Seminar Nasional Psikologi Indigenous!

Sikapi problem sosial, fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) adakan seminar nasonal psikologi indigenous bertajuk “Mengatasi Problem Sosial Berbasis Kearifan Lokal, Menuju SDM yang Berkualitas” di aula Ak Anshori, kantor pusat UMP, sabtu (6/5). Ketua panitia, Suwarti, SPsi, MSi mengatakan acara ini sekaligus juga bertujuan untuk publikasi hasil penelitian baik itu kajian dari dosen atau mahasiswa. Senada dengan Suwarti, Dekan fakultas psikologi UMP, Nur’aeni SPsi, MSi memastikan, fakultas psikologi UMP memegang teguh komitmen untuk menjadi lembaga pendidikan yang unggul, berorientasi pada pemberdayaan individu dan masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai Islami. “Hal ini sesuai dengan tugas dan kewajiban dosen yaitu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi terutama dharma yang kedua yaitu penelitian,” katanya.

Acara ini dihadiri 3 pembicara yaitu dr. Budhi Setiawan (Wakil Bupati Banyumas), Silvy Dewayani, SPsi, MSi (dosen fakultas psikologi UGM), dan Yudi Suharsono, SPsi, MSi (dosen fakultas psikologi UMM). Total peserta hampir mencapai 300 orang yang berasal dari berbagai latar belakang mulai dari mahasiswa, akademisi, praktisi, guru dan lainnya. Rektor UMP, Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, MH menyambut baik acara ini. Menurutnya, seminar ini mampu mengupas lebih dalam berbagai hal dan memunculkan pemikiran yang dapat membantu penelitian dari masing-masing pihak. Rektor berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada diskusi materi saja tetapi juga mampu memberikan solusi. Acara dimulai dengan pagelaran tari miyang yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas psikologi, penampilan mereka berhasil memukau penonton dengan baik.

Pemateri pertama, dr. Budhi Setiawan lebih menekankan tentang situasi kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Banyumas. Dalam paparannya, Budhi menjelaskan secara detail mulai dari para pelaku utama dalam sistem pelayanan KIA di Kabupaten Banyumas, analisis kematian ibu hingga pada rencana aksi percepatan penurunan AKI Kabupaten Banyumas. Rencana aksi tersebut terdiri dari beberapa program seperti penyuluhan gizi dan PMT ibu hamil dan kespro remaja, peningkatan kompetensi nakes dalam kualitas ANC terintegrasi, monev KIA (pendampingan kompetensi bidan desa), penyuluhan KB oleh nakes dan PLKB, dukungan keluarga dan masyarakat, peningkatan kemudahan akses pelayanan KB, optimalisasi kelas ibu bapak, pembentukan FMM di 27 kecamatan, pemantapan POKJATAB kecamatan sayang ibu hingga pada peningkatan komitmen camat dan kepala desan melalui pertemuan perkresidenan terkait AKI.

Pembicara kedua, Silvy Dewayani, SPsi, MSi mengangkat tema membangun wajah negeri yang sumringah melalui pendidikan yang berkarakter dan bermartabat. Silvy menjelaskan, implementasi dari amandemen UUD 1945 dimaknai berkebalikan dalam UU SISDIKNAS tahun 2003 yang hampir semua pasalnya mengenai pengelolaan pendidikan banyak dibebankan dan diamanahkan pada masyarakat. “Pendidikan yang menjadi cita-cita luhur bangsa kita semenjak 1945 semakin terombang ambing dalam ketidakjelasan model pengelolaan,” katanya. Dalam upayanya memikirkan besarnya tantangan pendidikan berkarakter dan bermartabat, Silvy mengusulkan beberapa hal untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama, dibutuhkannya pendidikan yang menyeluruh dari aspek kognitif, psikomotor dan afeksi. Kedua, menjadi guru dan dosen perlu ada persiapan dan sekolahnya. Ketiga, kesinambungan dan triangulasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Keempat, berani menjadi dan mempertahankan karakter bangsa yang unik dan asli. “Masih panjang jalan cerita pendidikan kita menuju kualitas yang mampu bersaing. Namun yang pasti tidak ada satupun yang boleh berhenti dalam berjuang,” imbuhnya. Pembicara ketiga, Yudi Suahrsono, SPsi, MSi lebih menitikberatkan pada pentingnya meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi persaingan bebas ASEAN. Usai paparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi paralel yang melibatkan artikel penelitian dari berbagai institusi. (Pra)

Sumber : UMP

Pimpinan Perguruan Tinggi Harus Berkarakter Kuat

Pimpinan perguruan tinggi harus berpikir jauh ke depan. Mengajak dan membangun spirit yang dipimpinnya untuk maju, bersifat dinamis, karena memimpin Perguruan Tinggi itu hakikatnya membangun generasi. Oleh karena itu kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan substantif dan berkarakter kuat dan baik, bukan sekedar pemimpin simbolik yang hanya berkutat dengan hal rutin.

Demikian benang merah yang disampaikan Ketua PP Muhammadiyah yang juga anggota Wantimpres Prof A Malik Fajar dan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi PPM yang juga Ketua Umum Aptisi Edy Suandi Hamid dalam sambutan pada acara pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo periode 2015-2019 Supriyono MSi di Kampus Perguruan Tinggi tersebut. Saat itu juga diresmikan satu unit gedung baru.

Menurut Prof Malik, dengan tugas berat tersebut kerjasama dan kekompakan pimpinan sangat penting. Dengan demikian Perguruan Tinggi bisa terus bergerak tanpa henti dan terus melakukan. “Ini seperti orang yang mengayuh sepeda,” ujarnya. Ditambahkan, dalan kondisi persaingan yang ketat, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tidak boleh merasa khawatir. “Karena bagi Muhammadiyah itu kompetisi dalam kebaikan, fastabiqul khairot. Ini tidak ada finishnya,” katanya.

Sementara itu Edy Suandi Hamid mengingatkan agar Rektor bisa terus mengembangkan budaya akademik dan benar-benar menjaga norma akademik. Kasus seperti pengeluaran ijazah aspal yang terjadi sekarang ini tidak boleh dan tidak akan terjadi di Muhammadiyah.

Pendidikan Muhammadiyah tidak sekedar berorientasi kuantitas, tapi kualitas, karenanya norma akademik harus dijaga secara ketat.

“Kasus penerbitan ijazah aspal itu sungguh menodai dunia pedidikan kita karena pelakunya ada di dalam kampus. Ini berbeda dengan kasus ijazah palsu yang terjadi pada waktu lalu. Karenanya oknum pelaku penerbitan ijazah aspal ini harus ditindak tegas” kata Edy Suandi Hamid.

Diingatkan pula, Perguruan Tinggi tidak harus berlomba meluluskan alumni dan mencetak ijazah saja. namun yang lebih penting adalah bagaimana menghasilkan insan yang bermanfaat bagi masyarakat; sehingga berperan mewujudkan Indonesia berkemajuan dan berperadaban. “ini berarti memcetak manusia berahlak dan berkompetensi tinggi dan berdaya saing,” ujarnya.

Sumber : APTISI

Mahasiswa Australia: Belajar Islam ke Non-Muslim itu Keliru

Di jajaran wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dikukuhkan pada Sabtu (30/5) lalu, terdapat wajah warga asing. Dia adalah Robert John Pope, warga Australia yang baru saja berhasil lulus di Magister Agama Islam (MAI) UMM.

Ketertarikan Robert pada studi Islam dilatari keinginan mempelajari Islam dari ahli dan sumbernya secara langsung. “Kalau belajar Islam ke non-Muslim itu keliru,” kata Robert yang menulis tesis tentang ‘Menemukan Kembali Islam Inklusif: sebuah Riset Naratif terhadap Usman Ibrahim’.

Sebelum memilih Kampus Putih, semula Robert mencari info tentang beberapa universitas yang mengajarkan tentang studi Islam. Pilihannya jatuh pada UMM lantaran ada kontak pribadi serta kecocokan visi akademik dengan sejumlah dosen di MAI UMM, terutama dua guru besar, yaitu Prof Tobroni dan Prof Syamsul Arifin.

Sebagai balas budinya pada UMM, pria asal Renmark, Australia ini ingin membangun kemitraan antara lembaga tempatnya bekerja, Equal Access, dengan Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) PPs UMM.

Bagi Robert, UMM sangat mendukung pemikiran rasional, sangat terbuka, serta memiliki intellectual honesty yang kuat. Ia juga mengaku terpukau dengan cara UMM menampilkan dirinya, misalnya dari video UMM pernah saya lihat. “UMM adalah kampus yang luar biasa. Kampus ini memiliki masa depan yang cerah.”

Selepas lulus Pascasarjana MAI UMM, Robert berencana melanjutkan studinya di S3 Pendidikan Agama Islam (PAI) UMM. “Tapi saya harus kembali ke Australia dulu untuk bekerja lagi selama setahun. Rencananya, bulan Juli tahun depan (2016) akan mengambil kuliah doktor di UMM.”

Sebagai penganut Kristiani, Robert memiliki cara pandang yang menarik dalam beragama. “Sekalipun saya beragama Kristen, tapi saya tidak makan babi dan juga tidak minum minuman keras. Tapi dasarnya itu rasional, karena bagi saya, kalau mau sehat, ya harus mengkonsumsi makanan halal,” ujarnya.

Ketua program studi MAI PPs UMM Prof Dr Tobroni MSi menyebut, Robert adalah seorang penganut ajaran Kristen dan Islam. Menurut dia, Robert secara formal beragama Kristen tetapi penganut tauhid. Robert mendalami monoteisme agama Ibrahim dan agama samawi lainnya termasuk Kristen. “Robert memiliki cita-cita mempertemukan agama-agama samawi, khususnya Kristiani dan Muslim di Australia,” ujarnya.

Sumber : REPUBLIKA

Diskriminasi Pasien Harus Dihentikan

Keselamatan pasien di era Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menjadi topik yang selalu diperbincangkan akhir-akhir ini. Hal itu tidak terlepas dari masih adanya laporan masyarakat terkait dugaan malpraktik atau perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Terselenggaranya program BPJS Kesehatan seharusnya mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Harapannya, akan berdampak positif pada terjaminnya keselamatan pasien dan tidak ada lagi perlakuan diskriminatif yang diterima oleh pasien.

“Sudah saatnya rumah sakit lebih mengutamakan keselamatan pasien dibanding dengan keutamaan yang lain. Mutu pelayanan akan menjadi cermin bagi setiap rumah sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” kata Rosyidah, M. Kes. dalam seminar internasional tentang keselamatan pasien yang diadakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Hotel Cavinton, (20−21/5/2015) lalu.

Menurut perempuan yang menjadi Dekan FKM ini, mutu pelayanan yang dihasilkan rendah akan berdampak kepada buruknya citra rumah sakit di mata publik. Undang-undang rumah sakit maupun Undang-undang Kesehatan juga telah mengatur hal tersebut. Keselamatan pasien menjadi keutamaan, bahkan kewajiban bagi setiap institusi penyelenggara pelayanan kesehatan.

Di tempat terpisah, Ahmad Ahid Mudayana, Humas FKM mengatakan, “Adanya seminar ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih ide dan gagasan untuk perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan. Selain itu juga memberikan pengetahuan tambahan terkait kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia maupun di negara-negara maju lainnya.”

Selain kegiatan seminar internasional, diadakan pula penandatanganan kerja sama antara FKM, Fakultas Farmasi, dan Fakultas Psikologi, dengan Leiden University, Belanda. Kerja sama yang disepakati adalah terkait dengan bidang akademik dan penelitian.

“Diharapkan, dengan adanya kerja sama ini, dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di UAD. Selain itu dapat semakin mempertegas tujuan UAD menuju world class university,” ujar Rosyidah.

Seminar yang diikuti oleh 250 peserta dari berbagai kalangan mulai dari praktisi kesehatan, akademisi, mahasiswa, dan lainnya itu menghadirkan beberapa narasumber. Mereka adalah Roderick Salenga, MPH. (University of Philippine Manila), Prof. Ali Ghufron Mukti (Universitas Gadjah Mada), Prof. A.A. Kaptein (Leiden Medical Health Center, Belanda), Yukiko Yokobori (The IFHIMA Director of Southeast Asia, Japan Hospital Association), dan Rosyidah, M. Kes. (UAD).

“Seminar ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun dengan topik yang berbeda sesuai dengan perkembangan isu kesehatan,” tutup Ahid.

Sumber : UAD

Kurikulum PTM Jangan Hanya Berpegang Pada Regulasi Pemerintah

Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) diharapkan tidak hanya berpegang pada regulasi pemerintah dalam membuat dan menerapkan kurikulum perkuliahannya. Hal itu dikarenakan, PTM perlu memiliki sesuatu yang berbeda dengan perguruan tinggi lainnya. Jika PTM hanya berpegang pada kurikulum yang sudah diatur pemerintah, PTM tidak akan memiliki tambahan nutrisi atau gizi yang bisa diberikan pada mahasiswa dan dosennya.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Bambang Cipto, MA saat membuka secara resmi Workshop Evaluasi KBK Berbasis KKNI dan SNDIKTI. Acara yang diselenggarakan oleh program studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMY ini ditujukan pada seluruh PTM se-Indonesia, dan bertempat di Ruang Sidang Gedung AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Rabu (27/5).

Dalam sambutannya, Prof. Bambang mengatakan, jika PTM itu hanya berpegang pada regulasi dan terus menerus melakukan evaluasi pada kurikulum yang sudah ada, hal itu justru akan membuat semua PTM tidak akan merasa cukup. Karena terus merasa bahwa kurikulum yang ada itu tidak sempurna. Untuk itulah, ia menyarankan agar PTM di Indonesia ini juga memiliki formula atau tambahan gizi yang berasal dari luar kurikulum yang sudah diatur pemerintah tersebut.

“Mengembangkan gizi atau nutrisi pada mahasiswa itu tidak harus melalui kurikulum, karena kita juga bisa melakukan program-program lainnya yang sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa. Misalkan seperti KKN (kuliah kerja nyata, red) internasional atau pun student exchange program. Dua hal ini justru yang sangat penting untuk kita lakukan, karena kita bisa memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga pada mahasiswa, yang mungkin belum pernah mereka dapatkan di desa atau daerah asalnya. Dan kami, di UMY sendiri juga sudah mengembangkan dua program ini,” jelas Prof. Bambang.

Selain itu, lanjut Prof. Bambang, agar bisa menjadi perguruan tinggi yang berbeda dengan kebanyakan perguruan tinggi lainnya, selain melalui dua cara itu, masih ada dua opsi program lainnya yang juga bisa digunakan oleh PTM. “Yakni dengan mengikutsertakan mahasiswa pada kompetisi-kompetisi tingkat internasional, serta mengirimkan dosen-dosennya ke luar negeri. Saya contohkan sekali lagi seperti UMY, mahasiswa kami juga sudah ada beberapa yang bisa masuk dan ikut berkompetisi di tingkat internasional. Selain itu, tahun depan kami InsyaAllah juga akan memulai Lecture Program (Pertukaran Dosen) ke luar negeri. Pada program ini, kami akan mengirimkan dosen-dosen UMY ke luar negeri untuk belajar, melakukan penelitian serta presentasi di hadapan orang-orang luar,” ujarnya.

Itulah mengapa, menurut Prof. Bambang, keempat hal tersebut perlu dijadikan opsi pilihan bagi PTM di seluruh Indonesia agar memiliki tambahan nutrisi. Sebab menurutnya, jika PTM yang tak lain juga adalah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tersebut tidak berusaha melakukan penambahan nutrisi, maka ia tidak akan memiliki ciri khas dan perbedaan dengan perguruan tinggi lain, terutama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Sementara itu, Yulianto Achmad, SH., M.Hum selaku pemateri dalam workshop tersebut mengatakan, selain dari empat program internasional tersebut, PTM juga bisa memiliki hal berbeda dengan perguruan tinggi lainnya dari segi kurikulum. Sekalipun kurikulumnya tetap bersandar pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia (SNDIKTI). “Dengan catatan, kurikulum yang kita buat itu harus sesuai dengan visi misi dari perguruan tinggi kita sendiri. Jangan hanya asal jiplak apa yang sudah diatur dan dibuat oleh KKNI dan SNDIKTI. Jadi saat kita membuat kurikulum itu, harus tahu dulu visi misinya kita itu apa. Sebab, yang benar itu memang harus sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi. Karena itu, bisa jadi kurikulum yang dibuat oleh satu PTM akan memiliki perbedaan dan ciri khusus dari PTM lainnya. Karena masing-masing PTM pastinya memiliki visi misi yang berbeda juga,” paparnya.

Untuk itulah, imbuh Yulianto lagi, workshop tersebut diselenggarakan. Selain untuk saling berbagi pengetahuan mengenai langkah-langkah dan penerapan kurikulum berbasis KKNI dan SNDIKTI, kegiatan ini juga bisa menjadi salah satu sarana bagi perkumpulan seluruh tenaga pendidikan prodi Ilmu Hukum dari seluruh PTM di Indonesia. “Dan di sinilah kemudian kita berkumpul, untuk membentuk asosiasi yang bisa menghasilkan kurikulum, khususnya untuk prodi Ilmu Hukum, agar bisa diajukan pada Dikti. Jika kurikulum yang kita hasilkan ini disetujui oleh Dikti, maka Fakultas Hukum atau Prodi Ilmu Hukum di seluruh universitas itu akan memiliki kurikulum yang sama. Itulah yang kami harapkan pula dari terselenggaranya kegiatan ini,” ungkap Dosen FH UMY ini lagi. (sakinah)

Sumber : UMY

Nursing Unimus 2015| “On Building Your Confidence: Foreign Language (Arabic-English) and Character Aspect”

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Mengadakan program Behavior Achievment untuk Perawat, dengan tema “On Building Your Confidence: Foreign Language and Character Aspect”. Sebagai pembicara adalah Praktisi HRD (Behavior Therapist), Bpk Drs. HM. Bambang Nugroho.MM. Beliau adalah pakar psikoterapi yang telah diakui oleh negara-negara Asean . Malaysia, Singapore, Thailand, Hongkong, Macao bahkan China, serta pada pemerintahan dan lembaga pendidikan, dan perusahaan nasional maupun international.

Tema tersebut merupakan pembangunan mental dan kepribadian sebagai seorang pemenang artinya bahwa kepercayaan diri dan mindset merupakan sistem saraf otak yang akan memberikan dan melakukan perubahan sikap.  Kegiatan tersebut sebagai bagian dari pembangunan kepercayaan diri bagi profesi perawat dimana tantangan dalam profesi kesehatan terus meningkat khususnya dalam kemampuan berbahasa asing yakni bahasa Arab dan English. Dengan kegiatan ini para mahasiswa Ilmu Keperawatan UniversitasMuhammadiyah sangat antusias, hal ini dengan di ikuti oleh 200 mahasiswa dan di hadiri Civitas Akademik serta moderator oleh Mamdukh Budiman.S.S.MSi.

Pengembangan Soft Skill adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, mindset, dan optimasi. Dengan redaksional adalah merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan lainnya. Keterampilan lunak ini merupakan kesiapan peserta didik (Calon Perawat Unimus)  sebagai bagian dalam menghadapai persaingan global selain kemampuan yang handal dalam bidang ilmu keperawatan dan kemampuan soft skill. Dari acara program pengembangan soft skill ini  menambah rasa percaya diri, siap untuk berkompetisi, mampu dan menerapkan nilai-nilai soft skill menjadi pribadi yang dinamis, aktif, kreatif dan mandiri. Khususnya kemampuan berbahasa asing (Arab dan English) Reportase : Mamdukh Budiman

Sumber : UNIMUS

“Sarasehan Bahasa & Sastra Jawa” Kerjasama Balai Bahasa Jawa Tengah Dengan FBBA UNIMUS

Senin (18/05/2015) Balai Bahasa Jawa Tengah bekerjasama dengan Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA) menyelenggarakan kegiatan “Sarasehan Bahasa dan Sastra Jawa” yang bertempat di Gedung NRC Unimus. Kegiatan sarasehan ini merupakan agenda rutin bulanan yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah semenjak tahun 2014 dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan se-Jawa Tengah.

Sarasehan ini dihadiri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Semarang, komunitas bahasa Jawa se-Jawa Tengah, guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa SMP – SMA se-Kota Semarang, dosen dan mahasiswa Perguruan Tinggi se-Kota Semarang, serta dosen dan mahasiswa FBBA Unimus. Menurut Ketua Panitia (Diana Hardianti, M.Hum.) kegiatan sarasehan ini selain bertujuan untuk “nguri-uri” bahasa dan kebudayaan Jawa juga untuk menjaga silaturahim antara komunitas bahasa Jawa se-Jawa Tengah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan mampu mempertahankan kelestarian penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di daerah Jawa Tengah yang sudah mulai menunjukkan penurunan, seperti yang disampaikan oleh Sutarsih, M.Pd. (Balai Bahasa Jawa Tengah).

Menghadirkan dua orang narasumber yaitu Prof. Sahid Teguh Widodo, Ph.D. (Fakultas Ilmu Budaya UNS) dan Dr. Hardiwinoto, SE., M.Si. (Dekan FE Unimus) dengan moderator Dr. Sayono, SKM., M.Kes. diskusi sarasehan membahas mengenai penerimaan masyarakat Jawa terhadap budaya asing. Masyarakat Jawa sudah menunjukkan penerimaan terhadap budaya asing semenjak dahulu yang tergambar dalam penggunaan nama-nama Raja (seperti: Mangkubumi, Hamengkubuwono) dan simbol-simbol kerajaan berupa matahari dan bulan, yang menggambarkan sifat universal. Pada era globalisasi sekarang ini bahasa dan budaya Jawa mulai menghadapi “cybernatic virtual” yang selain menguntungkan juga dapat membawa kerugian. Oleh karena itu budaya Jawa memerlukan transformasi sesuai dengan kebutuhan jaman agar dapat terjaga kelestariannya. Kelestarian budaya Jawa dapat dipertahankan dengan menjaga keutuhan bahasa Jawa dalam penggunaannya yang dapat dimulai dari keluarga, masyarakat dan sistem sosial karena kerusakan bahasa akan menjadi pemicu terjadinya kerusakan budaya dan bangsa. Guna mencegah hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah sudah menggalakkan penggunaan bahasa Jawa setiap hari Kamis di kantor – kantor pemerintahan.

Dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar selama sarasehan berlangsung, ditampilkan pula suguhan tari dan tembang Jawa yang dipersembahkan oleh dosen dan mahasiswa FBBA Unimus yang menambah antusias para peserta. Mengangkat budaya dan tradisi daerah khususnya budaya Jawa merupakan hal yang patut diapresiasi karena hal tersebut merupakan upaya untuk menjaga keutuhan dan kelestarian budaya bangsa. (humas&jipc).

Sumber : UNIMUS

MoU UM MAGELANG DENGAN UTM MALAYSIA

Sebagai perguruan tinggi yang makin berkembang, UM Magelang terus berusaha menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya yang dilakukan UM Magelang adalah dengan menjalin kerjasama dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Malaysia. Acara penandatanganan MoU tersebut diadakan di sela-sela kunjungan selama empat hari mulai tanggal 12 hingga 15 Mei lalu di Malaysia.

Rektor UM Magelang Ir. Eko Muh Widodo MT melakukan kegiatan didampingi Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Dr. Purwati MS dan Wakil Rektor 2 Bidang Administrasi Umum Nuryanto M. Kom. Kegiatan diadakan bersama dengan sembilan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia melalui program Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam rangka menjalin kerja sama, termasuk dengan perguruan tinggi lain dari 15 negara dalam acara University President Forum (UPF) 2015.

Selain menjalin kerja sama, kegiatan tersebut juga sebagai ajang sharing dari berbagai Perguruan Tinggi terkenal dari berbagai negara di belahan dunia antara lain Amerika, Inggris, Australia, Cina, Korea, Philipina, Brunei dan Nigeria. UTM sebagai tuan rumah penyelenggaraan UPF 2015 memaparkan berbagai program unggulan yang dimiliki. Tindak lanjut dari MoU tersebut langsung akan dikoordinasikan di tingkat Majelis Dikti PP Muhammadiyah sebagai tahapan pengembangan dan peningkatan pelayanan PTM yang merupakan lembaga pendidikan tinggi pilihan masyarakat.

Rektor UM Magelang berharap MoU tersebut dapat diimplementasikan melalui penelitian bersama (joint research), pertukaran mahasiswa (student exchange), publikasi ilmiah bersama serta program magang dosen dan mahasiswa UM Magelang. MoU berjangka waktu lima tahun itu akan segera direalisasikan di UM Magelang melalui unit terkait dan diharapkan akan membawa perubahan yang signifikan bagi UM Magelang yang kini telah menyandang akreditasi institusi dengan peringkat “B”.

Lebih lanjut Eko mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk responsibility UM Magelang terhadap amanah atau kepercayaan yang diberikan masyarakat.(YUDIA-HUMAS)

Sumber : Universitas Muhammadiyah Magelang

PKMAH UMM Siapkan Mahasiswa Jadi Auditor Halal

Berlakunya  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) membuat perusahaan-perusahaan pangan, obat-obatan  dan kosmetika di Indonesia dituntut menjamin produknya agar aman dan halal. Konsekuensinya, auditor halal internal (AHI) semakin dibutuhkan, terlebih di tengah minimnya profesi tersebut.

Kenyataan tersebut direspon cepat oleh Pusat Kajian Makanan Aman dan Halal (PKMAH) bentukan Program Studi Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan menyiapkan lulusannya agar bisa menjadi auditor halal internal. Hal itu diwujudkan melalui kegiatan ‘Workshop Sertifikasi Halal dan Penguatan Bekal Auditor Halal Internal’ yang berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM, Senin (25/5).

Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) Pusat, Ir Hj Osmena Gunawan yang hadir sebagai pembicara mengatakan, saat ini masyarakat butuh diyakinkan bahwa produk yang digunakan sepenuhnya halal. Untuk itu, sejak 2012 LPPOM-MUI memberlakukan sistem jaminan halal HAS 2300 yang telah menjadi rujukan internasional dan diakui oleh World Halal Food Council (WHFC).

Bagi Osmena, penerapan sistem jaminan halal (SJH) ini amat penting, baik dalam perspektif teknologi, manajemen maupun bisnis. “Terlebih, saat ini tren pasar global terhadap produk halal tengah meningkat. Jadi, kebutuhan auditor halal tidak hanya secara nasional, tapi juga internasional, apalagi menjelang berlakunya pasar global dan terbentuknya masyarakat ekonomi ASEAN.”

Ketua PKMAH UMM Dr Ir Elfi Anis Saati MP menambahkan, di tengah tuntutan pasar global terhadap sertifikasi halal, nyatanya kondisi keamanan dan kehalalan pangan di Indonesia amat memprihatinkan. Elfi mencontohkan, tak sampai 15 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang sudah tersertifikasi halal.

“Untuk bisa memperoleh sertifikasi halal, sebuah UMKM harus memiliki perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) terlebih dahulu. Nah, di Indonesia UMKM yang memiliki izin PIRT hanya sekitar 45 persen saja. Jadi tugas kita, selain menyiapkan lulusan sebagai auditor halal internal, juga mendampingi UMKM agar tersertifikasi halal,” terang Elfi yang juga dosen ITP UMM ini.

Menurut Elfi, workshop ini sangat menguntungkan bagi mahasiswa ITP UMM karena bisa menjadi bekal selepas lulus nantinya. “Dulu, untuk bisa mengikuti acara seperti ini saya harus pergi ke Bogor, waktu itu bayarnya 300 ribu. Sekarang, untuk bisa ikut workshop seperti ini kita harus bayar sampai dua setengah juta. Nah, khusus mahasiswa ITP UMM kita gratiskan,” ujarnya.

Menindaklajuti kegiatan workshop ini, PKMAH UMM juga akan mengadakan seminar tentang ‘Pentingnya Sertifikasi Halal: Prospek, Manfaat, dan Peluang Bagi Perusahaan serta Pengembangan IPTEKS dalam Menyongsong Perdagangan Global’ pada 11 Juni 2015 di UMM Dome. Seminar menghadirkan direktur LPPOM-MUI Jawa Timur Prof Dr Sugijanto MKes Apt dan kepala Quality Assurance (QA) Perusahaan Cleo Pandaan-Pasuruan, di mana ketua PKMAH UMM Elfi Anis Saati juga bertindak sebagai pembicara. (han)

Sumber : UMM

UAD Kuatkan Kerja Sama dengan Leiden University Medical Center Belanda

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) menyelenggarakan Sharing Best Practice dan Presentasi dengan Evelien Hack, M.A., Koordinator Internasionalisasi Leiden University Medical Center (LUMC), Belanda. Ada dua topik yang dibahas pada kesempatan tersebut, yaitu How to Internationalize Your Faculty/Institution pada Selasa, (19/52015), dan How to Approach Partner Institution pada Kamis, (21/5/2015) yang berlangsung di ruang sidang kampus I UAD.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV, Prof. Sarbiran, Ph.D., berharap agar agenda seperti ini dapat memberikan informasi dan sharing untuk memulai, menjalankan, dan menguatkan program-program internasionalisasi perguruan tinggi, terutama yang telah dilaksanakan oleh LUMC.

Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, Ida Puspita, M.A.Res., juga menjelaskan bahwa kerja sama UAD dan LUMC telah diinisasi sejak tiga tahun terakhir. Pada (20/5/2015), Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan LUMC dan akan bekerja sama dalam berbagai bidang. Seperti academic exchange, joint research and publication, dan lain-lain.

“Selain MoU, ditandatangani pula Student Exchange Agreement. Dalam upaya merealisasikan MoU ini, Fakultas Farmasi UAD tengah mempersiapkan dua mahasiswanya untuk dikirim ke LUMC tahun depan,” terang Ida Puspita.

Presentasi tersebut dihadiri oleh para Dekan dan Kaprodi se-UAD. Hadir pula beberapa perwakilan KUI, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, seperti Stikes Aisyisyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sumber : UAD