Penanaman 100 Bibit Tanaman Memperingati “Hari Bumi Sedunia”

Memperingati “Hari Bumi Sedunia” Unimus yang dipimpin oleh Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka dan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi menyelenggarakan kegiatan penanaman bibit dengan tema “Ijo Royo-Royo, Unimus Go Green”. Kegiatan penanaman bibit ini terselenggara dengan memperoleh bantuan sejumlah 100 bibit tanaman kehutanan dari Balai Perbenihan Tanaman Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari: mahkota dewa, dewandaru, ketapang, mangga, kepel, keben, cendana, gaharu, dan jati.

Kegiatan penanaman bibit dimulai dengan kegiatan apel yang dipimpin oleh Rektor Unimus Prof. Djamaluddin Darwis, MA. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa kegiatan penanaman bibit ini merupakan suatu kegiatan yang mengingatkan agar kita tetap mengingat dan menjaga bumi tempat kita berpijak.

Seperti dikisahkan dalam perwayangan, tokoh-tokoh “pandhawa “ digambarkan memandang kearah bawah yang diartikan bahwa manusia hendaknya melihat dimana ia berpijak dan berasal, lebih mensyukuri apa yang sudah dikaruniakan oleh Allah kepada kita. Lain halnya dengan tokoh-tokoh “kurawa” yang selalu memandang keatas yang diartikan bagaimana mereka dengan kesombongannya tidak mau melihat dan memandang sekitarnya. Selain dihadiri oleh Rektor, kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Dekan FIKKES, Dekan FKG, Ketua Gugus Depan 0.5.99 dan 0.5.100 beserta anggotanya, dan perwakilan organisasi kemahasiswaaan.

Nantinya kegiatan penanaman bibit yang telah terlaksana akan difokuskan di wilayah sekitar kampus Unimus sebagai upaya menghijaukan lingkungan Unimus dan sekitarnya. Diharapkan setelah kegiatan penanaman bibit ini dapat ditindaklanjuti dengan merawat agar bibit yang ditanam bisa tumbuh dengan baik dan memberi manfaat yang lebih besar kelak. Semoga sekecil apapun yang telah kita lakukan bernilai ibadah di mata Allah dan memberi manfaat bagi sekitar kita. (dar/humas-jipc).

Sumber : UNIMUS.AC.ID

Pemahaman Masyarakat Indonesia Tentang Ekonomi dan Perbankan Syariah Masih Rendah

Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia dalam bidang ekonomi dan perbankan syariah dirasa masih cukup rendah. Terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Padahal, jika dilihat lebih jauh bank-bank syariah yang ada di Indonesia sudah cukup banyak dan memberikan peluang yang cukup bagi masyarakat untuk melakukan transaksi dan peminjaman modal.

Berdasarkan hal itulah, maka Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Institut Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa se-Indonesia (INFAD), Universitas Sains Malaysia (USIM) dan International Institute of Islamic Thought (IIIT) USA menyelenggarakan International Conference dengan tema Islamic Economics and Financial Inclusion (ICIEFI) 2015. Acara ini digelar selama dua hari, yakni Kamis hingga Jum’at (23-24/4) di ruang sidang utama AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Dr. Mayusdhi Muqorobin, selaku ketua acara menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia perlu mengembangkan pemikiran tentang hukum islam, salah satunya mengenai ekonomi islam dan perbankan syariah. Selain pemahaman dan pengertian, hal ini dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk dapat mengakses permasalahan-permasalahan keuangan dan pemberdayaan ekonomi, “ jelasnya.

Masyhudi juga menambahkan, selain membahas mengenai pengembangan pemikiran tentang hukum Islam dan ekonomi perbankan syariah kegiatan ini diharapkan kedepannya dapat menjalin kerjasama antara institusi-institusi dalam mengembangkan ekonomi Islam dunia.

Salah satu perkembangan ekonomi dan perbankan syariah yang berkembang sangat pesat adalah waqaf. Perkembangan ini juga didukung dengan besarnya dana waqaf yang terus berkembang, hal ini dipengaruhi karena banyaknya inovasi serta metodologi dalam mengumpulkan dana. “Salah satu alasan dana tersebut terus berkembang yitu melalui waqaf tunai. Tahun-tahun terakhir ini saja uang tunai dilihat sebagai media yang dinamis untuk publik, “ terang Dr. Mohamad bin Abdul Hamid, Ph. D, Islamic University of Malaysia selaku pembicara dalam acara tersebut.

Mohamad menambahkan, bahwa saat ini waqaf menjadi salah satu lembaga penggalangan dana tertua didunia yang bertindak sebagai pembangunan ekonomi muslim di berbagai aspek kehidupan. Pendekatan syariah melalui waqaf ini dapat diimplementasikan untuk penggalangan dana melalui usaha yang dapat memberantas kemiskinan melalui pendidikan, “ tambahnya.

Sistem kerja waqaf ialah dengan menjaring kemitraan yang sejati dan didasari dengan resiko dan keuntungan bersama, “Hal ini dapat dilakukan dengan menggalang dana dan mengembangkan kegiatan pendidikan tinggi. Selain itu dampak sosial dan keuangan memiliki usaha waqaf untuk perguruan tinggi, antara lain yaitu menyelaraskan kerja sama antar pemain, “ paparnya.

Sementara itu, hal berbeda dipaparkan Prof. Dr. Syamsul Anwarm Ketua Majelis Tarjih PP Muhmmadiyah mengatakan, dalam menangani permasalahan kemiskinan di Indonesia khususnya, harusnya masyarakat bisa berpegang pada falsafah Al-Ma’un, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Muhammadiyah selama ini. Dalam falsafah Al-Ma’un tersebut, seseorang itu tidak bisa dikatakan menjadi orang baik atau shalih sendiri jika dia tidak bisa menshalihkan orang lain. “Dalam falsafah Al-Ma’un itu kita diajarkan untuk bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Tidak hanya menjadi baik untuk diri sendiri,” jelasnya.

Selain itu, imbuh Prof. Syamsul lagi, dalam upaya pengentasan kemiskinan dan orang-orang fakir itu tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh individu maupun satu kelompok saja. Akan tetapi juga butuh kerjasama dari semua elemen masyarakat. “Pengentasan kemiskinan itu tidak akan berhasil jika hanya dilakukan seorang diri tanpa adanya kerjasama dari orang, kelompok, atau organisasi lain. Karena itu, memang membutuhkan kerjasama dari semuanya. Dan harta yang dimiliki pun akan lebih berkah jika digunakan untuk kebaikan secara bersama-sama” pungkasnya. (Adam/Ica)

Sumber : UMY.AC.ID

LK UMM Kaji Peradaban Islam dan Globalisasi

Memudarnya multidisipliner di ruang sidang senat, pagi tadi (22/4), LK mengangkat tema “Membangun Peradaban Masyarakat Islam di Tengah Masyarakat Global”.  Kajian ini diisi dua nara sumber, yakni dosen Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. Syamsul Hadi, M. Ag, dan dosen Syariah UMM, Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.

Arus globalisasi, menurut Nurhakim, memberikan efek yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi, globalisasi mampu menyatukan aspek-aspek sosial namun disisi lain ini juga dapat merubah kultural dan sosial. Bagi Indonesia, ini membawa perubahan yang signifikan dalam kemajuan teknologi. Namun dampak negative berupa perluasan dimensi dan lokus konflik  juga tak terelakan.

“Maraknya gerakan transnasional serta pemahaman-pemahaman keagamaan yang bertabrakan dengan garis pemahaman yang sudah mapan dalam bentuk radikalisme agama dan liberalism pemikiran keagamaan menimbulkan konflik yang sama di tempat yang berbeda,” ungkap Nurhakim.

Tak hanya itu saja, masalah-masalah dalam dunia politik, budaya, lingkungan, dan moral yang terjadi di dalam masyarakat adalah hasil dari proses globalisasi yang diakibatkan oleh kuatnya arus industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralisme budaya, demokratisasi dan individualism. Oleh karena itu, tambah Nurhakim, jika tidak dihadapi dengan kreatif dan inovatif, proses globalisasi akan berbenturan dengan upaya mempertahankan tradisi dan paham keagamaan.

Untuk membangun suatu peradaban dunia yang ideal, Nurhakim memaparkan potensi budaya dan pemikiran Islam Indonesia dengan segala corak khasnya dapat menjadi alternatif penting. Terutama pemikiran Islam Indonesia dapat tampil sebagai rahmatan lil ‘aalamiin. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menampilkan Islam yang ramah dan majemuk, toleran antar umat beragama, Islam yang dinamis, inovatif dan kreatif, Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, politik, ekonomi, dan science, dan menampilkan revitalis Islam dalam bentuk intensifikasi

Sementara itu, Samsul menyodoran fakta-fakta pengakuan peradaban Islam oleh para ahli. Misalnya, Fred McGraw Donner, mengakui bahwa sangat sedikit peristiwa sejarah umat manusia yang teah mengubah wajah belahan dunia yang luas dengan begitu cepat dan menentukan, sebagaimana ditunjukkan oleh persitiwa penyebaran Islam pada masa awal Hijrah.

Islam, lanjut Samsul, memberi pengaruh pada pemikiran Yahudi, diantaranya belajar bersikap bebas dan terbuka kepada peradaban baru dari kaum muslim. “Kaum Yahudi memperoleh manfaat dari Islam, hingga mereka mencapai taraf peradaban yang mereka sebut “Zaman Emas” yang terwujud pada masa kejayaan Islam,” katanya.

Di Indonesia sendiri, kemajuan pemikiran dan peradaban Islam sudah ditunjukkan oleh berbagai tokoh. Antara lain oleh Nurkholis Madjid dan Munawir Sadzali. Sedangkan Nurhakim malah menganggap KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, merupakan peletak dasar pengembangan etos intelektualisme dan pragmatism dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.

Kepala LK UMM, Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, berharap diskusi ini menjadi kontribusi LK kepada masyarakat luas.  “Dengan adanya kajian ini, kami berharap akan adanya proses tukar pikiran dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. (ima/nas)

Sumber : UMM.AC.ID

Pusat Studi Astronomi UAD Ikut Meneliti Gerhana 2016

Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (Pastron-UAD) diajak terlibat dalam penelitian gerhana matahari total 2016 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Tim UAD juga hadir dalam acara Lokakarya Nasional GMT 9 Maret 2016 di Bandung, Selasa (14/42015).

Adalah Yudhiakto Pramudya, Ph.D., kepala Pastron UAD, bersama dua rekannya, Eko Nursulistyo M.Pd., S. dan Oki Mustafa, S.Pd., M.Pd.Si yang menjadi wakil UAD dalam penelitian tersebut.

Yudhiakto yang merupakan dosen S-2 Pendidikan Fisika UAD ini mengatakan, gerhana matahari sering dihubungkan dengan peristiwa yang akhirnya menimbulkan mitos. Dalam perspektif astronomi, peristiwa gerhana matahari adalah peristiwa biasa dan tidak berhubungan dengan kejadian atau mitos yang berkembang di masyarakat. Dalam penelitian 2016 nanti, yang direncanakan di Ternate, tim dari UAD akan memberikan edukasi mengenai hal tersebut.

“Harapannya masyarakat Indonesia, khususnya Ternate, dapat memahami tentang gerhana. Fenomena gerhana matahari itu dapat dijadikan momentum untuk mengenalkan sains kepada masyarakat,” ucap Yudhi saat diwawancarai, Kamis (16/4/2015).

Gerhana matahari merupakan peristiwa tertutupnya piring matahari oleh piring bulan. Saat tertutup penuh, maka disebut sebagai gerhana total. Akibatnya, langit menjadi gelap, suhu menurun, dan perilaku hewan berubah karena mengira sudah malam. Selain itu, gerhana matahari juga dapat memungkinkan terjadi perubahan pada lapisan ionosfer

“Gerhana hanya akan tertutup dalam waktu tiga menit. Nah, dalam waktu tersebut, kami akan mengamati adanya perubahan, baik suhu maupun perilaku hewan.”

Lebih lanjut Yudhi menjelaskan, “Sebenarnya melihat gerhana matahari aman, asal tahu cara mengamatinya. Tentu saja, gerhana tidak dapat diamati dengan mata telanjang secara langsung karena kuatnya sinar matahari, khususnya dari fase gerhana total yang gelap menjadi terang, bisa merusak mata. Dalam jangka panjang, bisa menimbulkan kebutaan.”

Cara aman mengamati gerhana adalah menggunakan kacamata gerhana atau melihat proyeksi sinar matahari melalui kamera lubang jarum (pin hole) yang dibuat dari kardus.

Bersama dua rekannya, Yudhi berharap hasil penelitiannya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama menyadari bahwa gerhana matahari salah satu bukti kebesaran ciptaan Tuhan.

Selama ini, Pastron-UAD bergerak di bidang penelitian dan pendidikan astronomi. Pada 4 April 2015 lalu, tim juga mengamati peristiwa gerhana total dari kampus 4 UAD. Sebelumnya, mereka menjadi pembicara di Korea Selatan dan Italia.

Sementara menurut Yatny Yulianty dari Universe Awareness (Unawe) Indonesia, yang dimuat dalam koran cetak Kompas, Rabu, 15 April 2015 lalu mengungkapkan bahwa jalur gerhana total kali ini istimewa karena satu-satunya wilayah daratan negara yang dilintasi hanya Indonesia.

Beberapa kota yang dilintasi jalur gerhana total antara lain Mukomuko (Bengkulu), Palembang (Sumatra Selatan), Tanjung Pandan (Bangka Belitung), serta Sampit dan Palangkaraya (Kalimantan Tengah). Selain itu, Amuntai (Kalimantan Selatan), Balikpapan (Kalimantan Timur), Pasangkayu (Sulawesi Barat), Palu, Poso dan Luwuk (Sulawesi Tengah), serta Ternate, Tidore, dan Maba (Maluku Utara).

Sumber : UAD.AC.ID

RS UMM Siap Buka Klinik Bebas Nyeri

Nyeri berkepanjangan akibat suatu penyakit kelak tak akan menjadi siksaan lagi. Hal ini dipastikan setelah metode penanganan nyeri (pain) dikembangkan secara lebih massif dan dipelajari oleh dokter dari berbagai spesialis. Tak hanya itu, Di Malang, Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang (RSUMM) merupakan salah satu RS yang akan segera membuka klinik bebas nyeri ini dengan dilengkapi peralatan paling modern.

Direktur RS UMM, Prof. Dr. dr. Djoni Djunaedi, SpPD., KPTI, mengatakan paling lama satu bulan ke depan Klinik Bebas Nyeri akan dibuka di RS UMM. Hal ini dipastikan setelah dokter ahli dan peralatan sudah tersedia. Saat ini, RS UMM telah memiliki alat Ultrasonografi (USG) dan x-ray bernama C-Arm yang paling mutahir. Alat yang masing-masing seharga sekitar Rp 1,5 Miliar ini dapat mengetahui lokasi nyeri yang diderita secara tepat sebelum dilakukan proses pengobatan.

“Insya Allah klinik ini juga bisa melayani pasien BPJS sebagaimana klinik-klinik lainnya di RS UMM,” kata Djoni.

Sebagai RS yang juga memiliki misi dakwah pencerahan, RS UMM menjadi pelopor penyelenggara workshop pain management. Pelatihan yang berlangsung tiga hari, Jumat hingga Minggu (17-19/4) diikuti oleh 40 dokter spesialis dari seluruh Indonesia. Mereka terdiri dari spesialis syaraf, tulang, anastesi, dan penyakit dalam. Dilihat dari asal daerahnya, peserta berasal dari berbagai daerah, antara lain Jakarta, Balikpapan, Sorong dan kota-kota di Jawa Timur.

Menurut ketua pelaksana workshop, dr Abi Noerwahjono, Sp.An, ilmu ini tergolong baru di Indonesia meski sebenarnya sudah lama ada. Selama ini rasa nyeri akibat berbagai penyakit ditangani dengan mengonsumsi obat-obatan, bahkan ada yang melakukannya seumur hidup demi mengurangi rasa nyeri itu. Misalnya, pada penderita kanker yang divonis hanya bisa bertahan enam bulan, maka sepanjang waktu itu harus menahan nyeri yang hebat atau meminum obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.

“Namun dengan metode ini, dengan sangat cepat rasa nyeri dapat dihilangkan sehingga pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa,” terang Abi yang juga akan menjadi salah satu dokter spesialis di klinik anti nyeri RS UMM ini.

Ditambahkannya, di luar negeri, jika orang mengalami nyeri, asuransi mereka tidak akan mau membayar obat atau operasi. Kalau obat itu nanti dikonsumsi seumur hidup, jika dioperasi itu sama saja nyerinya jadi dua kali.

Secara teknis, dokter spesialis anastesi ini melanjutkan, proses pengobatannya dilakukan dengan membakar permukaan syaraf yang berhubungan dengan rasa nyeri. “Dengan menggunakan laser yang dosisnya rendah, syaraf itu kemudian ditembak dan dibakar sehingga rasa nyeri bisa hilang,” katanya.

Sebelumnya, RS UMM sudah pernah mengadakan seminar yang sama pada 8 Oktober 2014 lalu.

Rencananya, seminar ini akan dibuat tiga kali selama setahun secara berjenjang. “Untuk saat ini levelnya masih basic, empat bulan berikutnya levelnya naik menjadi intermediate, dan empat bulan berikutnya lagi masuk ke level advance,” ujarnya.

Abi berharap dengan menghilangkan rasa nyeri pada pasien, terutama yang terkena penyakit parah, bisa membantu pasien-pasien untuk khusyuk beribadah tanpa terpikir rasa nyeri sakit yang dideritanya. “Beberapa penyakit kanker yang sudah sangat parah kan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Meskipun setelah dihilangkan rasa nyerinya penyakitnya masih ada, setidaknya kami bisa mengurangi penderitaan yang diderita oleh pasien,” harapnya. (zul/nas)

Sumber : UMM.AC.ID

Kota Sukabumi Miliki Kampus Peduli AIDS

Universistas Muhammadiyah Sukabumi (Ummi) ditetapkan Pemkot Sukabumi sebagai kampus peduli AIDS. Langkah ini untuk menggiatkan upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS di kalangan mahasiswa dan pelajar.

“Penetapan kampus peduli AIDS ini akan semakin menekan penyebaran HIV/AIDS di Sukabumi,” ujar Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi Achmad Fahmi, Selasa (14/4).

Harapannya, kampus berperan dalam kegiatan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS di tengah masyarakat.Sebelumnya kata Fahmi, KPA juga telah memfasilitasi pembentukan warga peduli AIDS (WPA) di sejumlah kecamatan. Selain itu membentuk WPA di lingkungan lembaga pemasyarakatan (Lapas).

Wakil Rektor III Ummi Sakti Alamsyah mengatakan, keterlibatan kampus dalam pencegahan HIV/AIDS didasarkan pada fakta banyaknya kasus HIV di Sukabumi. “Kita berupaya membantu pencegahan penyebaran HIV/AIDS,” terang dia.

Rencananya kata Sakti, pihak kampus akan memilih sebanyak 19 mahasiswa pilihan untuk menjadi relawan dalam pencegahan HIV/AIDS. Mereka yang berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ini akan turun ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi bahaya penyebaran HIV.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

UMY Kerjasama Dual Degree Dengan Flinders University

Untuk kesekian kalinya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengadakan kerjasama dengan universitas di luar negeri. Kerjasama kali ini merupakan kerjasama lanjutan dalam program Dual Degree. Program Dual Degree periode 2015-2020 ini akan dilaksanakan bersama Flinders University, South Australia.

Dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan pada Selasa (14/4) di Flinders University, pihak UMY diwakili oleh Dr. Gunawan Budiyanto, MP (Wakil Rektor Bidang Akademik) dan pihak Flinders University diwakili oleh Professor Nancy Cromar (Vice Cancellor and Vice President – International). ​

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UMY, Dr. Ali Muhammad, saat ditemui pada Jum’at (17/4) mengatakan, MoU program Dual Degree tersebut memayungi program studi Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UMY dengan School of International Studies, Flinders University. Skema yang dibuat pada program ini adalah 3 plus 1. “Artinya, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UMY bisa bergabung dalam Dual Degree program ini dengan ketentuan tiga tahun di UMY dan 1 tahun atau dua semester belajar di School of International Studies, Flinders University dengan membayar penuh tuition fee. Setelah itu, mahasiswa akan kembali ke UMY untuk menyelesaikan skripsinya,” papar Ali yang juga turut hadir dalam penandatangan MoU di Flinders University.

Jadi, lanjut Ali lagi, program Dual Degree ini hanya bisa diikuti oleh mahasiswa HI UMY yang telah menempuh empat semester. Karena program Dual Degree tersebut akan ditempuh oleh mahasiswa pada semester lima dan enam. Barulah kemudian untuk semester tujuh dan delapan mahasiswa tersebut akan kembali ke UMY untuk menyelesaikan skripsinya. Program ini pun akan dimulai pada semester depan dengan cara mahasiswa yang sudah menempuh empat semester bisa mendaftarkan diri ke Prodi HI untuk mengikuti program Dual Degree tersebut. Namun, program ini hanya dikhususkan bagi​ mahasiswa HI kelas internasional (IPIREL/International Program of International Relations).

Ali juga mengatakan, dengan mengikuti program Dual Degree ini, mahasiswa akan mendapatkan gelar ganda setelah lulus, yakni SIP (Sarjana Ilmu Politik) dari UMY dan B. Int.St (Bachelor of International Studies) dari Flinders University. “Program Dual Degree ini tentunya menarik. Karena mahasiswa HI UMY nantinya bisa mendapatkan gelar B.Int.St​ dari Flinders University cukup dengan belajar di Flinders selama satu tahun atau dua semester saja,” jelasnya.

Dalam kesempatan penandatanganan MoU di Flinders University tersebut, turut hadir menyaksikan pula pimpinan dari pihak Flinders University, antara lain Professor Matt Taverner (Director, Partnership and Student Service); Professor Phyllis Tharenou (Executive Dean, Faculty of Social and Behavioral Sciences); Professor Martin Griffiths (Dean, School of International Studies); dan Dr Priyambudi Sulistyanto (Senior Lecture). Sementara dari pihak UMY hadir pula Dr Ali Muhammad selaku Dekan FISIPOL UMY.​

Sumber : UMY.AC.ID

Delegasi UMY Raih Penghargaan Di Harvard World Model United Nation 2015

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ahmad Jawwad (mahasiswa Hubungan Internasional 2011), Asep Suryana (HI 2012) dan Andi Amitya Resti Dwiyanti (Magister Politik dan Hubungan Internasional 2013) yang didaulat menjadi delegasi UMY di ajang internasional “24th Harvard World Model United Nation (WMUN) 2015” berhasil meraih penghargaan terbaik pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project.

Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Harvard University ini mempertemukan delegasi mahasiswa dari seluruh universitas di dunia. Dan pada acara WMUN ke-24 yang dilaksanakan di Korea International Exhibition Center (INTEX), Seoul, Korea Selatan pada 16 hingga 20 Maret 2015 ini, ada dua kategori perlombaan yakni Social Venture Challenge (SCV) Resolution Project dan Simulasi Sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dari dua kategori perlombaan ini hanya ada tiga delegasi asal Indonesia yang meraih penghargaan terbaik, yakni delegasi UMY di posisi pertama pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project, disusul kemudian Djarum Foundation, dan Universitas Indonesia (UI) pada kategori Simulasi Sidang PBB.

Ahmad Jawwad, selaku ketua tim delegasi UMY, saat ditemui di Biro Humas UMY pada Selasa (14/4) mengatakan, Social Venture Challenge sendiri merupakan kategori kompetisi di mana para pemuda atau mahasiswa dari seluruh dunia, yang ikut pada ajang WMUN 2015 tersebut diharuskan untuk menyampaikan proyek-proyek sosial di negaranya masing-masing. Sementara proyek sosial yang diajukan Jawwad beserta temannya, yang berhasil meraih penghargaan dalam ajang ini berupa proyek “CancerCARE”.

“CancerCARE ini merupakan proyek kepedulian sosial. Dalam proyek ini kami ingin menambah pengetahuan dan menyadarkan masyarakat umum untuk lebih peduli pada penderita kanker, khususnya anak-anak. Karena kalau kita perhatikan, anak-anak penderita kanker itu tingkat sosialnya rendah dan minder. Untuk itulah kami mengajukan proyek ini,” jelasnya.

Jawwad juga mengaku sempat kaget dan tidak percaya karena timnya dinyatakan berhasil meraih penghargaan sebagai delegasi terbaik. Pasalnya, untuk bisa mengikuti ajang tersebut tidak mudah. Karena harus melewati beberapa tes seleksi. Di samping itu juga, setelah mereka dinyatakan maju ke babak semi final dan final, mereka diharuskan melakukan presentasi di hadapan juri serta delegasi dari universitas-universitas di dunia yang ikut pada ajang tersebut.

“Tidak mudah untuk bisa sampai ke sana. Selain karena adanya tantangan dengan berbagai seleksi itu, kami juga terhambat dengan masalah dana. Tapi syukur, Alhamdulillah kami bisa berangkat dan bisa meraih prestasi membanggakan ini. Ini juga sebagai bentuk kontribusi kami kepada UMY, karena telah berhasil membawa nama baik UMY di tingkat internasional,” ujar Jawwad yang juga Founder UMY Model United Nation Community ini lagi.

Hal senada pun disampaikan Asep Suryana. Menurutnya, sekalipun pesaing terberat mereka selama mengikuti perlombaan tersebut datang dari para mahasiswa yang merupakan penutur asli Bahasa Inggris (netive speaker), namun nyatanya ia beserta kedua temannya bisa pula bersaing dengan mereka.

Asep juga mengingatkan agar mahasiswa Indonesia tidak perlu merasa minder (kurang percaya diri) dengan kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya. “Selama kita bisa bicara dengan jelas, orang-orang akan mengerti. Buktinya, negara-negara seperti kita yang notabene masih terbata-bata menggunakan bahasa Inggris, karena bahasa Inggris yang tak lain merupakan bahasa asing bagi kita, tapi ternyata juga mampu menguasai persidangan dengan baik,” ungkapnya. Hal itu pun berdasarkan pengalaman yang ditemui oleh Asep ketika mengikuti WMUN 2015 dan mendapati jika mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia (UI) juga mendapatkan penghargaan sebagai peserta terbaik pada kategori Simulasi Sidang PBB. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID

Teliti Plasma untuk Sembuhkan Luka, Nasaruddin Raih Gelar Doktor di Jepang

Seorang dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Nasaruddin, meraih gelar doktor dari Kanazawa University, Jepang, dengan predikat summa cum laude. Prestasi membanggakan itu diperoleh setelah ia berhasil melakukan kajian baru tentang plasma medicine untuk terapi penyembuhan luka.

Nasarudin menjelaskan, plasma adalah fase zat keempat setelah zat padat, cair dan gas. Di antara produk-produk industrial atau teknologi yang menerapkan plasma adalah televisi plasma (TV plasma) dan AC plasma.

“Kita tentu sudah akrab dengan teknologi tersebut. Namun, setelah saya melakukan serangkaian kajian ilmiah, spesies aktif tersebut dapat dimanfaatkan untuk terapi kesehatan. Seperti untuk menyembuhkan luka dan membunuh sel-sel kanker dan membasmi bakteri,” jelas Nasaruddin, Selasa (14/4/2015).

Pria asal Temanggung, Jawa Tengah, itu menceritakan selama studi di Negeri Sakura, ia melakukan proyek penelitian dengan menerapkan plasma untuk penyembuhan luka pada hewan mencit (tikus) yang meniru model terapi luka di skala klinis rumah sakit. Hasilnya, penyembuhan luka pada kelompok tikus yang diberi treatment plasma setiap hari selama satu menit, lebih cepat satu hari dibandingkan dengan kelompok tikus tanpa treatment plasma.

“Berdasarkan uji mikroskopis tampak bahwa plasma mempercepat penyembuhan luka dengan cara mempengaruhi perkembangan sel-sel myofibroblast atau sel yang biasa dikenal sebagai penanda dari konstraksi luka,” ulas alumnus Universitas Diponegoro, Semarang, Bidang Ilmu Fisika tahun 2000-2006.

Hasil penelitian tersebut, kata Nasarudin, telah terpublikasi di jurnal internasional Clinical Plasma Medicine (Elsevier Publisher) di Jepang, yang sekaligus sebagai karya disertasinya. Kendati demikian, Nasarudin mengaku belum puas dengan hasil tersebut. Ia pun bergabung dengan tim peneliti di Laboratorium Wound Healing dan Laboratorium Plasma Kanazawa University untuk mengembangkan metode peningkatan efek plasma yang lebih sederhana, yakni dengan menambahkan air.

Penemuan terbaru

Menurut peraih The Best Presentation Award dalam Intenational Conference ISPlasma 2015 itu, kajian plasma medicine termasuk penelitian yang baru dan saat ini secara intensif baru dilakukan di negara-negara maju. Kajian plasma medicine ini juga berpotensi besar berkolaborasi dengan kajian-kajian lain yang juga tengah menjadi tren dalam sains dan teknologi kesehatan, seperti bidang nanosains dan nanoteknologi.

“Bisa jadi penelitian saya ini adalah penelitian yang pertama di bidang plasma medicine untuk penyembuhan luka yang dilakukan oleh akademisi dari Indonesia. Tantangan dan kendala jelas ada, tapi kita bisa berupaya bersinergi dengan berbagai pihak baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional,” pungkas Nasaruddin.

Sumber : KOMPAS.COM

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mengirim Mahasiswanya untuk KKN-PPL Luar Negeri Ke Thailand Selatan

Dalam rangka meningkatkan mutu serta pengalaman mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata dan Program Praktek Lapangan (KKN-PPL) ke Thailand Selatan dengan memulai program tersebut melalui tahapan seleksi yang telah direncanakan dan disusun oleh tim seleksi UM Palangkaraya. Semangat untuk mengikuti program tersebut dapat terlihat dari puluhan mahasiswa UM Palangkaraya mengikuti tes seleksi bagi calon peserta yang akan dikirim selama 5 bulan tersebut.

Tim seleksi yang terdiri dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masayrakat (LP2M), Lembaga Pembinaan Pengembangan Keislaman Kemuhammadiyahan (LPPKK), Unit pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (UP3L), dan Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ini telah berjuang untuk menseleksi mahasiswa-mahasiswa yang di laksanakan pada tanggal 8 April 2015. Hal ini dilakukan agar mahasiswa-mahasiswa yang telah lolos benar-benar mahasiswa yang siap secara mental dan pengetahuan.

Kegiatan program ini dilaksanakan sejatinya karena Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Praktik Lapangan (PPL) merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral yang kedepannya sangat bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri baik dari segi pengetahuan maupun pengalaman karena mereka akan melakukan pengajaran dan mempraktekkan ilmunya secara langsung di lapangan.

Mahasiswa yang telah lolos seleksi berjumlah 10 mahasiswa, atas nama Nur Ameliawati, Antoni, Nor Rohmat, Taufik Fatkhurrohman Sholeh, Devie Misriyati, Insia Palupi Handayani, Ita Safitri Paris, Sri Sumardiyah, Sudadi Purwanto, Normalia Malik. UM Palangkaraya sangat mengharapkan kepada seluruh mahasiswa yang terpilih dapat melakukan tugasnya dengan baik karena mereka semua membawa nama baik Universitas, Daerah, bahkan Negara di kancah internasional.

Kegiatan program KKN-PPL Luar Negeri UM Palangkaraya ini di laksanakan 2 kali dalam setahun yang di harapkan kedepan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kompetensi yang kuat untuk bersaing dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat secara luas.