Kades Banjarsari Bantu Camaba Bidikmisi UMG

“Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian desa terhadap warganya yang kurang mampu. Dan saya lihat anak ini memiliki niat yang kuat untuk melanjutkan kuliah,” ujar Kepala Desa Banjarsari Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, Agus Suwondo, S.E., ketika ditemui di kantornya di Balai Desa Banjarsari. Kepala Desa Banjarsari tersebut membantu calon mahasiswa baru program studi Agroteknologi penerima beasiswa bidikmisi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Muchammad Chilmi Fikri. Bantuan ini dalam bentuk biaya daftar ulang yang wajib dibayar di awal pendaftaran.

Lebih lanjut Suwondo mengungkapkan bahwa pihak desa akan berusaha membantu masyarakatnya yang kesulitan dalam bidang pendidikan. “Semoga ini menjadi motivasi bagi siswa-siswa lain utamanya di Desa Banjarsari,” tutur Wondo.

Abdurrahman Faris, S.E. M.SM. CPHRM., Kepala Biro P2MB & Humas Universitas Muhammadiyah Gresik, menyambut baik bantuan tersebut. Dirinya berharap nantinya akan lebih banyak pihak pemerintah daerah yang peduli terutama dalam hal pendidikan warganya. “Semoga ke depannya kami bisa menjalin kerja sama dengan Desa Banjarsari maupun desa-desa lainnya terkait kelanjutan studi para generasi muda,” pungkasnya.

UMSU-Tanoto Foundation Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus digenjot oleh Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Tanoto Foundation. Hal ini terlihat dari diteruskannya kerja sama antara UMSU dan Tonoto Foundation melalui Program PINTAR. Program Pintar atau Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran adalah kelanjutan dari Program Pelita Pendidikan. Kegiatannya berfokus pada tiga pendekatan, yaitu membangun praktik-praktik baik pembelajaran, budaya baca, manajemen dan kepemimpinan sekolah, mendukung pemerintah menyebarluaskan praktik-praktik baik, dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru.

“Pendidikan yang berkuallitas akan mempercepat kesetaraan peluang terhadap para lulusan,” ungkap Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati, saat melakukan kunjungan sekaligus evaluasi Program PINTAR di Kampus Utama UMSU, Medan. Kerja sama UMSU dengan Tanoto Foundation dilakukan melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSU. Dalam program ini, mereka yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah mendapatkan pendampingan dan pelatihan untuk menerapkan pembelajaran aktif, menumbuhkan dan memelihara budaya baca, serta manajemen berbasis sekolah.

Sebanyak 38 dosen UMSU telah dilatih untuk menjadi pendamping atau trainer dalam program ini. Mewakili Rektor UMSU, Wakil Rektor I Dr Muhammad Arifin M Hum mengatakan akan terus melanjutkan program kerja sama ini dengan Tanoto Foundation. “Apa yang telah didapat oleh dosen dapat diteruskan dengan mahasiswa, untuk membangkitkan gairah belajar mahasiswa agar dapat menjadi mahasiswa yang sesuai dengan yang diharapkan nantinya,” kata Arifin.

Muhammadiyah Bendung Arus Kristenisasi Lewat Pendidikan

Muhammadiyah dalam membendung arus kristenisasi bisa dikatakan cukup unik. Jika saat ini umumnya banyak muncul pemikiran bahwa untuk membendung arus kristenasi dilakukan dengan melibatkan amarah, namun berbeda halnya dengan KH. Ahmad Dahlan. Tokoh pendiri Organisasi Muhammadiyah ini, membendung arus kristenisasi melalui gerakan-gerakan pembaruan di bidang pendidikan.

Hal tersebut sebagai tertuang dalam buku “Membendung Arus, Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia”, karya Dr. Alwi Shihab. Dalam bukunya yang di-relaunching pada Kamis (20/10) di Amphi Teater Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Alwi menjelaskan upaya KH. Ahmad Dahlan dalam mencerdaskan umat Islam melalui pembaruan pendidikan kurang mendapat perhatian dari para pengamat dan ilmuwan. Padahal, pembaruan di bidang pendidikan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan dengan membuat sekolah yang memiliki kualitas setara dengan sekolah milik negara maju tersebut adalah strategi untuk membendung arus kristenisasi yang berawal di Jawa dan sekitarnya.

“Cara Ahmad Dahlan dalam membendung arus kristenisasi seperti ini belum diketahui banyak orang. Muhammadiyah yang dipimpin oleh Ahmad Dahlan saat itu membendung arus kristenisasi dengan cara bersaing secara sehat tanpa menebar benih permusuhan dengan pihak kristen. Karena saat itu Muhammadiyah memiliki empat misi yang dijalankan, yaitu pembaruan agama, perubahan sosial, kekuatan politik, serta pembendung kristenisasi. Dalam pembaruan agama, Muhammadiyah tertuju kepada tradisionalisme Islam dan Jawaisme. Maka tiga peran yang lain termasuk pembendung kristenisasi ditujukan kepada modernisme kolonial, khususnya di bidang pendidikan,” papar Dr. Alwi.

Dr. Alwi melanjutkan, tulisan yang merupakan hasil penelitiannya di studi lanjut program doktor Universitas Temple, Amerika Serikat tersebut menjelaskan bahwa strategi Muhammadiyah dalam membendung arus kristenisasi yaitu dengan melakukan pembaruan melalui persaingan kelas. Bentuk persaingan kelas yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah dengan membangun pendidikan modern yang tetap bertumpu pada Al-Qur’an dan Aqidah Islam. “Untuk membendung kristenisasi ini, Muhammadiyah tidak melibatkan kekerasan fisik, namun melalui strategi pembangunan pendidikan yang justru belum banyak diketahui orang, seperti pendirian sekolah modern yang sejajar dengan kualitas bangsa Barat, karena saat itu belum ada sekolah modern yang ada hanya sekolah tradisional (pesantren) yang masih dianggap kolot oleh Kolonial dan dianggap belum mengikuti zaman. Amal usaha Muhammadiyah inilah yang menjadi bentuk kemandirian dan kemajuan Islam saat ini,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Jimly Asshiddiqie selaku salah satu pembicara dalam diskusi buku tersebut. Prof. Jimly mengungkapkan perlunya belajar dari perkembangan Muhammadiyah yang menjadi organisasi terbesar di dunia. Dalam pemaparannya, Muhammadiyah dinilai efektif dalam berorganisasi, serta memiliki ideologi yang membuat keluarga besar Muhammadiyah memiliki partisipasi yang kuat.

“Sekarang kita sedang menghadapi neoliberal di segala bidang. Seperti yang paling berdampak adalah kondisi yang berakibat pada perebutan kekuasaan, dan dalam pencapaian segala bidang berdasarkan oleh materi. Buku yang ditulis oleh Dr. Alwi ini memberikan gambaran terkait rasional dalam beragama, dan tidak terlalu retorika sehingga dengan mudahnya mengumbar amarah. Kita perlu belajar dari Muhammadiyah dalam menghadapi kasus-kasus yang sedang berlangsung saat ini. Semoga dapat menyadarkan para aktifis dan intelektual untuk belajar dari Kh. Ahmad Dahlan, yaitu bersaing dengan cara yang sehat,” ujar Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia tersebut.

Sumber : www.umy.ac.id

UM Palangkaraya: Mewujudkan Pendidikan Nasional Yang Berkemajuan

Kalimat diatas mungkin sudah sering kita lihat jika kita melintasi area jalan RTA.Milono Km.1,5 Komplek Perguruan Muhammadiyah. Ya, Kalimat itu pula yang digagas oleh panitia pelaksana Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2016 di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang dilaksanakan pada Sabtu, (16/04) di Aula Utama UM Palangkaraya beberapa hari yang lalu.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 500 peserta yang datang memadati Aula Terbesar di kampus tersebut, membuat gedung tersebut menjadi penuh sesak dipadati oleh para undangan yang hadir untuk menambah ilmu serta wawasan yang diberikan oleh para narasumber.
Sesuai dengan tema yang diangkat pada seminar tersebut yakni “Mewujudkan Pendidikan Nasional Yang Berkemajuan”, sesuai dengan kenginan dari Universitas Muhammadiyah Palangkaraya sebagai kiblat pendidikan yang terus maju dan berinovasi terhadap perkembangan zaman.
Adapun narasumber yang menjadi pemateri dalam kegiatan ini adalah Muhammad Sohibul Iman, PhD yakni seorang politikus dan Anggota DPR-RI yang memiliki banyak sekali cerita dalam menempuh pengalaman dan perjuangan dari gelar sarjana hingga gelar doktor di negeri matahari terbit, Jepang.
Kemudian turut hadir pula Prof. John Lee yang jauh-jauh datang dari negeri gingseng orang bilang, beliau hadir dalam rangka kunjungan tindak lanjut kerjasama antara UM Palangkaraya dengan Kyung Dong University Global Campus, Korea Selatan.
Dalam kesempatan kali ini John berbicara mengenai kesempatan untuk meraih beasiswa sebanyak-banyaknya dari Kyung Dong University melalui kuliah yang terprogram dari UM Palangkaraya yakni Double Degree Program, 2 tahun di Indonesia dan 2 tahun di Korea.
Sonedi, Wakil Rektor I UM Palangkaraya menanggapi hal tentang kerjasama yang terjalin antara UM Palangkaraya dengan KDU bahwa kerjasama tersebut sangat menguntungkan mahasiswa itu sendiri
“Ijazah yang didapat mahasiswa tentunya ada dua, yakni dari UMP dan KDU selain itu tentunya di KDU mereka mendapat jaminan mendapatkan pekerjaan selama kuliah di Korea Selatan yang tentunya kita tidak ragu lagi dunia industri disana. Jadi, mereka dapat kuliah sambil bekerja,” kata Dia.
Meskipun sebenarnya ada satu pemateri lagi yang hadir, yakni Direktur LPDP Eko Prasetyo yang akan berbicara mengenai peluang beasiswa di LPDP sayangnya beliau tidak dapat memenuhi undangan dari para panitia untuk dapat berbagi informasi di event tersebut.
Ketua Panitia Dr.Chandra Anugrah, S.Ikom., M.Ikom mengatakan bahwa dia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada sekolah-sekolah dan para tamu undangan yang berkenan meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Dia berharap kedepannya kegiatan yang dilaksanakan oleh UM Palangkaraya semakin lebih baik lagi.
“Mudah-mudahan semua kegiatan seminar yang diadakan kampus UMP agar lebih baik lagi, dan tentunya kita akan berusaha,” tutupnya. (IlhamBAKA)

BONUS ATAU BENCANA DEMOGRAFI?

Prof. Suyanto, Ph.D *)

Masa depan Indonesia akan sangat cerah. Prediksi McKinsey Global Institue (2012) menyebutkan, saat ini Indonesia telah menjadi 10 besar perekonomian dunia. Tahun 2030 Indonesia akan menjadi 7 besar perekonomian dunia dengan indikator: munculnya 135 juta penduduk menjadi kelas konsumen baru sehingga sangat potensial bagi pasar dunia maupun pasar domestik, 71% penduduk perkotaan akan merupakan penghasil 86% dari pendapatan domestik bruto, akan terbuka lapangan kerja untuk tenaga ahli sebanyak 113 juta orang, dan kapasitas pasar konsumen akan menjadi $1,8 trilyun untuk sektor jasa, pertanian dan perikanan, sumber daya, dan pendidikan. Meski saat ini perekonomian kita mengalami pelemahan dengan berbagai tanda-tandanya seperti menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya kapassitas produksi manufaktur, masuknya pengangguran baru, terjadinya PHK di sektor industri, menurunnya nilai rupiah, namun dalam jangka panjang Indonesia tetap akan menjadi negara dengan kapasitas perekonomian yang bagus.

Optimisme itu terjadi karena adanya struktur kependudukan yang sangat berpihak pada prekonomian Indonesia di tahun 2035 – 2045 nanti. Indonesia akan mendapatkan bonus demography atau demographic dividend di tahun itu. Mengapa begitu? Karena jumlah anak-anak usia pendidikan anak usia dini (PAUD) saat ini yang jumlahnya kurang lebih 90 juta akan masuk menjadi angkatan kerja produktif pada tahun 2035-2045.

Inilah bonusnya bagi Indonesia yang tak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia pada kurun waktu yang sama. Bahkan di negara maju pada umumnya pada saat itu nanti struktur penduduknya tidak menguntungkan pada perekonomiannya. Mengapa begitu? Karena jumlah penduduk yang tidak produktif akan jauh lebih besar dari jumlah penduduk produktifnya. Pada saat seratus tahun Indonesia merdeka nanti 90 juta angkatan kerja produktif akan kita miliki. Inilah bonus demography bagi perekonomian kita. Oleh karena itu jaman SBY sudah ditetapkan bahwa pendidikan harus menciptakan Generasi Emas untuk menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka di tahun 2045 nanti.

Pertanyaan besarnya sekarang ialah: bisakah sektor pendidikan kita memanfaatkan bonus demografi yang akan kita miliki? Mampukah pendidikan kita meletakkan dasar-dasar pedagogis yang kuat untuk membentuk generasi emas dari bonus demografi itu?

Pertanyaan inilah yang harus dijawab dengan program pendidikan yang benar-benar visioner dengan acuan waktu di tahun 2035-2045. Kalau saja pendidikan kita tidak mampu membekali dasar-dasar kompetensi global bagi anak-anak kita yang sekarang ini sedang berada di jenjang PAUD maka baik Bonus Demografi maupun Generasi Emas tidak akan membawa berkah. Sebaliknya kegagalan pendidikan kita untuk mendidik warga negara yang termasuk dalam kelompok Bonus Demografi dalam struktur kependudukan saat ini, nanti pada saatnya ketika penduduk kelompok itu memasuki angkatan kerja pada tahun 2035-2045 akan memantik timbulnya berbagai masalah sosial, ekonomi dan politik. Kalau hal ini terjadi maka bonus demografi akan berubah menjadi “Bencana Demografi” dan Generasi Emas yang ingin kita ciptakan akan berubah menjadi “Generasi Cemas”.

Oleh karena itu pendidikan untuk anak-anak usia PAUD saat ini harus benar-benar kita rancang agar memiliki kompetensi dan daya saing yang tinggi. Tanpa kompetensi dan daya saing baik dalam lingkup nasional maupun global maka 90 juta anak-anak PAUD saat ini akan menjadi beban pembangunan nasional pada tahun 2035-2045. Oleh karena itu pendidikan untuk memanfaatkan bonus demografi dan mencetak Generasi Emas perlu memiliki visi dan misi yang jelas, kebijakan yang tidak membingungkan, serta tujuan yang terukur. Para guru harus semakin profesional, kurikulum mampu menjadi sumber acuan proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik dan karakter yang kuat bisa ditanamkan pada mereka, serta memastikan terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan inovasi dan membangun kreativitas dalam diri mereka.

Output pendidikan kita perlu memiliki keterampialan abad 21 yang menurut Pearson – Learning Curve Report (2014) meliputi: (1) Leadership; (2) Digital Literacy; (3) Communication; (4) Emotional Intelligence; (5) Entrepreneurship; (6) Global Citizenship; (7) Problem-Solving; dan Team-Working. Semoga begitu.

*) Guru Besar Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Pengurus Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Peringati Hardiknas, Rektor UMM Ingatkan Pentingnya Moral Standing

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP mengatakan kepada seluruh dosen dan karyawan untuk meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme dalam bekerja.

Dalam amanatnya di peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Sabtu (2/5) di heliped UMM, Rektor berpesan agar bersama-sama memperkuat benchmarking dan menjadikan perguruan-perguruan tinggi di negara ASEAN sebagai mitra strategis.

“Tanpa MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sekalipun UMM akan tetap go international. Namun, dengan adanya MEA ini kita akan berkolaborasi bersama dengan seluruh perguruan tinggi di ASEAN agar dapat meningkatkan kualitas SDM di kawasan ASEAN,” ujarnya saat ditemui usai upacara Hardiknas.

Tak hanya meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme, baik dosen maupun karyawan diminta untuk memperhatikan akhlak, moral, maupun etika dalam bekerja. “Seseorang tidak cukup dilihat dari kompetensi dan profesionalismenya saja, namun pribadinya yang lebih penting, di samping meningkatkan kualifikasi akademik dan profesionalismenya,” katanya.

Karena itu, tambah rektor, melalui benchmarking dengan perguruan tinggi sejenis di kawasan ASEAN, UMM dapat mengetahui seperti apa kompetitornya. “Dengan begitu kita dapat meningkatkan kualifikasi kita dengan perguruan tinggi di kawasan ASEAN,” ucap Muhadjir.

Dalam upacara peringatan Hardiknas ini, rektor juga mengumumkan nama-nama dosen, karyawan, dan mahasiswa berprestasi, penghargaan kepada dosen dan karyawan yang sudah mengabdi di UMM selama 25 tahun, serta memberikan tunjangan hari pendidikan nasional sebesar Rp 1,5 juta. Kata rektor, tunjangan hari pendidikan nasional ini pertama kalinya diberikan di UMM untuk seluruh dosen dan karyawan.

“Saya juga memberikan target kepada PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) sebesar 20ribu pendaftar untuk tahun ini. Meskipun yang akan kita terima hanya sebesar 7ribuan saja. Ini akan menjadi indikator peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap UMM,” ujarnya.

Rektor berpesan kepada seluruh peserta upacara dari dosen, karyawan, dan mahasiswa untuk memberi yang terbaik untuk UMM. (zul/han)

Sumber : UMM.AC.ID

Din Syamsuddin: Sekolah Muhammadiyah Maju Kalau Pimpinannya Kompak

Bertempat di komplek SMP Muhammadiyah 1 Jl. KHR Asnawi no. 7 Kudus Jawa Tengah, digelar Muhammadiyah Education Expo (MEE) 2015, diselenggarakan oleh Ikatan Guru dan Karyawan Muhammadiyah dan Majelis Dikdasmen PDM Kudus, (19 – 22/3).

Purwanto Agung, panitia utama MEE 2015, menyatakan bahwa Muhammadiyah Education Expo ini baru pertama kalinya diselenggarakan di Kudus. Berbagai potensi khas dan program serta usaha pendidikan masing-masing amal usaha pendidikan Muhammadiyah Kudus dipaparkan dalam stan-stan pameran. Berbagai media digunakan oleh masing-masing stan untuk memamerkan keunggulan masing-masing, mulai dari media cetak sampai penggunaan multimedia elektronik. Pameran dibuka oleh Ketua PDM Kudus, Achmad Hilal Madjdi.

SMK Muhammadiyah diantaranya memamerkan karya siswa mereka berupa charger telepon seluler tanpa listrik. Dipamerkan juga alat penghemat konsumsi bensin pada kendaraan bermotor hasil penelitian siswa SMA Muhammadiyah. Masing-masing sekolah menampilkan prestasi dan menggelar karya, seperti SD Muhammadiyah Birrul Walidain, MI Muhammadiyah Bae, SD Muhammadiyah Gribig, dan lain-lain. STIKES Muhammadiyah, satu-satunya perguruan tinggi Muhammadiyah Kudus juga mengambil bagian dalam Expo ini.

Pada Sambutan Penutupan Muhammadiyah Education Expo 2015, oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin (22/3). Din mengungkapkan rasa bangga dan penghargaan pada Muhammadiyah Kudus yang telah menunjukkan gerak dakwah pencerahan yang semakin dinamis terbukti kegiatan MEE ini. Penghargaan dan ungkapan rasa bangga pelajar Muhammadiyah Kudus sudah menunjukkan prestasi dengan mendapat undangan ke Sendai, Jepang.

Din berpesan pada Pimpinan AUM Pendidikan dan Kesehatan untuk menunjukkan kemajuan sesuai etos kerja Muhammadiyah.” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Itulah orang-orang sukses. Sekolah Muhammadiyah maju kalau pimpinannya kompak. Kepala sekolah harus punya kapasitas / kemampuan tambahan sebagai penunjang”, ujarnya.

Din juga mengingatkan Pelajar Muhammadiyah jangan kalah dengan sekolah lain. Fastabiqul khoerot. Tidak cukup ikut perlombaan saja tapi juga harus juara. Tidak cukup ‘to be good is not enough’ tapi harus ‘why not the best ?’ Harus berprestasi dan menjadi juara. (dzar)