun swasta di DIY dan Jateng akan mempresentasikan kemajuan pelaksanaan PHBD yang telah dilakasanakan oleh masing-masing tim sejak bulan Juli 2014 lalu.

PHBD merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh para mahasiswa melalui organisasi mahasiswa baik Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Diharapkan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi pelaksana PHBD ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa peduli dan berkontribusi kepada masyarakat di desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera. ​

Sumber : www.umy.ac.id

UMY Siap Sambut Peserta KOMURINDO Dan KOMBAT

Kompetisi Muatan Roket dan Roket Indonesia (KOMURINDO) dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer (KOMBAT) tahun 2014 yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai tuan rumah akan dilaksanakan pada 13 – 16 Agustus 2014 mendatang. Selain mengalami pengunduran jadwal, pelaksanaan KOMURINDO dan KOMBAT mengalami perubahan lokasi peluncuran roket dan balon udara yang semula dilakukan di Pantai Depok Yogyakarta menjadi di Dislitbang TNI AD, Pantai Bocor Kebumen Jawa Tengah. Keputusan pemindahan lokasi peluncuran roket ini adalah hasil koordinasi dan kerjasama pihak panitia yang terdiri dari DIKTI, LAPAN dan UMY dengan TNI AU, Dislitbang TNI AD, dan Pemerintah Daerah Kebumen. Continue reading “UMY Siap Sambut Peserta KOMURINDO Dan KOMBAT”

UMY Peringkat Empat Perguruan Tinggi Terbaik se Indonesia

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi perguruan tinggi swasta terbaik peringkat 4 di Indonesia versi 4ICU pada Juli 2013, 4ICU adalah penilaian secara independen. Pemeringkatan popularitas perguruan tinggi di dunia internet yang dilakukan oleh 4ICU menggunakan algoritma dari lima web metric berbeda dari tiga search engines yang independen dan saling terpisah yaitu Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic Seo Referring Domains, Majestic Seo Citation Flow, dan Majestic Seo Trust Flow. Tercatat 11.160 perguruan tinggi dari 200 negara yang dinilai 4ICU. Continue reading “UMY Peringkat Empat Perguruan Tinggi Terbaik se Indonesia”