Color Guard DC UMY juarai JOMC 2016

Color Guard Drum Corps Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (DC UMY) berhasil menyabet juara 1 dalam cabang lomba Color Guard Contest pada kejuaraan International Jember Open Marching Competition (JOMC) 2016, yang diselenggarakan sejak Jum’at (23/9) hingga Minggu (25/9). Pengumuman juara tersebut diumumkan dalam upacara penutupan kejuaraaan JOMC 2016 di Stadion Jember Sport Garden, Jember, Minggu malam (25/9). Selain itu, dalam mata lomba Individual Contest Marimba DC UMY juga berhasil meraih prestasi dengan merebut Juara 3 atas nama Faqih Rishatul Hayati.

Triana Widyastuti selaku ketua DC UMY ketika diwawancara tim BHP UMY mengaku cukup bangga dengan capaian tersebut. “Alhamdulilah, kami cukup bangga dengan capaian tersebut. Hasil yang didapat harus selalu disyukuri. Semoga kami mendapat pelajaran berharga dari keikutsertaan dalam event ini,” ungkapnya.

Selain color guard dan individual contest, DC UMY juga mengirimkan wakilnya di mata lomba Brass Battle dan Drum Battle. Namun keduanya harus terhenti di babak 8 besar. Terkait hal tersebut Triana tidak bisa menyembunyikan kekecewaaanya. “Kami akan segera melakukan evaluasi dengan kekalahan ini, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kekalahan ini. Semoga dalam kejuaraan selanjutnya kami bisa lebih baik lagi,” tuturnya.

Pada JOMC 2016 ini, Color Guard DC UMY berhasil mengalahkan Color Guard dari berbagai unit lainnya seperti Color Guard Marching Band Gita Wibawa Praja, Color Guard Mb Suara Tapin, dan Color Guard MAN Model Gorontalo. Dengan membawakan tema ” You’ll Never Walk Alone” Color Guard DC UMY telah berhasil memukau para juri. JOMC 2016 kali ini juga diikuti oleh beberapa peserta yang berasal dari 7 negara, yakni Indonesia, Filiphina, Thailand, Jepang, Malaysia, Hongkong dan Afrika Selatan. JOMC sendiri merupakan ajang internasional tahunan yang diadakan di Jember dan didukung oleh Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI), Asian Marching Band Confederation (AMBC) dan Winter Guard Internasional (WGI ) dari Amerika Serikat, dan sudah diselenggarakan sejak tahun 2012.

Sementara wakil DC UMY dalam Individual Contest Marimba, Faqih Rishatul Hayati menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masuk 3 besar. Di peringkat 1 terdapat wakil Thailand yaitu Jirattkorn Chaibenjaphol dan di peringkat dua disabet Marco Antonio dari Filiphina. Dengan kembali suksesnya Color Guard dan Individual contest ini, sekaligus menjaga tradisi bagi DC UMY dalam upayanya untuk meraih piala sejak keikutsertaannya pada tahun 2013. Hal ini juga mengulang prestasi DC UMY dalam keikursertan JOMC 2014 dimana saat itu DC UMY berhasil mnjadi 2nd runner-up dalam drumbattle. (Bagas)

Sumber : www.umy.ac.id

Rapat Senat UMY Tetapkan Balon Rektor

Penjaringan Bakal Calon Rektor UMY yang dilakukan sejak Mei hingga Agustus 2016 yang lalu oleh Senat Universitas, menghasilkan 6 nama yang dinyatakan lolos verifikasi. Keenam nama tersebut yakni Dr. Achmad Nurmandi, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, S.H., M.Hum., dan Dr. Sukamta. Dari keenam nama tersebut kemudian mengerucut menjadi empat nama yang lantas ditetapkan sebagai Bakal Calon (Balon) Rektor UMY periode Tahun 2016 -2020.

Menurut Ketua Panitia Penjaringan Bakal Calon Rektor UMY Periode Tahun 2016 – 2020, Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum, keempat nama Balon Rektor UMY tersebut telah ditetapkan dalam Rapat Senat Universitas yang dilakukan pada Jum’at (23/9). Ada 42 anggota Senat Universitas yang menghadiri rapat penentuan Balon Rektor UMY periode 2016 – 2020 tersebut, dengan resmi izin tidak hadir sebanyak 12 orang. “Empat nama yang telah ditetapkan sebagai Balon Rektor UMY periode 2016 – 2020 tersebut adalah Dr. Achmad Nurmandi, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., dan Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, S.H., M.Hum. Keempat nama tersebut dipilih oleh 42 anggota Senat Universitas, dengan turut mengundang pengurus Badan Pembina Harian (PBH) UMY yang sekaligus menyaksikan proses pemilihan Balon Rektor tersebut,” jelas Trisno saat ditemui di Biro Humas UMY pada Senin (26/9).

Trisno juga memaparkan bahwa rapat Senat Universitas tersebut juga dengan resmi telah mengesahkan keempat nama tadi sebagai Balon Rektor UMY tahun 2016 – 2020, yang kemudian keempat nama Balon Rektor tersebut akan diserahkan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY untuk dimintakan pertimbangan terkait Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. “Keempat nama tersebut sudah kami serahkan kepada PWM DIY untuk dimintakan pertimbangannya terkait Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dari para Balon Rektor tersebut. Karena itu, saat ini kami sedang menunggu rekomendari dari PWM, apakah keempat nama tersebut direkomendasikan sebagai Balon Rektor UMY,” paparnya.

Setelah rekomendasi dari PWM tersebut diterima oleh panitia penjaringan, Trisno kembali menambahkan bahwa pada 20 Oktober 2016 mendatang, Senat Universitas direncanakan akan melakukan pemilahan calon rektor definitif dari empat nama menjadi 3 nama saja. “Hasil dari pemilahan Senat Universitas dengan memutuskan tiga nama yang berhak menjadi Calon Rektor UMY periode 2016 – 2020 inilah, yang kemudian akan dikirimkan ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Dikti PP Muhammadiyah. Merekalah yang kemudian akan memilih dan menetapkan satu orang Rektor definitif dari ketiga nama yang kami ajukan sebelumnya,” tutup Trisno.

Sumber : www.umy.ac.id

Perguruan Tinggi Dukung Optimalisasi Daya Saing Global

Dalam rangka untuk memperkuat eksistensi pengembangan daya saing bidang ekonomi dan bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FEB UMY) selaku institusi pendidikan tergerak menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertajuk “Membangun Daya Saing Bangsa dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis.” Dengan diadakan seminar nasional tersebut menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan peran Perguruan Tinggi dan Fakultas Ekonomi dalam mendukung optimalisasi daya saing global.

“Ekonomi dan Bisnis dapat memberikan dorongan persaingan antar bangsa yang sudah ada ukurannya, sebagaimana persaingan setiap tahunnya terus dilakukan. Ada 12 pilar yang bisa menjadi ukuran apakah sebuah negara itu termasuk dalam kompetitif global. Salah satu pilar itu yaitu pilar di bidang bisnis. Hal yang menarik ada satu pilar yaitu pilar bidang perguruan tinggi. Ini bisa menjadi dasar bahwa bagaimana Indonesia memiliki pola pikir agar perguruan tinggi kita bisa menjadi perguruan tinggi kelas dunia dan bisa menjadi pendukung daya saing global. Mudah-mudahan Fakultas Ekonomi ini bisa mengejar untuk berkompetitif di daya saing global,” papar Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto saat memberikan sambutan sekaligus membuka Seminar dan Launching Fakultas Ekonomi UMY menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY.

Pada sambutannya, Sabtu (24/9) di gedung AR Fachruddin B lantai 5, Prof. Bambang mengatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam mengoptimalisasi daya saing. Terlebih dengan perubahan nama yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi UMY menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY dapat memberikan acuan penguatan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan daya saing bangsa. “Indonesia memiliki kolektivitas bagaimana perguruan tinggi ini bisa masuk ke global kompetitif. Minimal produk-produk di perguruan tinggi ini bisa menjamin dan menyeimbangkan 12 pilar yang menjadi persaingan antar negara. Mudah-mudahan FEB bisa berkompetitif di daya saing global,” tambahnya.

Sementara itu, Deputi Menteri PPN/ Kepala Bappenas bidang ekonomi, Dr. Ir. Leonard VH. Tampubolon, MA., selaku keynote speaker mengatakan bahwa daya saing merupakan salah satu faktor penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada lima tahun ke depan. Leonard menyampaikan, RPJM pada tahun 2015 hingga 2019 guna memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing.

“Hal yang menjadi dasar untuk memantapkan daya saing yaitu berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Selain itu, daya saing tidak hanya bergantung pada efisiensi dan produktivitas, namun daya saing juga harus mampu meningkatkan kerjasama ekonomi Internasional dan regional, serta mampu meminimalisasi dampak globalisasi,” jelas pakar ekonomi tersebut.

Leonard melanjutkan, guna meningkatkan daya saing bangsa, maka perlu penguatan Sumber Daya Manusia. Seperti yang disebutkan, terdapat empat pilar utama Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang merupakan upaya untuk mewujudkan terbentuknya integrasi ekonomi regional di kawasan Asia Tenggara. “Empat pilar MEA 2015 yaitu pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata, serta integrasi ke perekonomian global. Dalam pertumbuhan ekonomi yang merata ini untuk mewujudkannya bisa dilakukan melalui pengembangan UKM,”ujarnya. (hv)

Sumber : www.umy.ac.id

Mindset Belajar Bahasa Arab Sulit Harus Dihilangkan

Dalam praktik belajar bahasa Arab, banyak mahasiswa yang memandang bahasa Arab lebih sulit daripada bahasa asing lainnya. Mindset ini yang mendasari proses belajar bahasa Arab semakin sulit. Sehingga mindset ini harus dihilangkan sejak awal belajar.

Hal tersebut disampaikan oleh promofendus, Ahmad Fauzi, M.A., dalam Sidang Promosi Doktor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana lantai 4 pada Sabtu (24/09). Promofendus menyampaikan disertasi yang berjudul “Aspek Psikologis dan Metodologis dalam Pengajaran Bahasa Arab di IAIN Surakarta.”

Ahmad menyebutkan bahwa sesuai penelitiannya terhadap mahasiswa IAIN Surakarta, ada perbedaan ketika mahasiswa belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. “Waktu belajar bahasa Inggris, keinginannya kuat. Sedangkan waktu belajar bahasa Arab, tidak ada keinginan untuk belaja bahasa Arab. Padahal bahasa Arab tidak susah, tetapi metodologi mengajarnya yang harus diperbaiki,” ujar Ahmad.

Kesulitan belajar bahasa Arab dinilai Ahmad dipengaruhi oleh sisi metodologis dan psikologis. Sisi metodologis merupakan cara mengajar bahasa Arab yang dinilai Ahmad, bahwa sistem yang diberlakukan guru di Indonesia masih kurang efektif. “Saat mahasiswa belajar bahasa Arab, seharusnya dimulai dengan listening atau mendengarkan. Bukan dengan menulis dan mengeja kata. Karena prinsipnya sama dengan bayi yang baru mau belajar bicara. Mereka mendengarkan orang lain bicara dulu, baru memulai belajar,” jelas Ahmad.

Kesalahan dalam metodologi lainnya adalah cara guru menyalahkan mahasiswa yang masih belajar. Ahmad mengungkapkan bahwa guru di Indonesia cenderung menyalahkan mahasiswa ketika berbicara atau mempraktikkan bahasa yang baru saja mereka pelajari. “Berdasarkan pengalaman kuliah saya di Sudan, ketika saya salah berbicara, guru tidak menyalahkan saya dan membiarkan saya melanjutkan perkataan saya. Terkadang dengan menyalahkan mahasiswa, akan dapat mempengaruhi mental belajar mahasiswa tersebut,” tutur Ahmad.

Sedangkan dari sisi psikologis, permasalahan berasal dari mental mahasiswa sendiri. Mahasiswa yang menerapkan mindset belajar bahasa Arab susah, akan cenderung mengalami kesulitan saat proses belajar. “Oleh karenanya, dosen atau pengajar bahasa Arab harus dapat membawa suasana mahasiswa. Kita harus membuat susana yang menyenangkan sehingga mahasiswa tidak bosan,” jelas Ahmad.

Dengan begitu, permasalahan psikologis juga memiliki kaitan dengan permasalahan metodologis dalam pembelajaran bahasa Arab. Pada intinya, pengajar harus dapat menumbuhkan mental senang belajar bahasa bagi mahasiswa, dengan metode mengajar yang variatif dan inovatif. Dalam Sidang Prmosi Doktor ini, Ahmad Fauzi dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan. (Deansa)

Sumber : www.umy.ac.id

BSDM UMY Dorong Dosen Baru Ikuti Scout Talent dari Kemenristek Dikti

Untuk mendorong semangat melanjutkan studi bagi dosen-dosen baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Biro Sumber Daya Manusia (BSDM) bekerja sama dengan Kemenristek Dikti menyelenggarakan Talent Scouting pada Kamis (22/09). Program ini dilaksanakan selama tiga hari terhitung sejak Kamis hingga Sabtu mendatang.

Kepala BSDM UMY, RIni Juni Astuti, M.Si, menyampaikan bahwa program Talent Scouting merupakan program dari Kemenristek Dikti yang bertujuan untuk melakukan penelusuran bakat bagi para dosen yang akan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program ini juga dimaksudkan untuk memotivasi para dosen lulusan S2 untuk mendapatkan beasiswa seperti Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI), Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI), maupun beasiswa Luar Negeri lainnya.

Rini menyebutkan bahwa UMY sendiri memiliki target jumlah dosen lulusan doktor harus semakin meningkat setiap tahunnya. “Maka kami mencoba melakukan terobosan bahwa persiapan tidak hanya dilakukan oleh dosen secara mandiri tapi juga harus dikelola oleh pihak universitas. Terutama oleh Biro Sumber Daya Manusia, agar pemetaan mereka ketika akan melakukan studi lanjut sesuai dengan yang sudah disepakati saat rekrutmen pertama masuk UMY. Saya harapkan para dosen baru, target setelah 1,5 tahun (mengajar) di UMY, mereka segera go untuk melaksanakan study lanjut,” ungkap Rini.

Rini menyebutkan bahwa program Talent Scouting ini akan bermanfaat bagi para dosen, karena akan membantu mereka melakukan persiapan sebelum mengajukan beasiswa. Apalagi saat ini kebanyakan proses beasiswa dilaksanakan oleh kemenristek dikti. Sehingga progam talent scounting ini merupakan program yang sangat bermanfaat terutama bagi para dosen yang akan melakukan persiapan dengan adanya penelusuran bakat yang dilakukan oleh ahlinya.

“Karena kebanyakan beasiswa prosesnya melalui Kemenristek Dikti. Dengan begitu harapannya para dosen bisa mengetahui mapping-nya perguruan tinggi mana yang akan dituju, persiapan apply ke program doktor, bagaimana negara-negara yang sesuai tujuan kemampuan masing-masing orang. Sampai pada test TOEFL yang memang eligible yang biasa digunakan untuk doktor2 di luar negeri,” jelas Rini.

Sementara itu, Wakil Rektor II UMY, Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Akt, mendukung penuh program yang baru diadakan pertama kali di UMY ini. “Sebuah kampus bisa menjadi besar itu tidak terjadi secara insidental saja, namun melalui proses design. Talent Scouting ini yang merupakan salah satu bentuk design sebagai upaya untuk membesarkan UMY,” ujar Suryo.

Workshop Talent Scouting ini akan diadakan selama tiga hari, dengan disertai test TOEFL pada hari Jum’at (23/09). Hasil dari test TOEFL akan diumumkan pada Sabtu. Test TOEFl sendiri disertakan untuk dapat mengukur kemampuan bahasa Inggris para dosen. Dan bagi dosen yang memiliki nilai tertinggi akan diikutkan dalam program kursus bahasa oleh Kemenristek Dikti secara gratis. (Deansa)

Sumber : www.umy.ac.id

Bank Syariah Mandiri Berikan Beasiswa bagi Mahasiswa UMY

Bank Syariah Mandiri (BSM), pada Kamis (22/09) menyerahkan dana sebesar 120 juta rupiah kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dana tersebut akan dialokasikan kepada para mahasiswa UMY sebagai bentuk Beasiswa dari BSM.

Dana tersebut diserahkan secara simbolis oleh Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Agus Sudiarto kepada Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, M.A. Dalam penyerahan tersebut juga dihadiri oleh Wakil Rektor II UMY, Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Akt, CA, AAP dan Wakil Rektor III UMY, Sri Atmaja P. Rosyidi, PhD. P.eng, Kepala LPKA UMY Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P, serta Region Head BSM Sugeng Hariyadi, Group Head – Jakarta Dharmawan Hadad, Dept Head – Jakarta Sunardi, Area Manager Sukma Dwie Priardi, dan Cash Outlet Manager BSM UMY Lily Artika Dewi.

Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P, selaku Kepala LPKA (Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni) UMY menerangkan bahwa dana yang diberikan BSM merupakan bentuk apresiasi dari BSM yang telah lama menjalin kerjasama dengan UMY. Wujud kerjasama yang dimaksud seperti pembayaran SPP mahasiswa dan penyaluran gaji dosen dan karyawan melalui BSM.

“Dalam beberapa kesempatan, BSM memberikan apresiasi atas kepercayaan dari UMY, antara lain dalam bentuk beasiswa. Tahun kemarin dan tahun ini. Di beberapa acara mereka juga memberikan dukungan baik dalam bentuk dana maupun dalam bentuk yang lainnya,” jelas Agus.

Agus menambahkan tahun lalu (2015), BSM memberikan dana beasiswa sebanyak 50 juta rupiah kepada UMY. Dana tersebut kemudian dialokasikan kepada 50 mahasiswa berprestasi yang diseleksi oleh pihak LPKA UMY. “Dari BSM sudah ada ketentuan, setiap mahasiswa akan mendapatkan dana sebesar satu juta rupiah. Jadi untuk tahun ini, jumlah penerima beasiswa BSM akan lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya terbatas 50 mahasiswa saja,” ujar Agus.

Dosen Fakultas Pertanian ini juga menyebutkan bahwa mahasiswa peminat beasiswa BSM ini lumayan banyak. Namun, pendaftaran untuk pengajuan beasiswa baru akan dibuka pada bulan Oktober mendatang. “Saat ini kami (LPKA UMY), sedang menangani beasiswa dari Dispora, yang batas akhirnya sampai akhir bulan September. Baru setelah itu di bulan Oktober, kita akan proses seleksi untuk beasiswa BSM ini,” ungkap Agus.

Beasiswa dari BSM ini dipertegas Agus, akan diberikan kepada mahasiswa yang belum pernah mendapatkan beasiswa dari pihak manapun. Hal ini dimaksudkan agar jumlah mahasiswa penerima beasiswa di UMY semakin banyak jumlahnya. “Kami di LPKA memang membuat strategi agar penerima beasiswa dari mahasiswa bisa sebanyak-banyaknya. Dan dibuat mekanisme supaya mahasiswa yang sudah mendapatkan beasiswa dari satu sumber kemudian tidak mengajukan beasiswa, atau imbasnya tidak akan mendapatkan beasiswa dari sumber yang lain,” tutup Agus. (Deansa)

Sumber : www.umy.ac.id

UMY Sepakati Kerjasama dengan KODIM Bantul

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali bekerjasama dengan institusi-institusi dalam negeri. Kali ini bertempat di Lobi Rektor pada Kamis (22/9), UMY menyepakati kerjasama dengan Komando Distrik Militer 0729 Bantul. Nota Kesepakatan yang berisi tentang kerjasama dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi dan pengembangan serta pemberdayaan sumber daya tersebut ditandatangai oleh Sri Atmaja P. Rosyidi, Ph. D selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni UMY, serta Letnan Kolonel Inf. Agus Widianto selaku Komandan Distrik Militer 0729 Bantul.

“Kerjasama dengan KODIM ini sebagai bentuk kebersamaan dalam menyukseskan tugas Negara. Terlebih saat ini UMY baru gencar-gencarnya mengirimkan KKN di daerah perbatasan. Diharapkan dengan adanya kerjasama ini bisa saling memantau kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Di samping itu, kegiatan seperti MENWA yang ada di UMY ini juga memberi manfaat supaya mereka memiliki empati yang tinggi kepada masyarakat,” papar Sri saat memberi sambutan sebelum prosesi penandatanganan nota kesepakatan tersebut.

Lingkup kerja dari MoU yang telah ditandatangani dari pihak UMY meliputi melaksanakan Pendidikan Kedisiplinan, Pelatihan Bela Diri Yongmoodo dan Pemberian Materi Bela Negara, serta mempunyai program-program kegiatan di wilayah Kabupaten Bantul. Sedangkan dari pihak KODIM Bantul, dalam rangka mewujudkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam mendukung pembinaan territorial di wilayah Kabupaten Bantul, memerlukan kerjasama dan partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk perguruan tinggi.

Saat memberi sambutan, Inf. Agus Widianto mengungkapkan bahwa pihaknya merasa senang karena UMY sangat menyambut baik kerjasama tersebut. Selain itu terkait kerjasama di bidang kegiatan mahasiswa dalam mewujudkan Sapta Marga, UMY juga telah banyak berkiprah melalui MENWA (Resimen Mahasiswa). “Semoga kerjasama ini dapat mempererat tali asih, serta kegiatan seperti MENWA ini, kampus turut mendampingi dan turut serta mendukung kegiatan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi,” harap Inf. Agus. (hv)

Volunteer American Corner UMY Terima Penghargaan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat

Keberhasilan para volunteer (relawan) American Corner Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Amcor-UMY) dalam menjalankan program-programnya, mendapatkan apresiasi dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Apresiasi tersebut ditandai dengan diberikannya penghargaan kepada paravolunteer Amcor UMY, yang diberikan langsung oleh Judy Moon selaku Publik Affairs Officer dari Kedutaan Besar USA di Jakarta.

Menurut Puthut Ardianto selaku Direktur Amcor UMY mengatakan bahwa para volunteer Amcor UMY batch 2 tersebut telah berhasil menyelesaikan tugasnya selama satu tahun. Dalam masa tugasnya tersebut, mereka bekerjasama menghidupkan American Corner UMY. “Para volunteer yang merupakan mahasiswa UMY ini berasal dari berbagai jurusan. Mereka sangat aktif dalam menjalankan tugas-tugas dan program-program Amcor UMY. Selain itu, jiwa relawan yang mereka miliki juga sangat tinggi,” ujarnya, melalui rilis yang diterima Biro Humas UMY pada Kamis (22/9).

Di tangan para volunteer inilah, lanjut Puthut, American Corner UMY bisa menyelenggarakan program-program reguler mingguan, bulanan maupun tahunan yang bermanfaat untuk sekitar. Beberapa contoh program-program yang berhasil terselenggara di tangan mereka antara lain MONDAY (Music ON today), Fun Conversation, Litterary Appreciation, Movie Talk, Coffee Dialog, Tea Talk, dan Game Challenge. “Penghargaan ini baru terselenggara di Amcor UMY. Kerja keras paravolunteer selama inilah yang menjadikan Keduataan Besar USA di Jakarta merasa layak untuk memberikan penghargaan kepada mereka,” jelasnya.

Puthut juga mengatakan bahwa penghargaan tersebut diberikan kepada para volunteer Amcor UMY di sela-sela kunjungan peserta Konferensi American Spaces Indonesia ke Amcor UMY, pada Rabu (21/9). “American Spaces Indonesia pada tanggal 20 hingga 21 September kemarin mengadakan konferensi tahunan 2016 dan bertempat di Hotel Phoenix Yogyakarta. Dalam konferensi ini seluruh perwakilan American Spaces yang terdiri dari 10 American Corner yakni Amcor UMY, Amcor Universitas Tanjungpura (Pontianak), Amcor UM Malang, Amcor UIN Wali Songo Semarang, Amcor Universitas Andalas Padang, Amcor Universitas Pattimura (Ambon), Amcor Universitas Hasanuddin (Makasar), Amcor UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta), Amcor ITB (Bandung), dan Amcor Universitas Airlangga (Surabaya) hadir dalam acara tersebut. Selain American Corner, hadir pula perwakilan dari My America Jakarta, My America Surabaya dan @amerika. Selain Indonesia, ada pula satu perwakilan dari American Spaces Timor Leste, yang bernama UMA Amerika,” paparnya.

Dalam rangkaian acara konferensi itulah, imbuh Phutut lagi, para peserta mengunjungi Amcor UMY, dengan salah satu agendanya yakni Volunteer Award atau Penghargaan Kepada Volunteer (relawan Amcor UMY). “Dan dalam kesempatan tersebut hadir pula tamu spesial dari Amerika yakni Thomas Smitham dan Gretchen Weintraub serta dua officer dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta yaitu Sarah Ziebell dan Judy Moon,” tutupnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Ekonomi Islam, Butuh Modal Sosial

Proses pembangunan ekonomi saat ini masih lebih banyak dipegang oleh kaum elit maupun kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan di dalamnya, hal itu pun kemudian memunculkan kerugian pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di sisi lain, sistem perekonomian dunia menggunakan paham neo liberalisme dengan tujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar atau perdagangan bebas dengan memaksimalkan keuntungan pribadi. Akan tetapi banyak yang beranggapan bahwa sistem ini justru memunculkan krisis ekonomi yang menyebabkan ketidakadilan.

Kondisi itulah yang kemudian mendorong sistem ekonomi yang berbasis perekonomian Islam untuk membangun ekonomi berkelanjutan ke arah yang lebih baik. Hal ini karena sistem berbasis ekonomi Islam diyakini mampu menciptakan kebersamaan ekonomi dengan konsep yang adil. Namun untuk menciptakannya masih diperlukan modal sosial dan dukungan dari berbagai pihak.

“Pembangunan berkelanjutan untuk menciptakan solidaritas ekonomi ini perlu diawali di tingkat masyarakat lokal. Untuk mendorong pembangunan tersebut membutuhkan modal sosial. Modal sosial ini yang benar-benar ampuh untuk membantu menyukseskan agenda besar ini,” papar DR. Anidah Robani selaku pembicara pada seminar Internasional yang bertajuk “Islam, Microfinance and Economic Development in Southeast Asia,” Rabu (21/9) di Ruang Sidang Pasca Sarjana lantai 4 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

DR. Anidah melanjutkan, dalam pembangunan masyarakat bagi microfinance atau layanan masyarakat berpenghasilan rendah, bukan hanya modal keuangan maupun modal intelektual yang dibutuhkan, melainkan mampu menumbuhkan konsep sosial kapital. Konsep sosial kapital ini mencakup jaringan sosial, kepercayaan, dan norma sosial. Selain itu juga perlu membangun konsep komunikasi yang sangat dibutuhkan. “Dalam pengalaman saya saat mewawancarai pengusaha dan manager BMT (Baitul Maal Wat Tamwil, red), mereka lebih melihat pembangunan sosial yang mampu memakmurkan BMT itu sendiri. Rata-rata mereka mengatakan bahwa modal kapital adalah penggerak utama dalam menyukseskan pembangunan berkelanjutan, karena mereka menggunakan konsep perkongsian secara bersama dan memunculkan saling percaya dan mempercayai,” jelas dosen University Technical Malaysia (UTEM-Malaysia) tersebut.

Untuk menciptakan hal tersebut, lanjut DR. Anidah, perlu juga membangun tiga pilar yang saling bergantung dalam menumbuhkan pembangunan berkelanjutan. Diantara ketiga pilar tersebut yaitu adanya roda pertumbuhan ekonomi, modal kelestarian lingkungan, serta modal sosial berkelanjutan. “Untuk menciptakan dan membangun roda ekonomi, maka dibutuhkan kegiatan kewirausahaan yang mampu menghasilkan pendapatan dan kekayaan. Modal sumber daya alam juga menjadi pilar yang saling bergantung dalam pembangunan berkelanjutan. Ini karena SDM sebagai modal saham, dan penggunanya pun harus adil dalam pendistribusian. Selain itu modal sosial seperti jaringan, nilai-nilai sosial, norma, dan afiliasi sebagai modal yang mendukung juga,” ujarnya.

Dalam seminar Internasional tersebut, Ketua Jurusan Ekonomi Perbankan Islam (EPI), Syarif As’ad, SEI., M.Si mengatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Asia tenggara sangat cepat. Dimana Negara-negara tersebut menginginkan kolaborasi serius bagaimana pemerintah dan orang-orang berkompeten di dalamnya terus didorong untuk mau turut mengembangkan ekonomi Islam. “Microfinance bisa dikatakan baik dalam kurun waktu 20 sampai 25 tahun. Saat ini Malaysia menjadi tolak ukur dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis ekonomi Islam. Sehingga pada kesempatan ini mengundang pembicara yang mempunyai pakar terkait microfinance Islam dalam pembangunan berkelanjutan,” tandasnya. -(hv)

Sumber : www.umy.ac.id

Sadarkan Kekuatan ASIA – AFRIKA, IORA Rangkul Mahasiswa UMY

 

Keberadaan dan eksistensi organisasi IORA belum disadari betul oleh kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa di Jurusan Hubungan Internasional. Kunjungan Sekretaris Jenderal Indian Ocean Rim Association (IORA), H.E. Ambassador K.V. Bhagirath ke Univertas Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis (15/9) tentu menjadi pencerahan bagi mahasiswa akan kekuatan IORA. Bahkan tokoh asal India tersebut juga menjadi pembicara dalam Kuliah Umum “Learning from the Past, Chanting the Future.”
Dalam kuliah umum yang diadakan di Ruang Sidang gedung Pascasarjana UMY, Bhagirath memperkenalkan organisasi IORA kepada mahasiswa. Organisasi ini diikuti oleh negara-negara yang ada di kawasan laut Hindia seperti india, Iran, Kenya, Madagaskar, Indonesia, dan 17 negara lainnya. Bhagirath menyebutkan bahwa IORA memiliki tujuan untuk mempromosikan keberlangsungan pertumbuhan dan keseimbangan perkembangan kawasan dan negara-negara anggotanya.
“IORA memiliki enam area prioritas utama, antara lain maritime safety & security, trade & investment facilitation, fisheries management, disaster risk management, academic science & technology, dan tourism & cultural exchange. IORA juga memiliki fokus untuk berkolaborasi dengan blok dan negara lainnya. Karena sebuah negara harus berkolaborasi dan berkooperasi dengan negara lainnya demi pertumbuhan dan kemajuan ekonomi negaranya,” jelas Bhagirath.
IORA sendiri disebut Bhagirath memiliki fokus ke negara-negara anggota yang sedang berkembang. Terutama pada kebanyakan negara yang berada di pesisir Afrika dan beberapa dari Asia. Karena beberapa tersebut dinilai masih mengalami ketertinggalan ekonomi dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Sementara itu, Dr. Siswo Pramono, L.L.M., selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyampaikan tentang masa depan organsiasi IORA. Ia memandang optimis bahwa IORA merupakan organisasi yang dapat menambah kesadaran negara-negara anggotanya untuk lebih meningkatkan potensi ekonomi. “Letak IORA juga berdekatan dengan negara-negara yang tersandung konflik. Seperti negara-negara di Timur Tengah dan beberapa negara di Asia. IORA kedepannya diharapkan mampu membantu negara konflik untuk segera menyelesaikan masalah dengan cara negosiasi dan diplomasi,” ujar Siswo.
Dosen HI UMY, Masyithoh Annisa ramadhani, S.IP., M.A., menyebutkan bahwa ada persinggungan antara visi IORA dengan poros maritim dunia yang merupakan fokus Presiden Joko Widodo saat ini. Indonesia dinilai memiliki potensi besar sebagai poros maritim dunia, karena secara geografis letak Indonesia berada pada titik persilangan yang strategis. Dampak baik dari posisi strategis Indonesia disebut Masyithoh dengan adanya Sumber Daya Alam dan Potensi tinggi yang dimiliki Indonesia.
“Sedangkan visi poros maritim dunia saat ini tengah finalisasi. Ini visi yang bagus, tapi saat kita masuk ke ranah implementasi dari visi ini, masih banyak terjadi hal-hal yang overlapping antar stakeholders, pembuat kebijakan, mereka masih belum ada satu komando, mau kemana sebenarnya poros ini,” jelas Masyithoh.
Dosen HI ini menilai bahwa visi poros maritim dunia ini harus memiliki konektivitas maritim (maritime connectivity). Dan hal tersebut mencakup antara lain di bidang ekonomi atau blue economy, dan juga di bidang keamanan (security), di bidang kebudayaan maritim (maritime culture) dimana tidak hanya pemerintah atau pejabat yang mengetahui visi itu tetapi juga sampai pada level masyarakat. “Dan juga kerjasama di bidang pendidikan atau academic exchange di bidang maritim ini. Dan ini merupakan salah satu pondasi untuk membangun kultur atau budaya maritim,” tambah Masyithoh.
Masyithoh melihat bahwa visi poros maritim dunia sangat bagus, namun menurutnya pemerintah harus menentukan langkah yang lebih jelas. Bukan hanya visi saja tanpa adanya implementasi, namun pemerintah harus memperhatikan kepada praktik di lapangan yang ada. “Harapannya dengan visi poros maritim dunia, masalah seeprti IUU (Illegal, Unreglated, Unreported) Fishing, penjarahan dan pencurian di lautan, menjadi lebih terselesaikan. Dan ini yang menjadi salah satu tantangan bagaimana menjadi poros maritim dunia,” tegas Masyithoh. (sumber : www.umy.ac.id)