Internasionalisasi Perguruan Tinggi Melalui KUI

Opini Eksistensi Kantor Urusan International (KUI) pada sebuah perguruan tinggi di Indonesia saat ini adalah hal yang sangat mutlak adanya. Hal ini tidak lepas dari perkembangan informasi dan komunikasi yang semakin melaju dengan cepat, sehingga setiap perguruan tinggi perlu membangun jaringan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri.

Sebagai bentuk komitmen perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, pada tanggal 1-3 Oktober 2016, Kementerian Ristek-Dikti RI melalui Direktorat Pembinaan Kelembagaan, telah dilaksanakan pertemuan KUI Perguruan Tinggi se-Indonesia, di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Kegiatan yang mengusung tema: Revitalisasi Peran KUI dalam Internasionalisasi Perguruan Tinggi, dihadiri 131 utusan dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) se-Indonesia.

Dari hasil pertemuan tersebut, ada beberapa poin yang menjadi catatan penulis yang sangat penting untuk menjadikan KUI sebagai Pintu Utama pengembangan Internationalisasi Perguruan Tinggi.

Pertama, bahwa apapun nama perguruan tinggi itu, sudah saatnya KUI menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun kerjasama Internasional Perguruan Tinggi, dalam mengembangkan kemampuan soft skill dan hard skill para mahasiswa, serta staf dan pimpinan perguruan tinggi itu sendiri.

Pengembangan kemampuan tersebut terutama keberanian untuk merancang kurikulum yang bertaraf international, mendorong kegiatan penelitian dan lebih memperkokoh publikasi ilmiah di kalangan dosen. Untuk mengimplementasikan hal ini, kepahaman dan komitment pimpinan perguruan tinggi akan keberadaan KUI, sangat penting adanya.

Kedua, kuatnya tekanan era saat ini yang secara tidak langsung memaksa perguruan tinggi untuk terus berinovasi dalam membangun kerjasama luar negeri, seperti halnya dengan kegiatan PPL/KKN Internasional yang diikuti oleh mahasiswa guna menimba pengetahuan baru dan tentunya akan memperoleh pengalaman baru ketika berada di luar negaranya.

Selain itu, sudah saatnya Perguruan Tinggi menjadi tujuan pelaksanaan program summer course bagi mahasiswa dari luar Indonesia, yang sekaligus akan memperkenalkan berbagai hal terkait dengan budaya dan kehidupan di Indonesia.

Oleh karena itulah, sangat diharapkan komitmen yang kuat dari para pimpinan perguruan tinggi untuk menjadikan KUI sebagai salah satu lembaga yang punya peran dalam mewujudkan internasionalisasi perguruan tinggi saat ini. Sudah saatnya Kantor Urusan Internasional (KUI) menjadi Main Gate Internasionalisasi Perguruan Tinggi di Indonesia.

Erwin Akib MPd PhD
(Kepala KUI Universitas Muhammadiyah Makassar)

Sumber  : www.unismuh.ac.id

Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Teken Kontrak Pelaksana Sertifikasi Guru

Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Dr H Abdul Rahman Rahim SE MM, bersama Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Husain Syam, Rektor Universitas Halu Oleo (Unhalu) Kendari, Rektor Univesitas Tadulako (Untad) Palu, dan Rektor Universitas Negeri Gorontalo, meneken kontrak Pelaksana Sertifikasi Guru, di Hotel Grand Asia, Makassar, Jumat, 08 Oktober 2016.

Rahman Rahim mengatakan, Unismuh Makassar mendapat jatah 700 guru dari berbagai daerah untuk diikutkan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Sertifikat Sertifikasi Guru.

Saya tentu saja menyambut baik kepercayaan yang kembali diberikan Kementerian Ristek dan Dikti kepada Unismuh Makassar sebagai Pelaksana Sertifikasi Guru. Itu berarti kepercayaan yang telah diberikan sebelumnya dianggap berhasil dilaksanakan dengan baik oleh Unismuh Makassar, tutur Rahman, kepada Operator Wartawan AKSI Unismuh Makassar, Sabtu, 08 Oktober 2016.

Pemberian kepercayaan tersebut, lanjutnya, secara tidak langsung menunjukkan betapa Unismuh Makassar memang memiliki sumber daya manusia (SDM) dosen yang sanggup melaksanakan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Sumber : www.unismuh.ac.id

Fungsionaris Lembaga Intra Diminta Jadi Inspirator Mahasiswa

“Saudara adalah pemimpin bagi tiga puluh dua ribu mahasiswa UMM. Saudara hadir di sini, karena memang saudara telah dipercaya mahasiswa UMM itu untuk memimpin mereka. Dan yang lebih penting, saudara adalah pemimpin mahasiswa di perguruan tinggi yang telah memiliki reputasi tinggi.”
Demikian disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan dalam arahannya pada pembukaan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Lembaga Intra tahun akademik 2016/2017 di Auditorium UMM, Jumat (7/10).
“Ibarat saudara naik pesawat, saudara itu sudah masuk di kelas bisnis. Kalau saudara naik bis, bisnya itu sudah kelas eksekutif. Ini berarti bahwa, saudara juga harus menyesuaikan diri. Karena Universitas Muhammadiyah Malang ini memiliki reputasi yang luar biasa, baik di wilayah Jawa Timur, nasional bahkan internasional, kami berharap saudara-saudara sebagai pemimpin mahasiswa harus memiliki rasa percaya diri dan mampu beradaptasi dengan reputasi UMM ini,” seru Fauzan.
Fauzan menegaskan, tidak boleh ada di antara fungsionaris mahasiswa yang merasa merepresentasikan diri dari perguruan tinggi kecil. Tetapi, fungsionaris lembaga intra UMM selayaknya merepresentasikan diri sebagai pemimpin mahasiswa dari perguruan tinggi yang mapan dan bereputasi. “Saudara sudah memiliki bergaining power yang kuat dan mampu berkomunikasi dengan siapa saja. Dalam kancah nasional, saudara sudah sejajar dengan fungsionaris-fungsionaris yang ada di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan perguruan tinggi terkenal lainnya,” seru Fauzan.
Selain itu, sebagai seorang pemimpin mahasiswa, bagi Fauzan fungsionaris lembaga intra harus dapat menjadi motivator juga inspirator. Sehingga menurut Fauzan, LKMM ini seharusnya menjadi agenda strategis dalam rangka mengembangkan pemikiran-pemikiran baru. “Kedepan, agenda pelatihan ini akan dikembangkan kearah yang kompetitif. Karena kita sudah tidak bisa lagi berpikir lokal atau bahkan nasional, kita harus memiliki wawasan yang mengglobal,” terangnya.
Ia berharap, masa jabatan sebagai fungsionaris lembaga intra yang hanya 1 tahun hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin. Salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan institusi dan mahasiswa dari universitas manapun. “Kehadiran saudara-saudara ditengah-tengah mahasiswa UMM akan bisa memberikan kontribusi berarti dalam rangka mengangkat citra prestasi Universitas Muhammadiyah Malang,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Harian Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. menyatakan bahwa UMM sebagai institusi pendidikan memiliki 3 peranan penting menyipkan generasi pemimpin masa depan. Yakni melahirkan generasi-generasi tangguh, menyiapkan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai bidang yang akan mampu mengerjakan tugas-tugas kehidupan berbangsa dan bernegara, serta membangun peradaban-peradaban bangsa Indonesia.
“Anda-anda lah generasi yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan masa depan dalam rangka memperkuat bangunan bangsa dan negara. Baik dalam konteks kehidupan regional, nasional maupun global,” pungkasnya.
Penanggungjawab kegiatan LKMM Drs. Warsono, M.M. mengungkapkan, agenda yang diikuti 274 peserta ini dalam rangka membekali fungsionaris lembaga intra ditingkatan fakultas maupun universitas agar memahami tata kelola organisasi. Hal yang tak kalah penting menurutnya, kegiatan ini bertujuan mempersiapkan peserta menjadi pemimpin yang berintegritas. “Antara lain menguasai bidang kerjanya, lalu memiliki karakteristik kejujuran, serta mau bekerja keras,” papar Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini.
Sumber  : www.umm.ac.id

Industri Rumah Tangga Beri Ketahanan Krisis Ekonomi

Saat krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 1997 lalu, sebagian besar kelompok industri rumah tangga mampu bertahan, sementara industri menengah dan besar justru banyak yang gulung tikar. Hal ini karena keberlangsungan hidup keluarga pelaku industri ini sebagian besar tergantung dari usaha yang dikelola tersebut. Pernyataan ini merupakan paparan dari dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Ir. Triwara Buddhi Satyarini. MP saat memberikan penjelasan dalam diskusi publik, Sabtu (8/10) di AR Fachruddin A lantai 5 UMY.

Dalam pemaparannya, Dr. Triwara menyampaikan bahwa kelompok industri rumah tangga bisa menjadi salah satu solusi dalam menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, industri yang mampu bertahan ketika terjadi krisis ekonomi yaitu industri pengolahan. Pada kelompok industri ini mereka mengandalkan hasil pertanian sebagai bahan baku produk, baik yang harus diimpor maupun berupa hasil pertanian lokal. “Pada dasarnya dalam industri pengolahan ini, para pelaku industri melakukan kegiatan dengan mengubah suatu bahan dasar secara mekanis, kimia, maupun dengan tangan langsung sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi. Dengan ini maka barang yang diolah tersebut dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,” paparnya.

Di sisi lain, Dr. Triwara melanjutkan, meskipun industri rumah tangga mampu bertahan di saat terjadinya krisis ekonomi, namun rata-rata industri rumah tangga tidak bisa mengelola usahanya dengan baik. “Mengelola usaha merupakan salah satu pengetahuan umum yang harus dikuasai oleh seorang pelaku usaha. Manajemen yang baik adalah kunci kesuksesan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai manajer harus mampu merencanakan pekerjaannya, mengatur pegawainya dan sumber daya lainnya untuk mendukung pekerjaan, mengarahkan pegawai, dan mengendalikan serta mengevaluasi pekerjaan. Selain itu juga pelaku industri tersebut harus diberi pendampingan,”ujarnya.

Sementara itu Dr. Ir. Gatot Supangkat. MP salah satu pembicara pada diskusi publik tersebut mengatakan bahwa industri rumah tangga yang mengandalkan hasil pertanian, pemerintah perlu memberikan dukungan dalam regenerasi petani. Jika program ini berhasil, maka akan menanggulangi kemiskinan pertanian. “Upaya untuk mencapai kecukupan pangan dan bahkan swasembada pangan telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pembuatan varietas padi unggul baru. Namun kenyataan di lapangan, jumlah varietas yang berkembang di petani tidak banyak. Penyebab minimnya jumlah varietas padi yang berkembang di lapangan antara lain faktor geofisik, teknologi, budaya petani, dan kebijakan,” jelas dosen agroteknologi UMY tersebut.

Dalam hal tersebut, Dr. Gatot mengatakan bahwa untuk menjaga keberlanjutan varietas atau usaha tani, maka diperlukan kebijakan kemandirian petani melalui penyediaan benih, pembuatan varietas baru dan penyediaan pupuk organik sendiri. “Untuk membangun kemandirian petani, fasilitas pemerintah harus diarahkan sepenuhnya langsung kepada petani, bukan kepada perusahaan negara. Permasalahan utama keberlanjutan usaha tani yakni ketersediaan benih. Oleh karena itu, maka sebaiknya perlu ditumbuhkan kemandirian petani dalam pengembangan perbenihan dan pembuatan varietas baru tanaman,” tutupnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Migas Harus Dikuasai Negara Untuk Sejahterakan Rakyat

Migas (minyak dan gas) merupakan Sumber Daya Alam strategis dan merupakan komoditas vital yang menguasai hidup orang banyak. Sektor migas juga mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, sehingga sektor tersebut harus dikuasai oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Sulistiowati, Dosen Hukum UGM, dalam Focus Group Discussion (FGD) Menemukan Desain Konstitusional Tata Kelola Migas, di Ruang Sidang Hukum gedung E lantai 3, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (8/10). Agenda FGD tersebut merupakan kerjasama Fakultas Hukum UMY, Pusat Studi Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat UMY, dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam pemaparannya Sulis juga menyampaikan bahwa industri sektor migas sangatlah vital sehingga pengelolaan terhadapnya pun harus maksimal. “Karena industri ini sangat vital, maka harapannya pengembangan industri bisa untuk pembangunan nasional. Oleh karena itu pengelolaannya oleh pemerintah harus maksimal,” jelas Sulis.

Dalam penjelasannya, Sulis juga menerangkan dua fase tahapan pengelolaan migas, yakni fase upstream (hulu) dan fase downstream (hilir). “Tahap upstream merupakan tahap eksplorasi, dan menggali. Mencari dimana lokasi-lokasi yang terdapat minyaknya. Kalau ada minyaknya, baru dilifting atau diangkat. Setelah itu delivery, diangkut dengan shipping dengan kapal,” jelas Sulis.

Proses pengangkatan minyak yang pertama kali, disebut Sulis sebagai First Step Petrolium. “First Step Petrolium itu yang harus digunakan untuk konsumsi domestik. Istilahnya Domestic Market Obligation (DMO), atau kewajiban untuk mensupply pasar-pasar domestik. Baru kalau sudah memenuhi kebutuhan domestik dan ada sisa, itu akan di ekspor,” jelas Sulis.

Dalam putusan MK No.36/PUU-X/2012 dijelaskan bahwa penguasaan migas dimaknai dalam lima hal. Pertama mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua fungsi pengaturan oleh negara (regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemeritnah dan regulasi oleh Pemerintah. Ketiga, fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh Negara dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).

“Sedangkan makna keempat adalah fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau sebagai instrumen kelembagaan yang melaluinya negara, lebih spesifik lagi pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber kekayaan. Kelima, fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh negara, atau pemerintah, dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas sumber-sumber kekayaan dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat,” tutup Sulis.

Ketua pusat studi hukum dan kesejahteraan masyarakat, Fakultas Hukum UMY, Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, SH., M.Hum., menjelaskan tujuan dari diadakannya FGD tersebut oleh Pusat Studi Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat FH UMY.

“Diskusi ini diadakan berdasarkan pada fakta-fakta normatif dimana semua bangsa membangun negara untuk menciptakan kesejahteraan. Maka siapa yang bertanggung jawab? Ekonomi, politik, atau hukum? Dari Hipotesis ini kami adakan FGD ini untuk mengkritisi dan menganalisis regulasi apakah punya dampak pada kesejahteraan sosial,” jelas Mukti.

Sumber : www.umy.ac.id

Asesor BAN-PT Visitasi Prodi Akuntasi Universitas Muhammadiyah Makassar

Tim Asesor BAN-PT yang terdiri atas Prof Bambang Agus Pramuka dan Dr Etna Nur Afri Yuyutta, melakukan kunjungan visitasi program studi (Prodi) Akuntasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Univesitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Jumat, 07 Oktober 2016.

Keduanya disambut oleh Rektor Unismuh Dr H Abdul Rahman Rahim, Dekan FEB Unismuh Dr H Mahmud Nuhung, serta para wakil dekan, para ketua Prodi, dan dosen FEB, di Menara Iqra Kampus Unismuh.

Sebelum mengadakan pertemuan di Lantai 7 Menara Iqra, mereka terlebih dahulu disuguhi hiburan tarian tradisional yang dibawakan oleh mahasiswa Unismuh Makassar.

Kepada wartawan seusai bertemu tim asesor BAN-PT, Rektor Unismuh Rahman Rahim mengaku optimis bahwa Prodi Akuntansi akan menjadi Prodi kedua di Unismuhyang memperoleh nilai Akreditasi A, setelah Prodi Imu Administrasi Negara.

Insya Allah, Prodi Akuntansi akan menjadi Prodi kedua di Unismuh yang mendapat nilai Akreditasi A, setelah Prodi Administrasi Negara, ungkap Rahman.

Setelah memperoleh Akreditasi A, katanya, maka Prodi Akuntansi dapat membuka Pendidikan Profesi Akuntan, dan juga dapat membuka Program Magister (S2) Akuntansi dan selanjutnya Program Doktoral (S3) Akuntansi.

Tentu ke depan kita berharap dapat membuka program Pendidikan Profesi Akuntan, serta S2 Akuntansi dan S3 Akuntansi,ujar Rahman.

Kehadiran tim asesor BAN-PT untuk melakukan visitasi, katanya, sebenarnya hanya ingin mencocokkan informasi yang disampaikan melalui borang yang dikirimkan kepada BAN-PT Kemenristek-Dikti.

Mereka sebenarnya sudah membawa borang yang berisi informasi mengenai Prodi Akuntasi FEB Unismuh. Jadi, kedatangan mereka untuk mencocokkan informasi tersebut dengan kenyataan di lapangan. Apakah sesuai atau tidak. Mencocokkan informasi itu bukan hanya berkas yang dilihat, melainkan juga dengan melakukan wawancara yang berkisar 114 pertanyaan,papar Rahman.

Turut hadir dalam pertemuan dengan tim asesor, Wakil Dekan I FEB Drs H Sultan Sarda MM, Wakil Dekan II Ismail Rasulong SE MM, Wakil Dekan III Samsul Rizal SE MM, Ketua Prodi Akuntansi Ismail Badollahi SE MSi Ak CA, Ketua Prodi Manajemen Muhammad Aris Pasigai SE MM, Ketua Prodi Ekonomi Islam Dr H Agus Salim Harrang SE MM, Sekretaris Prodi Akuntansi Muchriana Muchran SE MSi Ak CA, Sekretaris Prodi Ekonomi Islam Hj Naidah SE MM, Sekretaris Prodi Manajemen Muhammad Nur Rasyid SE MM, serta sejumlah dosen FEB Unismuh Makassar.

Sumber : www.unismuh.ac.id

Public Relations Harus Punya Etika dan Moral Tinggi

Profesi Public Relations (PR) sejatinya menuntut seseorang untuk memiliki etika dan moral yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya. Seorang PR harus bisa memegang etika yang diset dengan tinggi. Karena itulah, seorang PR tersebut harus bisa memisahkan hobi dengan strategi dalam pekerjaan.

Hal tersebut diungkapan Muchamad Husni, salah seorang Praktisi Public Relations PT. Astra Argo Lestari yang hadir dalam Sharing Class : Public Relations and Ethics bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY, Jum’at (7/10) di Ruang Mini Theater Gedung D Kampus Terpadu UMY. Sharing Class ini juga menghadirkan pembicara lain yaitu Dyah Rachmawati Sugiyanto, Pranata Humas dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam pemaparannya, Husni juga mengatakan bahwa seorang PR itu harus jujur dan memberi informasi yang jelas. ” Seorang PR itu harus mempunyai etika dan moral yang tinggi. Selain itu, juga harus bersikap jujur dan bisa memberikan informasi yang jelas. Senjata utama PR terletak pada inner beautynya yang biasa ditunjukkan sehari-hari,” tambahnya.

Namun Husni juga mengakui bahwa bekerja sebagai PR itu menyenangkan. “Bekerja menjadi Public Relation itu bikin happy. Bisa membuat awet muda karena selalu menemukan hal baru, bertemu orang baru dan insya allah punya amalan yang banyak karena menjalin silaturahmi dengan orang-orang baru.”

Dalam sharing class ini, Husni juga menceritakan pengalamannya menjadi Public Relations (PR) di perusahaan swasta. Menurutnya, menjadi PR di perusahaan swasta khususnya di perusahaan minyak kepala sawit menemui banyak tantangan. Namun begitu justru di situlah keseruannya. “Minyak kelapa sawit dalam industri minyak selalu dicitrakan negatif. Kami banyak menghadapi kampanye negatif soal minyak kelapa sawit. Industri sawit itu membunuh orang utan, minyak sawit tidak sehat karena dapat menambah kolesterol, dan masih banyak lainnya. Untuk itu, sebagai PR kita menjelaskan bahwa perusahaan sawit itu tidak seburuk yang diberitakan, bahkan bisa dibilang baik. Kelapa sawit bisa menjadi potensi nasional Indonesia yang luar biasa,” paparnya.

Dalam menjalani pekerjaan sebagai PR, Husni juga mengaku sangat menikmatinya. “Saya selalu menikmati keseharian pekerjaan saya. Kita bisa melihat potensi Indonesia yang luar biasa besarnya. Saya banyak kenal orang baru dan menambah pengalaman seru,”ujar Husni tersenyum.

Senada dengan Husni, Dyah Rachmawati Sugiyanto selaku Pranata Humas LIPI juga menekankan etika menjadi PR yang juga harus siap mental dan menjaga idealisnya. “Menjadi PR harus siap mental karena kita kerja di lapangan menghadapi langsung client, harus siap kerja dimanapun, kapanpun dan juga harus tetap menjaga idealisnya sebagai PR,”tuturnya.

Selain itu, menjadi seorang PR juga dituntut memiliki kemauan belajar yang tinggi. ”PR butuh belajar semua hal. Tidak cuma ilmu komunikasi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan segala bidang lain harus dipelajari. Untuk itu perlu kemauan belajar yang tinggi. Selain itu, PR juga harus mempunyai sifat berani mencoba, bisa bekerja dalam tim dan juga pandai membangun jaringan,” tambahnya.

Sementara itu, satu pembicara lagi dalam Sharing Class tersebut namun berhalangan hadir dan membagikan pengalamannya lewat video, Suharjo Nugroho yang menjabat sebagai Managing Director IMOGEN Public Relations berpesan agar mahasiswa komunikasi lebih giat lagi belajar. Pasalnya saat ini, Profesi PR lebih banyak dari sarjana di luar Ilmu Komunikasi. “Saat ini Praktisi PR lebih banyak dari lulusan Ilmu Komunikasi. Karena pada kenyataannya memang kebutuhan industri berbeda dengan apa yang diajarkan di kelas. Maka, untuk menjembatani hal tersebut kami harap lulusan ilmu komunikasi agar magang terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia PR,”jelasnya.

Sumber : www.umy.ac.id

Alumnus FAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Kenalkan Semangat Juang Jenderal Sudirman

Alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI – UMY), Dhiyah Wahyu Pawestri mendapat kesempatan untuk mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. Kesempatan tersebut didapatkannya saat menjadi salah satu peserta dalam acara Karnaval Selendang Sutera, yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY (Disbud DIY) bersama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD), pada Kamis (6/10).

Dalam karnaval yang diikuti oleh 18 kelompok di sepanjang Jalan Malioboro ini, Dhiyah ikut serta menjadi peserta karnaval dari Ikatan Duta Museum DIY 2016. Dalam kesempatannya ini Dhiyah juga mengenakan seragam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Menurutnya, dengan mengenakan seragam Hizbul Wathan itulah dirinya bisa mengenalkan semangat juang Jenderal Sudirman. “Selain itu, dengan menggunakan seragam HW ini harapannya dapat menumbuhkan semangat kepanduan dan perjuangan pada diri generasi muda masa kini,” ujarnya.

Dhiyah juga mengutip salah satu kata bijak yang pernah dilontarkan oleh Jenderal Sudirman, yakni “Ragu-ragu atau bimbang, lebih baik pulang”. “Artinya, kita sebagai generasi muda, hendaknya ketika telah memilih atau memantapkan suatu hal, maka harus menentukan dan memutuskannya secara tegas. Dan jika kita sudah memilih hal itu, maka harus dilakukan dengan ikhlas, konsisten dan menyelesaikannya secara tuntas dan bertanggungjawab,” terang alumnus yang juga pernah aktif dalam UKM Drum Corps UMY ini lagi.

Adapun kegiatan karnaval ini merupakan kegiatan rutin Disbud DIY dalam rangka mempercepat proses akulturasi mahasiswa luar daerah dengan masyarakat di Yogyakarta. Selain itu, karnaval ini juga diselenggarakan dalam rangka memeringati Hari Nasional Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober.

Sumber : www.umy.ac.id

Universitas Muhammadiyah Malang Satu-satunya PTS Penyelenggara PLPG

SEBANYAK 99 peserta berlatar belakang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diadakan oleh Program Serifikasi Guru (PSG) Rayon 144Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada 6 hingga 14 Oktober 2016.Para peserta berasal dari berbagai kota dan kabupaten se-Jawa Timur.

Di Indonesia, terdapat hanya 15 perguruan tinggi yang memiliki kewenangan menyelenggarakan program sertifikasi tersebut. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM Dr Poncojari Wahyono Mkesmenjelaskan, UMM merupakan satu-satunya perguruan tinggi swasta (PTS)yang dipercaya Kemendikbud mengadakan PLPG.

Selain UMM, 14 perguruan tinggi yang dimaksud yaitu Universitas Syah Kuala, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Jember, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Cendrawasih, dan Universitas Negeri Makasar.

Untuk pelaksanaannya, Poncojarimengatakan, PSGUMM bermitra dengan duauniversitas lainnya, yakni Universitas Islam Malang (Unisma) dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Pada pembukaan yang berlangsung di hotel UMM Inn, Kamis (6/10), Rektor UMM Fauzan mengajak peserta PLPG untuk mampu membaca problem-problem yang ditimbulkan oleh adanya pelaksanaan sertifikasi sebelum-sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kata Fauzan, penyelenggaraan sertifikasi yang pada tahun-tahun sebelumnya hanya diselenggarakan sembilan hari, tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap kompetensi yang diinginkan. “Jadi sebenarnya, penyelenggaraan sertifikasi di Indonesia bisa sampai saat ini khusus penyelenggaraan sertifikasi guru, hasilnya masih menjadi tanda tanya,” kata Fauzan.

Diakuinya, guru yang sudah tersertifikasi hanya meningkat pada satu aspek saja, yakni kesejahteraannya. Akan tetapi, aspek lainnya seperti peningkatan kinerja akademik, pedagogi, dan sosialnya belum nampak, bahkan belum memperlihatkan korelasi yang signifikan. Sebagai contoh Fauzan menyebut, di Kabupaten Malang saja pada 2014 disinyalir terdapat 374 kasus perceraian. Guru merupakan profesi yang paling banyak menyumbang daftar perceraian tersebut.

“Kondisi itu kan tidak boleh terus menerus terjadi. Kami berharap bapak dan ibu sekalian berangkat dari rumah masing-masing ketempat ini sudah meniatkan dalam dirinya untuk meningkatkan kapasitas kompetensi, intelektual serta sosialnya. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kompetensi para lulusan yang kita hasilkan,” kata Fauzan.

Oleh karenanya Fauzan berharap, guru yang dihasilkan melalui sertifikasi dapat menjadi agent of change.“Guru diharapkan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga sebagai model bagi peserta didiknya,” pungkas Fauzan.

Sumber : www.umm.ac.id

Mahasiswa Unismuh Latih Santri Berbahasa Arab

Puluhan mahasiswa Pesantren Ulama Tarjih (PUT) dan mahasiswa Mahad Al-Birr Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, melatih ratusan santri Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Sulawesi Selatan Gombara Makassar, berbahasa Arab dengan berbagai metode.

Latihan berbahasa Arab dilakukan setiap Sabtu-Ahad dengan metode kuliah tujuh menit (kultum) berbahasa Arab di dalam masjid, melakukan pembinaan santri secara berkelompok (setiap kelompok terdiri atas lima atau enam orang) di lapangan terbuka, serta menata taman dan menanam bunga untuk lebih mengakrabkan mahasiswa dengan santri sambil membiasakan menggunakan bahasa Arab.

Ini kami lakukan untuk menggelorakan penggunaan bahasa Arab di kalangan santri pondok pesantren Muhammadiyah, papar Direktur Mahad Al-Birr Unismuh Makassar Drs H Lukman Abdul Samad Lc , kepada Operator Wartawan AKSI Unismuh Makassar, di Makassar, Jumat, 07 Oktober 2016.

Program tersebut dilakukan bekerjasama Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP3M) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel yang juga diketuai Lukman Abdul Samad.

Ini memang program kerja LP3M PWM Sulsel dan kebetulan di Unismuh Makassar, ada kelompok mahasiswa yang mendalami bahasa Arab, yaitu mahasiswa Pesantren Ulama Tarjih dan mahasiswa Ma’had Al-Birr, sehingga program kerja LP3M PWM Sulsel dapat berjalan dengan lancar dan mahasiswa juga berkesempatan melatih dan membina santri di pondok pesantren, tutur Lukman.

Sumber : www.unismuh.ac.id