Mahasiswa FKIP UAD Ikuti Pelatihan Antikorupsi

Sebanyak 250 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengikuti training for trainer (TOT) pendidikan antikorupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kampus UAD, selama tiga hari 5-8 Mei 2015.

Selain mahasiswa, para guru PPKN di DIY juga ikut dalam training tersebut. Penutupan TOT diakhiri dengan seminar nasional tentang pendidikan anti korupsi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Wakil Dekan FKIP UAD, Suparman mengatakan training tersebut sengaja digelar pihak kampus bersama KPK untuk memberikan bekal pengetahuan, sikap dan perilaku anti korupsi bagi mahasiswa UAD.

“Setelah lulus mahasiswa kita akan terjun sebagai pendidik di semua wilayah, sehingga bekal sikap, pengetahuan dan perilaku antikorupsi ini penting agar bisa mereka tularkan pada anak didik mereka kelak,” katanya.

Melalui TOT ini pihaknya juga membekali sikap bagaimana memasukkan materi anti korupsi dalam pembelajaran di kelas melalui internalisasi pelajaran PPKN.

“Langkah ini juga sesuai dengan visi dan misi UAD. Sehingga ke depan mahasiswa ini bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” katanya.

Kegiatan ini menghadirkan pembicara dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Gumilar Prana Wilaga dan Dony Mariantono dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK.

Sumber : REPUBLIKA

Tiga Mahasiswa UMY Manfaatkan Limbah Tebu Untuk Bahan Pembuatan Beton

Umumnya, limbah tebu tidak pernah dijadikan bahan olahan lain oleh kebanyakan orang. Kebanyakan dari kita pun mungkin juga tidak pernah berfikir bahwa limbah tebu tersebut ternyata dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan olahan untuk pembangunan. Inilah yang kemudian menjadikan Hernawan Fajar, Aditya Wibawa Mukti, dan Alfi Arifai (mahasiswa Teknik Sipil UMY) memanfaatkan limbah tebu tersebut untuk campuran pembuatan beton.

Hasil inovasi dan kreativitas dari mereka bertiga pun membawa kemenangan untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam ajang Concrete Competition D’Village 5th Edition yang diselenggarakan pada 24-26 April 2015 di Institut Teknologi Surabaya (ITS). “Ide memanfaatkan limbah tebu ini sebenarnya kita dapat dari mas Aditya, yang waktu itu membaca 3 jurnal, di mana dalam jurnal tersebut menyarankan ketiga limbah ini untuk digabung karena nantinya akan menghasilkan beton yang baik, akhirnya dari si​tulah kami membuat beton dari limbah tebu. Pemanfaatan limbah ini juga didukung dengan tema yang ada, yaitu memanfaatkan limbah lokal, “ jelas Hernawan Fajar saat di wawancarai pada Jum’at (7/5) di BHP UMY.

Fajar menambahkan, bahwa limbah tebu yang digunakan ada 3 macam, pertama, satu beton ditambahkan dengan abu ampas tebu. Kedua, satu beton ditambahkan abu ampas tebu teraketel, dan ketiga, satu beton ditambahkan dengan molase atau cairan gula yang sudah dikristalkan berulang-ulang yang tidak bisa digunakan lagi. “Dari ketiga campuran limbah tersebut akhirnya kita jadikan satu dan dicampurkan dengan beton, “ tambahnya.

Dalam pembuatan beton ini ada beberapa hal yang harus diperhitungkan, yaitu kekuatan dan juga ketepatan. “Untuk total pembuatan beton ini kami hanya diberi waktu 30 hari, untuk pembuatan beton ini kami hanya membutuhkan waktu satu hari saja untuk membuat adonannya. Namun, bukan hanya berhenti di situ saja, kita tetap harus melakukan pengujian kekuatan dan ketepatan beton tersebut. Waktu pengujian kita lakukan pada hari ke-14 yang kita uji di laboratorium UMY dan hari ke-28 kita lakukan pengujian di ITSnya, “ jelasnyanya.

Fajar kemudian menambahkan bahwa, awalnya mereka agak pesimis dengan hasil pengujian pada hari ke-14 yang dilakukan di laboratorium. Karena hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan yaitu hanya 16-17 Mpa padahal pada ketentuan lomba kekuatannya harusnya 30 Mpa. “Pada hari ke-28 akhirnya beton itu diuji lagi, namun kali ini langsung di ITS waktu lomba dan ketika diuji hasilnya sangat mencengangkan karena target yang kita buat malah melebihi yaitu 30-37 Mpa. Di situ kita merasa sangat senang sekali, “ tambahnya gembira.

Namun, bukan hal mudah untuk Fajar, Alfi, dan Aditya untuk bisa mencapai kemenangan itu ada beberapa hambatan yang mereka temui. “Untuk hambatannya tentu ada, misalnya soal waktu kita merasa kesulitan untuk menyamakan waktu karena kami punya kesibukkan masing-masing. Selain itu waktu lombanya juga mepet jadi kekurangan waktu. Untuk bahan pembuatannya kami sedikit memiliki hambatan, karena waktu itu kita survey ke madukismo untuk minta bahan untuk tebunya tapi perizinannya sulit. Akhirnya kita dapat bahan itu di laboratorium kampus, jadi sebuah keberuntungan buat kami selalu diberi jalan keluar setiap ada kesulitan, “ terang Fajar.

Alfi Arifai juga menjelaskan, bahwa dalam kompetisi ini ada 2 tahap yang dilalui, pertama pengumpulan proposal yang akhirnya hanya terpilih 5 Unversitas di Indonesia yang pada saat itu UMY adalah satu-satunya Universitas Swasta yang masuk dalam 5 besar. “Kedua, pengujian beton yang dibawa langsung ke ITS dan akhirnya kita mendapatkan juara pertama dan berhasil mengalahkan Universitas Negeri Jember (UNEJ), Universitas Negeri Malang (UNM), Universitas Negeri Bangka Belitung (UBB), dan Universitas Indonesia (UI), “ jelasnya.

Dengan kemengan yang sangat apik ini membuat Fajar, Alfi dan Aditya mengubah pandangannya tentag kualitas Universitas Swasta dan Negeri. “Setelah berhasil mengalahkan Universitas Negeri saya jadi merubah pandangan saya, bahwa sebenarnya dari segi kualitas tidak beda jauh, yang membedakan kalau kita terus berusaha tentunya kita akan berada di depan mereka. Jadi, jangan pernah merasa minder kalau kalian kuliah di Universitas Swasta yang menentukan kualitas itu ya dirimu sendiri, “ timpal Fajar lagi.

Alfi juga berharap bahwa kemengan ini tentunya tidak akan membuat mereka untuk terus puas, sebab masih banyak kompetisi-kompetisi lain yang dapat mengembangkan kemampuan mereka. “Bagi adik-adik kelas yang nantinya akan mengikuti lomba, kami sarankan untuk bisa menggunakan nama tim kami yaitu “Yogyakarya”. Karena nama tim ini juga sebenarnya bisa dijadikan sebagai branding untuk Prodi Teknik Sipil di UMY ini, “ tutupnya.

Sumber : UMY

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Upaya Tingkatkan Kualitas Guru Yang Profesional

Saat ini guru menjadi tokoh penuntun dan panutan yang berfungsi sebagai uswatun hasanah bagi siswa dan lingkungannya. Guru juga berperan sebagai figur pentransfer nilai, moral, serta ilmu dan teknologi kepada generasi di bawahnya. Untuk itu seorang guru perlu meningkatkan kemampuannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pentingnya guru melakukan PTK ini tidak lain adalah untuk mencipatakan guru yang professional. Karena, jika kemampuan pembelajaran guru meningkat maka hal itu akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan professional guru. Selain itu hal ini juga akan membentu pemerintah untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Untuk menciptakan guru professional ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mencipatakan guru professional. Salah satunya adalah mengadakan Workshop Penelitian Tindakan Guru Bimbingan dan Konseling SMK Se-Bantul. Kegiatan yang berlangsung pada hari Rabu (29/4) di Ruang Sidang Theater Lt. 4 Gedung Pascasarjana UMY ini, merupakan bentuk kerja sama antara Program Studi Megister Studi Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMK Se-Kabupaten Bantul. Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Arif Budi Raharjo, M.Si saat memberikan sambutannya.

Dr. Nawari Ismail, M. Ag selaku pemateri pada workshop ini menjelaskan bahwa, saat ini guru memiliki peran yang sangat luas, di mana jabatan fungsional seorang guru ini dituntut untuk bisa membuat artikel ilmiah, modul pembelajaran, dan penelitian. “Ketiganya ini memiliki siklus yang tentunya saling berkesinambungan. Apalagi jika dilihat dari guru BK ini sebenarnya kan banyak peran yang bisa dimainkan contohnya terkait dengan sikap dan perilaku siswa ketika berada disekolah, “ terangnya.

Pembuatan PTK ini sebenarnya ada manfaat-manfaat yang bisa didapat, manfaat yang didapat ini tentunya juga akan berdampak bagi guru dan juga siswanya. “Banyak manfaat yang kita dapat dari PTK. PTK ini bisa menghasilkan sebuah artikel ilmiah dan juga modul pembelajaran. Artikel ilmiah ini bisa dikirim ke media bisa juga dijadikan sebuah buku untuk dana bisa mengajukan ke pemerintah. Namun, PTK ini juga perlu diimplementasikan agar nantinya PTK tersebut mengalami perkembangan, “ ujar Nawari lagi.

Sementara Untuk melakukan PTK ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan agar nantinya PTK ini memiliki nilai yang baik dan dapat diimplementasikan. “Ciri-ciri dari PTK ini ada tiga yaitu, dipicu dengan permasalahan praktis, bertujuan untuk memperbaikki pengajaran secara praktis, untuk melakukan itu semua kita bisa melakukan kolaborasi antar guru dan dengan peneliti. Untuk menemukan masalah dalam PTK ini sangat mudah yang terpenting tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem pembelajaran, misalnya dengan melihat keaktifan, minat, dan perhatian siswa dalam mata pelajaran tertentu, “ jelas Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag selaku pembicara.

Dr. Akif melanjutkan, bahwa dalam melakukan PTK ini tentunya perlu adanya pendampingan, agar dalam mengerjakan PTK ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak tersendat. “Sebenarnya, jika Perguruan Tinggi saling berkolaborasi dengan Sekolah, banyak hal yang bisa dikembangkan. Jadi melakukan amal sholeh ini bisa kita lakukan dengan membuat penelitian, “ ungkapnya.

Dr. Akif dan Dr. Nawari berharap kegiatan ini bukan hanya berhenti sampai workshop saja, tetapi kegiatan ini bisa terus berlangsung sampai peserta bisa menemukan sebuah ide untuk diteliti. Kemudian ditulis dan hasil akhirnya bisa menghasilkan sebuah produk karya tulis ilmiah. Tentunya karya ilmiah ini juga bisa dipublikasikan baik itu dijadikan sebuah buku, dimasukan di jurnal, dan juga dikirim ke media. (ica)

Sumber : UMY.AC.ID

Unimus Juara I Olah Raga Antar Perguruan Tinggi Muhammadiyah 2015

Tim olah raga Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), berhasil menorehkan nama dan mendapatkan juara I, dalam ajang Liga Kompetisi Olah Raga antar Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP),  dengan Tema Mempererat Silahturahmi Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Dalam rangkaian Aniversarry UMP.

Kegiatan ini, di laksanakan di Gedung Olah Raga UMP, yang di buka oleh Rektor UMP Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, MH, pada jam 08.00 dan di akhiri oleh Wakil Rektor (4) Ir. Regawa Bayu Pamungkas, MT.  Pada jam 15.00. di hadiri dari 11 delegasi kontingen olah raga Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Adapun Juara Pertama adalah Tim Unimus, Juara II dari UMP, Juara III Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Wakil Rektor III Unimus Bapak Dr. HR. Djoko Hartono, SE, SH, MKn, MM, Unimus, mengapresiasi atas keberhasilan dan kemenangan dari Tim Unimus yang terdiri dari: Yusuf. PhD dari Program Studi Teknologi Pangan, Sukojo.S.S,(Admisi), kemudian Bagus Saputra dan Faisal Noer perwakilan dari mahasiswa / unit kegiatan mahasiswa (UKM) olah raga dan Bapak Slamet Riyadi,  S.Kom. perwakilan dari Unit (BAAK). Selanjutnya WR III, Dr H Djoko Setyo Hartono SE MM SH, MKn. Unimus menyampaikan  ucapan selamat, bahwa kegiatan ini akan mendorong prestasi yang lain bagi dosen, karyawan dan mahasiswa di bidang olah raga. [Mamdukh Budiman]

Pemahaman Masyarakat Indonesia Tentang Ekonomi dan Perbankan Syariah Masih Rendah

Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia dalam bidang ekonomi dan perbankan syariah dirasa masih cukup rendah. Terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Padahal, jika dilihat lebih jauh bank-bank syariah yang ada di Indonesia sudah cukup banyak dan memberikan peluang yang cukup bagi masyarakat untuk melakukan transaksi dan peminjaman modal.

Berdasarkan hal itulah, maka Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Institut Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa se-Indonesia (INFAD), Universitas Sains Malaysia (USIM) dan International Institute of Islamic Thought (IIIT) USA menyelenggarakan International Conference dengan tema Islamic Economics and Financial Inclusion (ICIEFI) 2015. Acara ini digelar selama dua hari, yakni Kamis hingga Jum’at (23-24/4) di ruang sidang utama AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Dr. Mayusdhi Muqorobin, selaku ketua acara menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia perlu mengembangkan pemikiran tentang hukum islam, salah satunya mengenai ekonomi islam dan perbankan syariah. Selain pemahaman dan pengertian, hal ini dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk dapat mengakses permasalahan-permasalahan keuangan dan pemberdayaan ekonomi, “ jelasnya.

Masyhudi juga menambahkan, selain membahas mengenai pengembangan pemikiran tentang hukum Islam dan ekonomi perbankan syariah kegiatan ini diharapkan kedepannya dapat menjalin kerjasama antara institusi-institusi dalam mengembangkan ekonomi Islam dunia.

Salah satu perkembangan ekonomi dan perbankan syariah yang berkembang sangat pesat adalah waqaf. Perkembangan ini juga didukung dengan besarnya dana waqaf yang terus berkembang, hal ini dipengaruhi karena banyaknya inovasi serta metodologi dalam mengumpulkan dana. “Salah satu alasan dana tersebut terus berkembang yitu melalui waqaf tunai. Tahun-tahun terakhir ini saja uang tunai dilihat sebagai media yang dinamis untuk publik, “ terang Dr. Mohamad bin Abdul Hamid, Ph. D, Islamic University of Malaysia selaku pembicara dalam acara tersebut.

Mohamad menambahkan, bahwa saat ini waqaf menjadi salah satu lembaga penggalangan dana tertua didunia yang bertindak sebagai pembangunan ekonomi muslim di berbagai aspek kehidupan. Pendekatan syariah melalui waqaf ini dapat diimplementasikan untuk penggalangan dana melalui usaha yang dapat memberantas kemiskinan melalui pendidikan, “ tambahnya.

Sistem kerja waqaf ialah dengan menjaring kemitraan yang sejati dan didasari dengan resiko dan keuntungan bersama, “Hal ini dapat dilakukan dengan menggalang dana dan mengembangkan kegiatan pendidikan tinggi. Selain itu dampak sosial dan keuangan memiliki usaha waqaf untuk perguruan tinggi, antara lain yaitu menyelaraskan kerja sama antar pemain, “ paparnya.

Sementara itu, hal berbeda dipaparkan Prof. Dr. Syamsul Anwarm Ketua Majelis Tarjih PP Muhmmadiyah mengatakan, dalam menangani permasalahan kemiskinan di Indonesia khususnya, harusnya masyarakat bisa berpegang pada falsafah Al-Ma’un, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Muhammadiyah selama ini. Dalam falsafah Al-Ma’un tersebut, seseorang itu tidak bisa dikatakan menjadi orang baik atau shalih sendiri jika dia tidak bisa menshalihkan orang lain. “Dalam falsafah Al-Ma’un itu kita diajarkan untuk bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Tidak hanya menjadi baik untuk diri sendiri,” jelasnya.

Selain itu, imbuh Prof. Syamsul lagi, dalam upaya pengentasan kemiskinan dan orang-orang fakir itu tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh individu maupun satu kelompok saja. Akan tetapi juga butuh kerjasama dari semua elemen masyarakat. “Pengentasan kemiskinan itu tidak akan berhasil jika hanya dilakukan seorang diri tanpa adanya kerjasama dari orang, kelompok, atau organisasi lain. Karena itu, memang membutuhkan kerjasama dari semuanya. Dan harta yang dimiliki pun akan lebih berkah jika digunakan untuk kebaikan secara bersama-sama” pungkasnya. (Adam/Ica)

Sumber : UMY.AC.ID

UMY Kerjasama Dual Degree Dengan Flinders University

Untuk kesekian kalinya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengadakan kerjasama dengan universitas di luar negeri. Kerjasama kali ini merupakan kerjasama lanjutan dalam program Dual Degree. Program Dual Degree periode 2015-2020 ini akan dilaksanakan bersama Flinders University, South Australia.

Dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan pada Selasa (14/4) di Flinders University, pihak UMY diwakili oleh Dr. Gunawan Budiyanto, MP (Wakil Rektor Bidang Akademik) dan pihak Flinders University diwakili oleh Professor Nancy Cromar (Vice Cancellor and Vice President – International). ​

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UMY, Dr. Ali Muhammad, saat ditemui pada Jum’at (17/4) mengatakan, MoU program Dual Degree tersebut memayungi program studi Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UMY dengan School of International Studies, Flinders University. Skema yang dibuat pada program ini adalah 3 plus 1. “Artinya, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UMY bisa bergabung dalam Dual Degree program ini dengan ketentuan tiga tahun di UMY dan 1 tahun atau dua semester belajar di School of International Studies, Flinders University dengan membayar penuh tuition fee. Setelah itu, mahasiswa akan kembali ke UMY untuk menyelesaikan skripsinya,” papar Ali yang juga turut hadir dalam penandatangan MoU di Flinders University.

Jadi, lanjut Ali lagi, program Dual Degree ini hanya bisa diikuti oleh mahasiswa HI UMY yang telah menempuh empat semester. Karena program Dual Degree tersebut akan ditempuh oleh mahasiswa pada semester lima dan enam. Barulah kemudian untuk semester tujuh dan delapan mahasiswa tersebut akan kembali ke UMY untuk menyelesaikan skripsinya. Program ini pun akan dimulai pada semester depan dengan cara mahasiswa yang sudah menempuh empat semester bisa mendaftarkan diri ke Prodi HI untuk mengikuti program Dual Degree tersebut. Namun, program ini hanya dikhususkan bagi​ mahasiswa HI kelas internasional (IPIREL/International Program of International Relations).

Ali juga mengatakan, dengan mengikuti program Dual Degree ini, mahasiswa akan mendapatkan gelar ganda setelah lulus, yakni SIP (Sarjana Ilmu Politik) dari UMY dan B. Int.St (Bachelor of International Studies) dari Flinders University. “Program Dual Degree ini tentunya menarik. Karena mahasiswa HI UMY nantinya bisa mendapatkan gelar B.Int.St​ dari Flinders University cukup dengan belajar di Flinders selama satu tahun atau dua semester saja,” jelasnya.

Dalam kesempatan penandatanganan MoU di Flinders University tersebut, turut hadir menyaksikan pula pimpinan dari pihak Flinders University, antara lain Professor Matt Taverner (Director, Partnership and Student Service); Professor Phyllis Tharenou (Executive Dean, Faculty of Social and Behavioral Sciences); Professor Martin Griffiths (Dean, School of International Studies); dan Dr Priyambudi Sulistyanto (Senior Lecture). Sementara dari pihak UMY hadir pula Dr Ali Muhammad selaku Dekan FISIPOL UMY.​

Sumber : UMY.AC.ID

Delegasi UMY Raih Penghargaan Di Harvard World Model United Nation 2015

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ahmad Jawwad (mahasiswa Hubungan Internasional 2011), Asep Suryana (HI 2012) dan Andi Amitya Resti Dwiyanti (Magister Politik dan Hubungan Internasional 2013) yang didaulat menjadi delegasi UMY di ajang internasional “24th Harvard World Model United Nation (WMUN) 2015” berhasil meraih penghargaan terbaik pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project.

Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Harvard University ini mempertemukan delegasi mahasiswa dari seluruh universitas di dunia. Dan pada acara WMUN ke-24 yang dilaksanakan di Korea International Exhibition Center (INTEX), Seoul, Korea Selatan pada 16 hingga 20 Maret 2015 ini, ada dua kategori perlombaan yakni Social Venture Challenge (SCV) Resolution Project dan Simulasi Sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dari dua kategori perlombaan ini hanya ada tiga delegasi asal Indonesia yang meraih penghargaan terbaik, yakni delegasi UMY di posisi pertama pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project, disusul kemudian Djarum Foundation, dan Universitas Indonesia (UI) pada kategori Simulasi Sidang PBB.

Ahmad Jawwad, selaku ketua tim delegasi UMY, saat ditemui di Biro Humas UMY pada Selasa (14/4) mengatakan, Social Venture Challenge sendiri merupakan kategori kompetisi di mana para pemuda atau mahasiswa dari seluruh dunia, yang ikut pada ajang WMUN 2015 tersebut diharuskan untuk menyampaikan proyek-proyek sosial di negaranya masing-masing. Sementara proyek sosial yang diajukan Jawwad beserta temannya, yang berhasil meraih penghargaan dalam ajang ini berupa proyek “CancerCARE”.

“CancerCARE ini merupakan proyek kepedulian sosial. Dalam proyek ini kami ingin menambah pengetahuan dan menyadarkan masyarakat umum untuk lebih peduli pada penderita kanker, khususnya anak-anak. Karena kalau kita perhatikan, anak-anak penderita kanker itu tingkat sosialnya rendah dan minder. Untuk itulah kami mengajukan proyek ini,” jelasnya.

Jawwad juga mengaku sempat kaget dan tidak percaya karena timnya dinyatakan berhasil meraih penghargaan sebagai delegasi terbaik. Pasalnya, untuk bisa mengikuti ajang tersebut tidak mudah. Karena harus melewati beberapa tes seleksi. Di samping itu juga, setelah mereka dinyatakan maju ke babak semi final dan final, mereka diharuskan melakukan presentasi di hadapan juri serta delegasi dari universitas-universitas di dunia yang ikut pada ajang tersebut.

“Tidak mudah untuk bisa sampai ke sana. Selain karena adanya tantangan dengan berbagai seleksi itu, kami juga terhambat dengan masalah dana. Tapi syukur, Alhamdulillah kami bisa berangkat dan bisa meraih prestasi membanggakan ini. Ini juga sebagai bentuk kontribusi kami kepada UMY, karena telah berhasil membawa nama baik UMY di tingkat internasional,” ujar Jawwad yang juga Founder UMY Model United Nation Community ini lagi.

Hal senada pun disampaikan Asep Suryana. Menurutnya, sekalipun pesaing terberat mereka selama mengikuti perlombaan tersebut datang dari para mahasiswa yang merupakan penutur asli Bahasa Inggris (netive speaker), namun nyatanya ia beserta kedua temannya bisa pula bersaing dengan mereka.

Asep juga mengingatkan agar mahasiswa Indonesia tidak perlu merasa minder (kurang percaya diri) dengan kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya. “Selama kita bisa bicara dengan jelas, orang-orang akan mengerti. Buktinya, negara-negara seperti kita yang notabene masih terbata-bata menggunakan bahasa Inggris, karena bahasa Inggris yang tak lain merupakan bahasa asing bagi kita, tapi ternyata juga mampu menguasai persidangan dengan baik,” ungkapnya. Hal itu pun berdasarkan pengalaman yang ditemui oleh Asep ketika mengikuti WMUN 2015 dan mendapati jika mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia (UI) juga mendapatkan penghargaan sebagai peserta terbaik pada kategori Simulasi Sidang PBB. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID

TI UMY Siapkan Mahasiswa dan Lulusannya Hadapi Teknologi Masa Depan

Perkembangan di dunia informasi dan teknologi tak dapat dipungkiri lagi selalu berjalan dengan sangat cepat. Teknologi-teknologi yang saat ini sedang tren dan dikatakan canggih di masa ini, belum tentu di masa depan teknologi tersebut juga menjadi tren dunia. Karena itulah, mahasiswa dan lulusan Teknologi Informasi pun harus selalu bersiap diri menghadapi lompatan besar teknologi di masa depan. Dan salah satu cara yang dilakukan oleh Program Studi TI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk menghadapi tantangan tersebut yakni, menyiapkan mahasiswanya sedini mungkin untuk belajar mengenai teknologi masa kini dan masa depan.

Demikian disampaikan Ketua Prodi TI UMY, Muhammad Helmi Zain Nuri, S.T., M.T., dalam acara Graduation Ceremony Information Technology Department Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan pada Rabu (1/4), di ruang Studium General Teknik UMY ini, merupakan acara pemberian sertifikat kepada 17 mahasiswa TI UMY yang telah menyelesaikan program pembelajaran TI di UMY bersama dengan NIIT, India. Adapun sertifikat tersebut diberikan secara langsung oleh Praves Kumar, selaku Ambasador dari NIIT India.

Menurut Helmi, kerjasama antara UMY dengan NIIT India tersebut memang dikhususkan pada prodi TI (Teknologi Informasi). Hal ini karena sesuai dengan program prodi TI UMY yang ingin menyiapkan mahasiswa dan lulusannya untuk menghadapi teknologi masa depan. “Kami punya tiga program besar yang sekaligus juga menjadi tantangan bagi kami, prodi TI. Pertama, menyiapkan mahasiswa dan lulusan TI UMY agar siap menghadapi teknologi yang belum ada di masa kini. Kedua, menyiapkan mereka untuk pekerjaan di bidang teknologi yang belum ada sekarang. Dan ketiga, menyiapkan mereka untuk bisa menyelesaikan masalah dalam bidang teknologi yang belum kita semua ketahui juga ke depannya akan seperti apa. Karena itulah, kerjasama antara TI UMY dengan NIIT India ini ada,” ujarnya.

Helmi juga mengatakan, kerjasama antara TI UMY dengan NIIT India tersebut berupa kerjasama kurikulum pembelajaran. Kurikulum pembelajaran yang dimiliki NIIT juga diajarkan di TI UMY. Materi-materi pelajaran yang diberikan pun sebagiannya juga berasal dari materi-materi yang diajarkan di NIIT. “Namun materinya inline dengan perkuliahan di sini. Jadi ketika mereka kuliah, mereka akan mendapatkan materi dari TI UMY sendiri juga materi khusus yang berasal dari NIIT. Kemudian untuk ujian materi dari NIITnya, mereka juga bisa melakukannya secara online, sehingga nilai yang didapat pun akan berasal dari dua institusi pendidikan ini,” ungkapnya.

Helmi melanjutkan, kerjasama yang telah dilakukan sejak tahun 2010 ini untuk memberikan nilai tambah bagi mahasiswa dan lulusannya. Selain agar mereka memiliki sertifikasi dari industri, NIIT, dan UMY, mereka juga akan mendapatkan gelar dari NIIT, yakni Diploma Software Engineering atau disingkat Dip. SE.

“Gelar Dip. SE tersebut juga untuk melengkapi gelar Sarjana Teknik (S.T) itu sendiri, agar mereka punya nilai tambah saat melamar pekerjaan. Selain itu juga, sertfikat dan gelar yang mereka peroleh dari NIIT juga diakui di negara lain, seperti Singapore, Australia, Inggris, dan Myanmar. Jadi, kalau nantinya mereka ingin melanjutkan studi di negera-negara tersebut bisa dilakukan dengan mudah, karena gelar dan sertifikat mereka sudah diakui secara internasional. Selain itu juga, kuliahnya tidak perlu lama-lama, karena sebagian besar kredit atau materi kuliahnya juga sudah dipelajari dari materi kuliah NIIT,” imbuh Helmi lagi.

Sementara itu, Jazaul Ikhsan, ST., MT., Ph.D mengatakan, sertifikat yang diperoleh oleh 17 mahasiswa TI UMY tersebut merupakan bukti atas kompetensi mereka di bidang Teknologi dan Informasi. Karena mereka tidak hanya mempelajari bagaimana perkembangan teknologi di masa ini, namun juga telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan serta teknologi di masa mendatang.

“Ini sebagai bukti bahwa Anda kompeten. Tapi ini juga menjadi tanggung jawab yang luar biasa. Karena perkembangan teknologi informasi itu begitu cepat, dan apa yang dipelajari sekarang, belum tentu di masa depan masih menjadi topik hangat untuk dipelajari. Karena itu, mahasiswa dan lulusan TI itu harus siap untuk belajar dan belajar, serta belajar mandiri untuk menghadapi segala sesuatunya di masa yang akan datang,” pungkasnya. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID

MMR UMY Selenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue

Peristiwa meninggalnya Yani Libels di Bandara Soekarno Hatta beberapa hari yang lalu, akan menjadi pelajaran bagi banyak orang, terlebih lagi tenaga medis. Pasalnya kasus yang dialami Yani Libels tersebut juga sering ditemui pada pasien-pasien di rumah sakit, dikarenakan pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung hingga akhirnya nyawanya pun tak tertolong. Namun hingga saat ini, tim medis khusus yang bisa menangani kondisi mendesak seperti tersebut masih sangat jarang, belum lagi keterampilannya yang juga belum baik.

Karena itulah, berlatar belakang permasalahan tersebut, Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue. Pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari sejak Sabtu (28/3) hingga Minggu (29/3) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta ini diikuti oleh semua mahasiswa MMR UMY, Manajer Klinik yang juga merupakan dokter atau perawat dari Rumah Sakit mitra UMY serta beberapa rumah sakit umum dan daerah di Indonesia.

Menurut Ketua Prodi MMR Pascasarjana UMY, dr. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes, Code Blue tersebut merupakan suatu tim yang dibentuk oleh setiap rumah sakit untuk menangani pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung. Mereka pun harus berusaha menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung secara tiba-tiba tersebut dalam waktu kurang dari enam menit. “Dalam tim Code Blue ini ada Tim Primer dan Tim Sekunder. Tim Primer dari mulai satpam, tukang sapu, perawat, hingga dokter harus juga bisa memiliki pengetahuan bagaimana menghadapi dan menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung tiba-tiba, atau yang kami sebut sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD). Barulah kemudian Tim Sekunder yang tak lain merupakan tim khusus dari dokter dan perawat yang lebih profesional dan ahli melakukan penanganan lanjutan, atau Bantuan Hidup Lanjutan (BHL),” jelasnya.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang bisa diberikan tersebut seperti, kompresi dada. Sementara untuk BHL yang dilakukan oleh personel atau tim yang lebih terlatih, dilakukan dengan cara menggunakan alat bantu peralatan, alat bantu napas tingkat lanjut dan obat-obatan yang bersifat mendukung atau memicu jantung agar bisa berdenyut lagi.

dr. Erwin juga mengatakan bahwa pihaknya menyelenggarakan pelatihan tersebut, di samping untuk memberikan pelajaran secara nyata kepada mahasiswanya, juga untuk memberikan masukan bagi rumah sakit-rumah sakit lain yang belum paham mengenai Code Blue. “Jadi kita tidak hanya tahu teorinya, tapi juga bisa belajar untuk mempraktekkannya. Jadi diharapkan nantinya, tidak akan ada lagi rumah sakit yang belum memiliki tim Code Blue, dan tidak bisa menangani pasien yang mengalami serangan jantung,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Nahar Taufiq, KSM Jantung RSUD dr. Sardjito, Yogyakarta saat memaparkan materinya mengenai Strategi Pencegahan Henti Jantung dan Aktivasi Code Blue mengatakan, idealnya Code Blue memang memiliki tim khusus yang bertugas sebagai tim Bantuan Hidup Lanjut (BHL). Tim ini pun bisa dimasukkan dalam shift-shif jaga tenaga medis, agar ketika sewakt-waktu ada pasien yang mengalami serangan jantung mendadak dapat segera ditangani dengan cepat dan baik. “Kalau pun ingin memanggil tim khusus code blue tersebut, rumah sakit juga harus menyepakati mau seperti apa kodenya. Apakah 119, 118, atau 117. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh pelapor mengenai kondisi pasien yang mendadak mendapat serangan jantung itu juga harus lugas, agar bisa cepat ditangani,” paparnya.

untuk membeikan pemahaman yang lebih menyeluruh pada peserta, dr. Nahar juga telah membawa Tim Code Blue dari RSUD dr. Sardjito. Tim inilah yang kemudian mengajarkan pada peserta bagaimana cara menangani pasien yang mengalami serangan jantung dengan baik agar bisa terselamatkan dalam waktu kurang dari enam menit. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID