UMM Launching Pusat Riset Pengembangan Apel Pertama di Indonesia

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) membuat terobosan baru dengan mendirikan Pusat Riset Pengembangan Apel pertama di Indonesia yang diketuai oleh Dr Harun Rasyid MP, Selasa (19/5). Launching yang dirangkai dengan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel UMM Inn dihadiri berbagai narasumber, yakni Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Dr Ir Agung Hendriadi, MEng, Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik Dr Ir Joko Susilo Utomo, MP, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Dr Ir Tri Sudaryono, MS, Ketua Gapoktan Mitra Arjuna Hj. Ir. Luki Budiardi, dan Direktur Agrokusuma Batu Ir. Edy Antoro.

Peserta FGD yakni dari unsur pemerintah diwakili oleh Dinas Pertanian Batu, Kab. Malang, Kab. Pasuruan, kemudian dari unsur Kelompok Tani diwakili oleh Gapoktan kota Batu, Kab. Malang dan Kab. Pasuruan, juga dari unsur pedagang diwakili oleh asosiasi pedagang apel dan dari unsur akademis diwakili oleh kaprodi pertanian dari UMM, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri), Universitas Islam Malang (Unisma), Univesitas Widyagama dan Universitas Brawijaya (UB).

“Pendirian Pusat Riset Pengembangan Apel ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan pengembangan komoditas apel yang meliputi permasalahan pada kualitas lahan, produktivitas pohon, biaya produksi yang tinggi, modal yang terbatas, industri yang belum berkembang dan lain-lain,” kata Harun Rasyid.

Tujuan dari program ini, tambahnya, yakni menggiatkan agribisnis apel, sehingga terjadi peningkatan produksi dan kualitas buah dari kebun-kebun apel di sentra produksi serta mendorong pembangunan kebun kebun apel di kawasan baru. “Dengan program ini diharapkan mampu memperoleh kualitas buah unggul sesuai standar codex internasional dengan produktivitas yang tinggi, Petani memperoleh difusi teknologi dalam perbaikan lahan dan produksi bahan organik,” ujarnya. Selain itu petani juga mendapatkan teknologi pra-panen, panen dan pascapanen yang dapat meningkatkan kualitas buah.

Menurut Rasyid, rancangan strategis pengembangan program ini bersifat komprehensif yang meliputi berbagai bidang dari hulu hingga hilir, meliputi; bidang Agroteknologi tujuannya menghasilkan teknologi yang efisien dan efektif dalam pemeliharaan apel menuju apel organik, bidang pengelolaan hama dan penyakit yakni pengembangan strategi manajemen penanganan hama dan penyakit pada apel tropis.

“Bidang Pascapanen yang bertujuan mendapatkan teknologi pasca panen apel yang dapat meningkatkan mutu dan daya simpan buah segar serta buah olahan menjadi produk industri bernilai tinggi, bidang usaha agribisnis dan Manajemen pemasaran dengan tujuan mendapatkan solusi usaha tani apel yang menguntungkan dan berkelanjutan, bidang Pengembangan Agrowisata yakni meningkatkan potensi kunjungan wisatawan kekebun apel yang berkesinambungan, serta bidang Pengembangan promosi bertujuan meningkatkan selera konsumen terhadap buah apel tropis dari Malang dan kunjungan wisata apel,” tuturnya. (zul/han)

Sumber : UMM

Delapan Mahasiswa Asing Lomba Pidato Bahasa Indonesia

 Mahasiswa asing dari berbagai negara yang menempuh pendidikan tinggi di sejumlah perguruan tinggi (PT) di Malang, Jawa Timur, mengikuti lomba berpidato dalam Bahasa Indonesia yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (12/5).

Lomba pidato yang diikuti delapan mahasiswa asing asal Korea Selatan, Laos, Madagaskar, Cina , Aljazair, dan Thailand itu digelar unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Lomba tersebut khusus bagi mahasiswa program Darmawiswa RI Regional Malang tahun akademik 2014/2015.

Asisten Rektor Bidang Kerja Sama Luar Negeri UMM, Soeparto, berharap kegiatan tersebut dapat membawa Indonesia menjadi lebih dikenal di kancah internasional karena bahasa dan keanekaragaman budayanya.

“Budaya dan bahasa kita ini bermacam-macam, setiap daerah memiliki bahasa dan dialek sendiri. Oleh karena itu kita harus bangga dan tetap menjaga keanekaragaman budaya ini, bahkan sebisa mungkin kita kenalkan kepada dunia internasional,” ujarnya.

Sementara itu peserta lomba yang dikhususkan bagi mahasiswa asing itu berasal dari sejumlah kampus di Malang, di antaranya dari Universitas Negeri Malang (UM) dan IKIP Budi Utomo.

Dalam acara final tersebut, mahasiswa asing yang telah berhasil melewati babak penyisihan diharuskan berpidato di hadapan ratusan penonton dengan membawakan subtema “Keberagaman Bahasa dan Budaya Indonesia”.

Meski belum lama tinggal di Indonesia, para peserta sudah sangat mengenal budaya bangsa ini. “Orang Indonesia sangat ramah, mereka memperlakukan orang asing dengan sangat baik, sehingga memudahkan saya berkomunikasi dengan mereka,” kata Seong Min Nam, mahasiswa UM asal Korea Selatan.

Sementara mahasiswa asing dari UMM yang juga berasal dari Korea Selatan, Lee Ji Ho mengungkapkan dengan gamblang bahwa dirinya sangat iri terhadap Indonesia karena kekayaan sumber daya alam (SDA) maupun keberagaman budaya dan bahasa-nya. “Akan tetapi, apakah Indonesia mampu memanfaatkan SDA yang berlimpah itu dengan baik,” katanya.

Selain mengenal budaya dan mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, para mahasiswa asing tersebut juga telah mengenal lagu-lagu, tarian, dan kerajinan khas Indonesia.

Sementara itu berdasarkan keputusan dari tiga juri, yaitu Khoiru Ummatin dan Dalwiningsih dari Balai Bahasa Jawa Timur serta Joko Asihono dari UMM, memutuskan tiga orang pemenang.

Juara diraih oleh mahasiswa UMM asal Tiongkok Lhu Chun Hua, pemenang kedua mahasiswa UM asal Korea Selatan Seong Min Nam dan ketiga oleh mahasiswa IKIP Budi Utomo asal Thailand Potjanan Kinkittikowit.

“Saya sangat berterima kasih kepada orang Indonesia karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia,” kata Lhu Chun Hua.

Sumber : UMM

Dinkes dan RS UMM Sepakat Setop Pemasungan di Malang

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menggandeng rumah sakit (RS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menanggulangi fenomena pemasungan yang dilakukan keluarga terhadap penderita sakit jiwa. Kedua pihak melakukan rapat koordinasi (rakor) bersama camat dan petugas kesehatan se-kabupaten, di auditorium RS UMM, Selasa (5/5).

Acara yang dibuka Wakil Direktur Pelayanan Medis RS UMM dr Thontowi Djauhari tersebut dihadiri seluruh petugas kesehatan dan puskesmas kecamatan di seluruh Kabupaten Malang. Hadir pula, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Malang dr Abdurrachman, serta Sekretaris Daerah Kabupaten Malang Abdul Malik.

Kadinkes Abdurrachman menyebut, di Kabupaten Malang masih banyak masyarakat yang memasung anggota keluarganya yang mengalami penyakit kejiwaan. “Mereka masih dianggap berbahaya jika dibiarkan. Selain itu, masyarakat beranggapan jika mereka dibawa ke rumah sakit membutuhkan biaya yang mahal,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.

Untuk itu, Dinkes Kabupaten Malang menggelar rapat koordinasi untuk menyamakan persepsi mengenai penyakit jiwa ini beserta cara penanganannya. “Di sini kita juga akan menyamakan data dari seluruh daerah di Kabupaten agar data mengenai masyarakat yang mengalami penyakit kejiwaan dan mengalami pemasungan bisa valid,” kata Abdrurachman.

Pemberantasan pemasungan di Kabupaten Malang, menurutnya, untuk mewujudkan program Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yakni Indonesia Bebas Pasung 2019. Khusus di Jawa Timur, ditargetkan Desember 2015 sudah terealisasi Jawa Timur Bebas Pasung. “Untuk Kabupaten Malang sendiri lebih cepat, yaitu Agustus 2015 Kabupaten Malang bebas pasung,” terang Abdurrachman.

Dia menjelaskan, bersama puskesmas, perawat, dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Malang, Dinkes akan mensosialisasikan agar masyarakat mau membawa keluarganya yang dipasung untuk dirujuk ke rumah sakit.

“Mereka akan dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang dan RS Saiful Anwar (RSSA). Tentunya, seluruh biaya akan ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Jika sudah terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, maka akan ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan,” jelasnya.

Abdurrachman berharap masyarakat tidak lagi menggunakan pasung jika ada keluarga yang mengalami penyakit kejiwaan. Dia menyarankan untuk membawa saja ke RS atau melaporkan kepada petugas kesehatan di sekitar lingkungan tempat tinggal.

“Supaya program Indonesia Bebas Pasung bisa terealisasikan. Jika sudah sembuh dari penyakit kejiwaannya, mohon untuk ikut memantau perkembangannya. Jika penyakitnya kembali kambuh, jangan dipasung lagi tapi bawa kembali ke RS.”

Sumber : REPUBLIKA

Peringati Hardiknas, Rektor UMM Ingatkan Pentingnya Moral Standing

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP mengatakan kepada seluruh dosen dan karyawan untuk meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme dalam bekerja.

Dalam amanatnya di peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Sabtu (2/5) di heliped UMM, Rektor berpesan agar bersama-sama memperkuat benchmarking dan menjadikan perguruan-perguruan tinggi di negara ASEAN sebagai mitra strategis.

“Tanpa MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sekalipun UMM akan tetap go international. Namun, dengan adanya MEA ini kita akan berkolaborasi bersama dengan seluruh perguruan tinggi di ASEAN agar dapat meningkatkan kualitas SDM di kawasan ASEAN,” ujarnya saat ditemui usai upacara Hardiknas.

Tak hanya meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme, baik dosen maupun karyawan diminta untuk memperhatikan akhlak, moral, maupun etika dalam bekerja. “Seseorang tidak cukup dilihat dari kompetensi dan profesionalismenya saja, namun pribadinya yang lebih penting, di samping meningkatkan kualifikasi akademik dan profesionalismenya,” katanya.

Karena itu, tambah rektor, melalui benchmarking dengan perguruan tinggi sejenis di kawasan ASEAN, UMM dapat mengetahui seperti apa kompetitornya. “Dengan begitu kita dapat meningkatkan kualifikasi kita dengan perguruan tinggi di kawasan ASEAN,” ucap Muhadjir.

Dalam upacara peringatan Hardiknas ini, rektor juga mengumumkan nama-nama dosen, karyawan, dan mahasiswa berprestasi, penghargaan kepada dosen dan karyawan yang sudah mengabdi di UMM selama 25 tahun, serta memberikan tunjangan hari pendidikan nasional sebesar Rp 1,5 juta. Kata rektor, tunjangan hari pendidikan nasional ini pertama kalinya diberikan di UMM untuk seluruh dosen dan karyawan.

“Saya juga memberikan target kepada PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) sebesar 20ribu pendaftar untuk tahun ini. Meskipun yang akan kita terima hanya sebesar 7ribuan saja. Ini akan menjadi indikator peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap UMM,” ujarnya.

Rektor berpesan kepada seluruh peserta upacara dari dosen, karyawan, dan mahasiswa untuk memberi yang terbaik untuk UMM. (zul/han)

Sumber : UMM.AC.ID

LK UMM Kaji Peradaban Islam dan Globalisasi

Memudarnya multidisipliner di ruang sidang senat, pagi tadi (22/4), LK mengangkat tema “Membangun Peradaban Masyarakat Islam di Tengah Masyarakat Global”.  Kajian ini diisi dua nara sumber, yakni dosen Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. Syamsul Hadi, M. Ag, dan dosen Syariah UMM, Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.

Arus globalisasi, menurut Nurhakim, memberikan efek yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi, globalisasi mampu menyatukan aspek-aspek sosial namun disisi lain ini juga dapat merubah kultural dan sosial. Bagi Indonesia, ini membawa perubahan yang signifikan dalam kemajuan teknologi. Namun dampak negative berupa perluasan dimensi dan lokus konflik  juga tak terelakan.

“Maraknya gerakan transnasional serta pemahaman-pemahaman keagamaan yang bertabrakan dengan garis pemahaman yang sudah mapan dalam bentuk radikalisme agama dan liberalism pemikiran keagamaan menimbulkan konflik yang sama di tempat yang berbeda,” ungkap Nurhakim.

Tak hanya itu saja, masalah-masalah dalam dunia politik, budaya, lingkungan, dan moral yang terjadi di dalam masyarakat adalah hasil dari proses globalisasi yang diakibatkan oleh kuatnya arus industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralisme budaya, demokratisasi dan individualism. Oleh karena itu, tambah Nurhakim, jika tidak dihadapi dengan kreatif dan inovatif, proses globalisasi akan berbenturan dengan upaya mempertahankan tradisi dan paham keagamaan.

Untuk membangun suatu peradaban dunia yang ideal, Nurhakim memaparkan potensi budaya dan pemikiran Islam Indonesia dengan segala corak khasnya dapat menjadi alternatif penting. Terutama pemikiran Islam Indonesia dapat tampil sebagai rahmatan lil ‘aalamiin. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menampilkan Islam yang ramah dan majemuk, toleran antar umat beragama, Islam yang dinamis, inovatif dan kreatif, Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, politik, ekonomi, dan science, dan menampilkan revitalis Islam dalam bentuk intensifikasi

Sementara itu, Samsul menyodoran fakta-fakta pengakuan peradaban Islam oleh para ahli. Misalnya, Fred McGraw Donner, mengakui bahwa sangat sedikit peristiwa sejarah umat manusia yang teah mengubah wajah belahan dunia yang luas dengan begitu cepat dan menentukan, sebagaimana ditunjukkan oleh persitiwa penyebaran Islam pada masa awal Hijrah.

Islam, lanjut Samsul, memberi pengaruh pada pemikiran Yahudi, diantaranya belajar bersikap bebas dan terbuka kepada peradaban baru dari kaum muslim. “Kaum Yahudi memperoleh manfaat dari Islam, hingga mereka mencapai taraf peradaban yang mereka sebut “Zaman Emas” yang terwujud pada masa kejayaan Islam,” katanya.

Di Indonesia sendiri, kemajuan pemikiran dan peradaban Islam sudah ditunjukkan oleh berbagai tokoh. Antara lain oleh Nurkholis Madjid dan Munawir Sadzali. Sedangkan Nurhakim malah menganggap KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, merupakan peletak dasar pengembangan etos intelektualisme dan pragmatism dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.

Kepala LK UMM, Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, berharap diskusi ini menjadi kontribusi LK kepada masyarakat luas.  “Dengan adanya kajian ini, kami berharap akan adanya proses tukar pikiran dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. (ima/nas)

Sumber : UMM.AC.ID

RS UMM Siap Buka Klinik Bebas Nyeri

Nyeri berkepanjangan akibat suatu penyakit kelak tak akan menjadi siksaan lagi. Hal ini dipastikan setelah metode penanganan nyeri (pain) dikembangkan secara lebih massif dan dipelajari oleh dokter dari berbagai spesialis. Tak hanya itu, Di Malang, Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang (RSUMM) merupakan salah satu RS yang akan segera membuka klinik bebas nyeri ini dengan dilengkapi peralatan paling modern.

Direktur RS UMM, Prof. Dr. dr. Djoni Djunaedi, SpPD., KPTI, mengatakan paling lama satu bulan ke depan Klinik Bebas Nyeri akan dibuka di RS UMM. Hal ini dipastikan setelah dokter ahli dan peralatan sudah tersedia. Saat ini, RS UMM telah memiliki alat Ultrasonografi (USG) dan x-ray bernama C-Arm yang paling mutahir. Alat yang masing-masing seharga sekitar Rp 1,5 Miliar ini dapat mengetahui lokasi nyeri yang diderita secara tepat sebelum dilakukan proses pengobatan.

“Insya Allah klinik ini juga bisa melayani pasien BPJS sebagaimana klinik-klinik lainnya di RS UMM,” kata Djoni.

Sebagai RS yang juga memiliki misi dakwah pencerahan, RS UMM menjadi pelopor penyelenggara workshop pain management. Pelatihan yang berlangsung tiga hari, Jumat hingga Minggu (17-19/4) diikuti oleh 40 dokter spesialis dari seluruh Indonesia. Mereka terdiri dari spesialis syaraf, tulang, anastesi, dan penyakit dalam. Dilihat dari asal daerahnya, peserta berasal dari berbagai daerah, antara lain Jakarta, Balikpapan, Sorong dan kota-kota di Jawa Timur.

Menurut ketua pelaksana workshop, dr Abi Noerwahjono, Sp.An, ilmu ini tergolong baru di Indonesia meski sebenarnya sudah lama ada. Selama ini rasa nyeri akibat berbagai penyakit ditangani dengan mengonsumsi obat-obatan, bahkan ada yang melakukannya seumur hidup demi mengurangi rasa nyeri itu. Misalnya, pada penderita kanker yang divonis hanya bisa bertahan enam bulan, maka sepanjang waktu itu harus menahan nyeri yang hebat atau meminum obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.

“Namun dengan metode ini, dengan sangat cepat rasa nyeri dapat dihilangkan sehingga pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa,” terang Abi yang juga akan menjadi salah satu dokter spesialis di klinik anti nyeri RS UMM ini.

Ditambahkannya, di luar negeri, jika orang mengalami nyeri, asuransi mereka tidak akan mau membayar obat atau operasi. Kalau obat itu nanti dikonsumsi seumur hidup, jika dioperasi itu sama saja nyerinya jadi dua kali.

Secara teknis, dokter spesialis anastesi ini melanjutkan, proses pengobatannya dilakukan dengan membakar permukaan syaraf yang berhubungan dengan rasa nyeri. “Dengan menggunakan laser yang dosisnya rendah, syaraf itu kemudian ditembak dan dibakar sehingga rasa nyeri bisa hilang,” katanya.

Sebelumnya, RS UMM sudah pernah mengadakan seminar yang sama pada 8 Oktober 2014 lalu.

Rencananya, seminar ini akan dibuat tiga kali selama setahun secara berjenjang. “Untuk saat ini levelnya masih basic, empat bulan berikutnya levelnya naik menjadi intermediate, dan empat bulan berikutnya lagi masuk ke level advance,” ujarnya.

Abi berharap dengan menghilangkan rasa nyeri pada pasien, terutama yang terkena penyakit parah, bisa membantu pasien-pasien untuk khusyuk beribadah tanpa terpikir rasa nyeri sakit yang dideritanya. “Beberapa penyakit kanker yang sudah sangat parah kan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Meskipun setelah dihilangkan rasa nyerinya penyakitnya masih ada, setidaknya kami bisa mengurangi penderitaan yang diderita oleh pasien,” harapnya. (zul/nas)

Sumber : UMM.AC.ID

Setahun Berdiri, Prodi Bahasa Arab Perkuat Kemitraan Internasional

Sebagai program studi (Prodi) yang baru membuka pendaftaran mahasiswa tahun lalu, yaitu tahun ajaran 2014-2015, Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki kualitas yang dapat diandalkan untuk bersaing. Hal itu terlihat dari kompetensi tenaga pengajar serta banyaknya kerjasama internasional yang dimiliki Prodi ini.

Ketua Prodi PBA, Ahmad Fatoni Lc MAg bahkan mengatakan, cikal bakal berdirinya Prodi ini sangat kuat, di antara terbukti dengan telah didirikannya Laboratorium Bahasa Arab sejak tahun 1998. Sejak tahun itu pula setiap mahasiswa baru Fakultas Agama Islam (FAI) diharuskan menempuh pendidikan bahasa Arab selama setahun.

“Pendidikan itu ditempuh pada semester satu dan semester dua. Mereka juga mendapat sertifikat kelulusan setelah itu. Ya setara D1 lah,” terang dosen yang menempuh studi sarjananya di International Islamic University of Islamabad Pakistan ini.

Sejak tahun 1998 pula, Lab Bahasa Arab telah memiliki pengajar native speaker dari Akademi al-Haramain Arab Saudi atas kerjasamanya dengan Pemerintah Arab Saudi dan Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia. Selain kerjasama dengan pihak pemerintah Arab Saudi, UMM juga telah memiliki kerjasama dengan sejumlah universitas, yayasan serta instansi di Arab Saudi yang selanjutnya memiliki dampak nyata bagi kualitas PBA UMM.

Beberapa kerjasama itu di antaranya dengan Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University Riyadh untuk penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Qassim University untuk studi sejarah nabi, serta yayasan al-Muassasah al-Islamiyah Riyadh dan lembaga al-Arabiyyah lil Jami’ untuk dakwah dan pelatihan Bahasa Arab.

Saat ini, Prodi PBA memiliki enam dosen tetap, ditambah sejumlah dosen luar biasa dan staf pengajar native speaker dari Arab Saudi. “Kebanyakan dosennya memang pakar bahasa Arab, jadi dari segi staf pengajar sudah sangat mumpuni,” kata Fatoni.

Di tahun pertamanya, ada sebelas mahasiswa yang menempuh Prodi ini. Menariknya, jika kebanyakan Prodi PBA diikuti mahasiswa yang pandai berbahasa Arab atau lulusan pesantren, maka hal itu berbanding terbalik dengan PBA UMM. “Mahasiswa PBA di sini kebanyakan dari sekolah umum dan memang ingin belajar bahasa Arab di UMM,” ungkap Fatoni.

Meskipun baru, Prodi yang didirikan atas inisiasi kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) UMM Dr Abdul Haris MA ini telah memiliki sejumlah rencana yang matang untuk pengembangan. Dalam waktu dekat, Prodi PBA UMM akan menggelar seminar bahasa Arab berskala internasional. Selain itu, studi banding dosen ke luar negeri pun akan ditingkatkan.

Prodi PBA juga tengah mengembangkan kampung Arab yang di daerah Margo Joyo, Dau, Kabupaten Malang. Di kampung Arab ini, mahasiswa diminta mentradisikan pengunaan bahasa arab sebagai percakapan sehari-hari.

Dengan adanya Prodi PBA, maka UMM kini telah memiliki tiga prodi pendidikan bahasa. Selain bahasa Arab, Prodi Pendidikan Bahasa yang sebelumnya telah terlebih dahulu ada di UMM yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pendidikan Bahasa Inggris. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID

Mahasiswa Kehutanan Ajak Peduli Lingkungan Lewat Foto

Banyak cara untuk menyuarakan kepedulian lingkungan, salah satunya melalui fotografi. Itulah yang dilakukan sejumlah mahasiswa Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Selama dua hari, Senin dan Selasa (30-31/3), bertempat di lantai 3,5 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I, digelar pameran foto bertema “Hutan Kita Masa Depan Kita”.

“Acara ini merupakan bentuk peringatan bagi mahasiswa agar menyadari pentingnya merawat hutan,” ujar ketua panitia, Hamdan Mahmud. Ia menjelaskan, sehari setelah pameran akan ada aksi menanam pohon di sekitar kampus.

Rangkaian kegiatan yang sekaligus memperingati Hari Hutan Internasional 21 Maret ini bertujuan melindungi, merawat, dan menjaga Ruang Terbuka Hijau (RTH), khususnya di wilayah UMM. “Dimulai dari wilayah kampus dulu, supaya kepedulian mahasiswa akan lingkungan hijau semakin meningkat nantinya,” tambahnya.

Kepedulian mahasiswa akan kerusakan alam salah satunya didokumentasikan melalui foto-foto karya Falahi Mubarok yang turut dipamerkan dalam kegiatan tersebut. Mahasiswa Prodi Kehutanan UMM yang hobi fotografi ini kerap memotret kerusakan-kerusakan alam yang ia temui. Salah satu foto karyanya berlokasi di penambangan batu kapur di Lamongan, Jawa Timur.

Dalam fotonya, diperlihatkan kerusakan hutan akibat penambangan yang berlebihan. “Ternyata di balik keindahan, banyak juga terjadi kerusakan di negeri kita,” ungkapnya. Lewat kegemarannya memotret, Falahi ingin menyampaikan bahwa seharusnya orang-orang harus lebih peka terhadap hutan.

Rangkaian event ini sejalan dengan konsep UMM sebagai kampus wisata. Keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar kampus sudah sepatutnya dijaga. Gerakan “Go Green Go Clean” yang diusung UMM akan mewujudkan kampus yang nyaman, menyenangkan, dan mencerahkan. Gerakan itu juga didukung kawasan konservasi yang dimiliki UMM, semisal kebun apel organik, hutan sengon, plaza pertanian, dan lain sebagainya. (dar/zul/han)

Sumber : UMM.AC.ID

Di IBK, Mahasiswa Bisa Langsung Berwirausaha

Banyaknya mahasiswa yang terjun ke dunia bisnis membuat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) serius mempersiapkan mahasiswa untuk bisa bersaing. Melalui unit Iptek Berbasis Kewirausahaan (IBK) yang diprakarsai Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM, mahasiswa pun diperkenalkan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, mulai dari sempitnya lapangan pekerjaan, intensitas impor, hingga kaitannya dengan nasionalisme ekonomi.

Saat ini, menurut ketua IBK Drs Wiyono MM, persentase enterpreneur di negara lain minimal 2 persen, sedangkan Indonesia masih berada di 1,65 persen. Padahal, Malaysia dan Singapura masing-masing sudah memiliki  5 persen dan 7 persen enterpreneur. Berdasar fakta tersebut, Wiyono mengingatkan perlunya kesadaran mahasiswa untuk bangkit dari keterpurukan. “Salah satunya dengan berwirausaha atau menjadi enterpreneur,” ujar dosen Prodi Manajemen FEB UMM ini.

Selain itu, tambahnya, perlu adanya edukasi pada masyarakat agar memandang kesuksesan seseorang tidak harus dilihat dari pekerjaannya, sementara yang berwirausaha dianggap tidak sukses dan sering dicibir. Hal itu dinilainya membuat mahasiswa enggan berwirausaha.

“Saya kira dukungan masyarakat masih kurang. Perlu advokasi pada masyarakat, termasuk orangtua, karena berwirausaha belum tentu langsung menghasilkan,” terang Wiyono.

Karena itulah, melalui IBK, FEB UMM menyiapkan mahasiswa menjadi enterpreneur yang dapat bersaing. IBK memberikan pelatihan pada seluruh mahasiswa yang bergabung dan ingin berwirausaha.

Lebih dari itu, di UMM, setiap fakultas diharuskan menyertakan mata kuliah kewirausahaan. Mata kuliah ini, kata Wiyono, sekaligus mendukung program Pembantu Rektor (PR) III dan Kementerian Koperasi dalam mewujudkan mahasiswa enterpreneur.

“Pembentukan unit atau komunitas di tingkatan program studi, fakultas, dan universitas seperti IBK dirasa perlu untuk saat ini,” kata Wiyono.

Setiap mahasiswa yang bergabung di IBK mendapatkan pelatihan melalui koperasi Gerakan Usaha Muda (Garuda). Tak hanya itu, IBK pun memberikan pos pelatihan tiap semester untuk lintas fakultas, sehingga seluruh mahasiswa dapat menjadi enterprenuer. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID

UMM Siapkan Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah

Menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar yang akan digelar 3-7 Agustus 2015, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akan mengadakan Seminar Pra-Muktamar dengan tema “Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah Berbasis Komunitas dan Amal Usaha”. Seminar akan dilaksanakan Selasa (31/3) di Aula BAU UMM.

Ketua Panitia Dr Moh Nurhakim mengatakan, seminar ini merupakan tradisi intelektual Muhammadiyah menjelang Muktamar. Selain di UMM, seminar juga diadakan di 23 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya.

Di UMM, kata Nurhakim, seminar difokuskan pada pembahasan tentang bagaimana mengembangkan amal usaha Muhammadiyah. “Topik amal usaha menjadi fokus di UMM lantaran kampus ini dinilai sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah yang sangat sukses dari segi pengelolaannya,” terang asisten Rektor UMM Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini.

Nurhakim melanjutkan, hasil yang dicapai dari seminar ini akan menjadi rekomendasi untuk Mukatamar mendatang. “Karena itu, pada seminar di UMM ini akan dilakukan diagnosa, menemukan masalah-masalah, menganalisis dan mengajukan solusi-solusi terbaik terkait agenda dinamisasi gerakan Muhammadiyah,” jelas Nurhakim.

Seminar menghadirkan para pakar Muhammadiyah sebagai pembicara, di antaranya yaitu Prof Dr Fauzan Saleh, Prof Dr Syamsul Arifin, Prof Dr Achmad Jainuri, Dr Hilman Latief. Rektor UMM Prof Dr Muhadjir Effendy dan ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir juga akan menjadi narasumber pada acara tersebut. Di akhir acara, Nurhakim selaku ketua pelaksana akan menyampaikan rumusan rekomendasi hasil dari seminar.

Selain UMM, PTM yang juga mengadakan seminar pra-Muktamar yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan IKIP Muhammadiyah Maumere.

“Masing-masing kampus mengangkat tema berbeda. Mereka diminta berpikir serius dan kritis mengenai Muhammadiyah saat ini dan yang akan datang,” tandasnya. (nis/han)

Sumber : UMM.AC.ID