Penghargaan Green award dari USAID untuk Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Kalteng yang mendapat penghargaan green award atas partisipasinya dalam mendukung usaha pembangunan rendah emisi di Kalimantan Tengah yang disupport oleh USAID IFACS dalam pengelolaan hutan pendidikan di kecamatan Rakumpit seluas 4.910ha. Penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan pada hari jumat 06 Februari 2015 pada saat kunjungan Duta Besar Amerika Serikat di PSKI desa Buntoi Kec.Kahayan Hilir kab. Pulang Pisau. Hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan USAID IFACS pusat Mr Reed Merryl beserta Mission Director of USAID.

USAID IFACS merupakan bantuan dari USA untuk Indonesia melalui Kementerian Dalam Negeri dalam mendukung kegiatan pembangunan hutan untuk penurunan emisi karbon. Kegiatan USAID IFACS telah berakhir si bulan Januari tahun 2015. Menurut Mr Reed, kegiatan lanjutan akan segera dilaksanakan bernama program Lestari namun tidak sebesar USAID IFACS kemarin.

Dalam program baru tersebut pembangunan hutan pendidikan akan masuk dalam program unggulan Lestari sekaligus pembangunan hutan Adat Ulin.

Bukan semi penghargaan tersebut Universitas Muhammadiyah Palangka Raya bergerak untuk melestarikan hutan namun kegiatan ini sudah menjadi hobby dan kebiasaan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya untuk mewujudkan Kampus Hijau seperti semboyan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya sebagai The Green Islamic Campus di Kalimantan Tengah.

Sumber : UMPALANGKARAYA.AC.ID

MMR UMY Selenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue

Peristiwa meninggalnya Yani Libels di Bandara Soekarno Hatta beberapa hari yang lalu, akan menjadi pelajaran bagi banyak orang, terlebih lagi tenaga medis. Pasalnya kasus yang dialami Yani Libels tersebut juga sering ditemui pada pasien-pasien di rumah sakit, dikarenakan pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung hingga akhirnya nyawanya pun tak tertolong. Namun hingga saat ini, tim medis khusus yang bisa menangani kondisi mendesak seperti tersebut masih sangat jarang, belum lagi keterampilannya yang juga belum baik.

Karena itulah, berlatar belakang permasalahan tersebut, Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Pelatihan Aktivasi Code Blue. Pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari sejak Sabtu (28/3) hingga Minggu (29/3) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta ini diikuti oleh semua mahasiswa MMR UMY, Manajer Klinik yang juga merupakan dokter atau perawat dari Rumah Sakit mitra UMY serta beberapa rumah sakit umum dan daerah di Indonesia.

Menurut Ketua Prodi MMR Pascasarjana UMY, dr. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes, Code Blue tersebut merupakan suatu tim yang dibentuk oleh setiap rumah sakit untuk menangani pasien yang tiba-tiba mengalami serangan jantung. Mereka pun harus berusaha menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung secara tiba-tiba tersebut dalam waktu kurang dari enam menit. “Dalam tim Code Blue ini ada Tim Primer dan Tim Sekunder. Tim Primer dari mulai satpam, tukang sapu, perawat, hingga dokter harus juga bisa memiliki pengetahuan bagaimana menghadapi dan menyelematkan pasien yang mengalami serangan jantung tiba-tiba, atau yang kami sebut sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD). Barulah kemudian Tim Sekunder yang tak lain merupakan tim khusus dari dokter dan perawat yang lebih profesional dan ahli melakukan penanganan lanjutan, atau Bantuan Hidup Lanjutan (BHL),” jelasnya.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang bisa diberikan tersebut seperti, kompresi dada. Sementara untuk BHL yang dilakukan oleh personel atau tim yang lebih terlatih, dilakukan dengan cara menggunakan alat bantu peralatan, alat bantu napas tingkat lanjut dan obat-obatan yang bersifat mendukung atau memicu jantung agar bisa berdenyut lagi.

dr. Erwin juga mengatakan bahwa pihaknya menyelenggarakan pelatihan tersebut, di samping untuk memberikan pelajaran secara nyata kepada mahasiswanya, juga untuk memberikan masukan bagi rumah sakit-rumah sakit lain yang belum paham mengenai Code Blue. “Jadi kita tidak hanya tahu teorinya, tapi juga bisa belajar untuk mempraktekkannya. Jadi diharapkan nantinya, tidak akan ada lagi rumah sakit yang belum memiliki tim Code Blue, dan tidak bisa menangani pasien yang mengalami serangan jantung,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Nahar Taufiq, KSM Jantung RSUD dr. Sardjito, Yogyakarta saat memaparkan materinya mengenai Strategi Pencegahan Henti Jantung dan Aktivasi Code Blue mengatakan, idealnya Code Blue memang memiliki tim khusus yang bertugas sebagai tim Bantuan Hidup Lanjut (BHL). Tim ini pun bisa dimasukkan dalam shift-shif jaga tenaga medis, agar ketika sewakt-waktu ada pasien yang mengalami serangan jantung mendadak dapat segera ditangani dengan cepat dan baik. “Kalau pun ingin memanggil tim khusus code blue tersebut, rumah sakit juga harus menyepakati mau seperti apa kodenya. Apakah 119, 118, atau 117. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh pelapor mengenai kondisi pasien yang mendadak mendapat serangan jantung itu juga harus lugas, agar bisa cepat ditangani,” paparnya.

untuk membeikan pemahaman yang lebih menyeluruh pada peserta, dr. Nahar juga telah membawa Tim Code Blue dari RSUD dr. Sardjito. Tim inilah yang kemudian mengajarkan pada peserta bagaimana cara menangani pasien yang mengalami serangan jantung dengan baik agar bisa terselamatkan dalam waktu kurang dari enam menit. (sakinah)

Sumber : UMY.AC.ID

UMP Gelar Seminar Nasional Pendidikan

Kuatkan nilai seni budaya Indonesia, Minggu (29/3), program studi Pendidikan Guru sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (PGSD UMP), menggelar acara Seminar nasional pendidikan bertemakan “Dinamika Nilai Budaya Lokal dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Era Global “ dengan mendatangkan narasumber Mr. Ith Vuthy, M. Sc., M.A (Phnom Penh, The Kingdom Of Cambodja), Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA (Pakar Filsafat dan Guru Besar UPI), serta H. Soediro, SH. LLM (Budayawan, penasehat, dosen FH). Seminar nasional ini berhasil menarik minat besar, taka ayal auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP nampak penuh sesak oleh peserta baik dari kalangan tenaga pendidik ataupun pengamat pendidikan. Tidak hanya seminar, acara ini juga menjadi ajang temi kangen alumni PGSD UMP yang datang dari berbagai penjuru di Indonesia.

Acara dibuka oleh rektor UMP, Dr. H. Syamsuhadi Irsyad MH. Dalam sambutannya rektor mengatakan mahasiswa PGSD UMP sebagai generasi muda harus dapat terus memajukan visi UMP yaitu unggul, modern dan Islami. Tidak hanya itu rektor juga menginginkan agar mahasiswa dapat terus berperan aktif di ranah pendidikan baik di lingkup lokal, regional atupun nasional. Sementara itu, salah satu pembicara, Soediro SH, LLM, dalang (Penasihat PEPADI Kabupaten Banyumas 2011-2015) yang juga dosen Fakultas Hukum UMP memastikan, Wayang adalah produk budaya lokal yang harus dipelihara dengan baik karena didalamnya banyak kisah, cerita muatan nilai-nilai  yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Soediro memastikan, wayang dapat menjadi media ajar yang sangat efektif dalam proses pembelajaran. “Guru harus kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Dengan wayang bukan hanya pesannya saja yang disampaikan tetapi juga nilai, kearifan lokal,” tandasnya mantap.

Sementara itu, pembicara kedua, Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir (Guru Besar UPI) lebih menekankan pada sistem pendidikan Indonesia. Ia menegaskan agar pendidikan pekerti dan nilai lokal lebih diutamakan. “Bicara karakter dalam sistem pendidikan yang terpenting adalah akhlak, hancur negara karena akhlak. Ini dari pekerti dan nilai lokal, “ tuturnya. Tak kalah mantapnya, pembicara tamu dari Deputi Program of SEAMOLEC, The Kingdom of Kambodia., Mr. Ith Vuthy, M. Sc., M.A dalam paparannya, ia mengatakan pentingnya pemanfaatm teknologi buku digital untuk media ajar.  Menurut Ith Vuthy, future ICT Expectations for Education adalah“The world in your FINGERS, mobile accessed, learning media & source of information, effective, efficient, flexible (time, place), global access, easy to update, available on-demand, independent study,” jelasnya.  Peserta Nampak antusias mengikuti acara, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang aktif melontarkan pertanyaan kritis. (Pra)

Sumber : UMP.AC.ID

Di IBK, Mahasiswa Bisa Langsung Berwirausaha

Banyaknya mahasiswa yang terjun ke dunia bisnis membuat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) serius mempersiapkan mahasiswa untuk bisa bersaing. Melalui unit Iptek Berbasis Kewirausahaan (IBK) yang diprakarsai Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM, mahasiswa pun diperkenalkan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, mulai dari sempitnya lapangan pekerjaan, intensitas impor, hingga kaitannya dengan nasionalisme ekonomi.

Saat ini, menurut ketua IBK Drs Wiyono MM, persentase enterpreneur di negara lain minimal 2 persen, sedangkan Indonesia masih berada di 1,65 persen. Padahal, Malaysia dan Singapura masing-masing sudah memiliki  5 persen dan 7 persen enterpreneur. Berdasar fakta tersebut, Wiyono mengingatkan perlunya kesadaran mahasiswa untuk bangkit dari keterpurukan. “Salah satunya dengan berwirausaha atau menjadi enterpreneur,” ujar dosen Prodi Manajemen FEB UMM ini.

Selain itu, tambahnya, perlu adanya edukasi pada masyarakat agar memandang kesuksesan seseorang tidak harus dilihat dari pekerjaannya, sementara yang berwirausaha dianggap tidak sukses dan sering dicibir. Hal itu dinilainya membuat mahasiswa enggan berwirausaha.

“Saya kira dukungan masyarakat masih kurang. Perlu advokasi pada masyarakat, termasuk orangtua, karena berwirausaha belum tentu langsung menghasilkan,” terang Wiyono.

Karena itulah, melalui IBK, FEB UMM menyiapkan mahasiswa menjadi enterpreneur yang dapat bersaing. IBK memberikan pelatihan pada seluruh mahasiswa yang bergabung dan ingin berwirausaha.

Lebih dari itu, di UMM, setiap fakultas diharuskan menyertakan mata kuliah kewirausahaan. Mata kuliah ini, kata Wiyono, sekaligus mendukung program Pembantu Rektor (PR) III dan Kementerian Koperasi dalam mewujudkan mahasiswa enterpreneur.

“Pembentukan unit atau komunitas di tingkatan program studi, fakultas, dan universitas seperti IBK dirasa perlu untuk saat ini,” kata Wiyono.

Setiap mahasiswa yang bergabung di IBK mendapatkan pelatihan melalui koperasi Gerakan Usaha Muda (Garuda). Tak hanya itu, IBK pun memberikan pos pelatihan tiap semester untuk lintas fakultas, sehingga seluruh mahasiswa dapat menjadi enterprenuer. (nay/han)

Sumber : UMM.AC.ID

English Festival 2015

Fakultas Bahasa dan Budaya Asing Universitas Muhammadiyah Semarang (FBBA UNIMUS) menyelenggarakankegiatan FBBA English Festival 2015. Acara ini berupa serangkaian perlombaan BahasaInggris yang diikuti oleh siswa SMA/SMK/sederajat se Kota Semarang dan sekitarnya dan mahasiswa tingkat Program Studi UNIMUS.

Bertempat di Gedung NRC UNIMUS, ini adalah kali kedua FBBA English Festival diselenggarakan. Tahun ini FBBA mengambil tema “Facing the Future without Leaving The Ancient”. Tema tersebut diambil sebagai salah satu upaya mengingatkan  kembali sejarah kita, sejarah bangsa kita, Sebagai langkah untuk menatap masa depan. Acaratersebut berlangsung selama dua hari.

Di hari pertama tanggal 14 Maret 2015 kegiatan English Festival dibuka oleh Rektor UNIMUS, Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M.A. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini dan tema yang diambil sangat menarik yaitu tentang sejarah, karena sebagai pelajar sudah sepatutnya kita tahu sejarah. Setelah acara pembukaan selesai dilaksanakan dualombaya itu Speech Contest dan Short story Telling. Dua lomba ini dilaksanakan dalam satu tempat, peserta tampil secara bergilir dari cabang lomba Speech Contest ilanjutkan ShortStory Telling, begitu seterusnya. Peserta begitu bersemangat menyampaikan ide – ide dalam berpidato dan fasih bercerita tentang cerita rakyat/legenda Indonesia dengan menggunakan berbagaima cam properti yang mendukung.

Siswa Serius mengikuti Contest FBBA Unimus 2015

English Wall Magazine,dan Short Story Writing yang naskahnya sudah dikirim lewat email sebelumnya. English Singing Contest adalah lomba yang paling menjadi pusat perhatian karena tiap siswa saling unjuk kemampuan dalam menyanyikan lagu berbahasa Inggris. Tak hanya siswa SMA/SMK sederajat yang menunjukkan bakatnya, mahasiswa UNIMUS juga melengkapi kemeriahan English Festival 2015 dengan mengikuti lomba English Singing Contest tingkat mahasiswa.

Selain penampilan peserta dalam berbagai perlombaan, FBBA English Festival 2015 juga dimeriahkan oleh penampilan juri English Singing Contest yaitu Anjar setiawan dan Jihad Feat Ziad (mahasiswa FBBA).

Kegiatan takberhenti sampai disitu saja, panitia juga menyelenggarakan seminar kecil mengenai kepenulisan yang diisi oleh penulis muda, Amelia Kartikawati yang tak lain adalah mahasiswa S1 Pendidikan bahasa Inggris UNIMUS dan Yunita Nugraheni, S.S., M.Hum dosen S1 Sastra Inggris. Meskipun hari mulai sore namun tak menyurutkan semangat peserta untuk mengikuti seminar.

Hingga tiba diakhir acara sebelum pengumuman pemenang Dekan FBBA YesikaMaya Ocktarani, S.S., M.Hum. menyampaikan terimakasih kepada peserta lomba yang sudah berpartisipasi dan selamat kepada para pemenang sebagai penutup acara. Raut bahagia dan bangga tampak di wajah para pemenang lomba yang diumumkan secara bergilir. Disisi lain, peserta yang tidak mendapat predikat juara pun ikut senang dapat berpartisipasi dalam English Festival 2015 karena mereka mendapatkan banyak pengalaman. Acara yang diikuti oleh sekitar 60 peserta itu berjalan dengan lancar.

Berikut adalah daftarpemenang lomba FBBA English Festival 2015: Speech Contest: Juara I Sitilarasati (SMA N 1 Guntur Demak), Juara II Gifta Felicia S. (SMA Nusaputera Semarang), dan Juara III Muhammad Khoirullah H. (SMA Islam Hidayatullah Semarang). Short Story Telling: Juara I Alexandro Daniel (SMA Kristen Tri Tunggal Semarang), Juara II Ahmad Ikhsanudin (SMK NU Ungaran), dan Juara III Ira Dewi Ayu Oktavia (SMA Agus Salim Semarang). Short Story Writing: Juara I MuhsinAnis (SMA Islam Hidayatullah Semarang), Juara II Yudha Putra P. (SMK Pelita Nusantara 1 Semarang), dan Juara III Uswatun Khasanah (SMA N 1 Guntur Demak). English Wall Magazine: Juara I SMA Nusaputera Semarang, Juara II SMK PGRI 01 Semarang. English Singing Contest: Juara I Claudia Jackline Christy (SMK N 8 Semarang), Juara II AyulitaMarindia (SMK PGRI 01 Semarang), dan Juara III Dyah HayuandhanuLintang (SMK N 8 Semarang). English Singing Contest tingkat mahasiswa UNIMUS: Juara I Kurniawan (S1 Kedokteran Gigi), dan Juara II Gilang Ramadhan (S1 Kedokteran Gigi).

Sumber : UNIMUS.AC.ID

Kemenpan RB Gaet Universitas Muhammadiyah Jakarta Ciptakan Konsep Pelayanan Publik

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) menggaet Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) untuk menciptakan konsep pelayanan publik yang lebih baik.

“Kami meminta bantuan untuk memberikan konsep perubahan untuk pelayanan publik sehingga rakyat mendapatkan pelayanan yang baik. Insyaallah kedepan, tugas pemerintah yang efektif agar terwujud,” kata MenPAN RB Yuddy Chrisnandi dalam siaran persnya, Sabtu (28/3).

Rencana kerja sama tersebut dilakukan sebagai bentuk apresiasi pemerintah sekaligus sebagai tindak lanjut setelah Pusat Kajian Pelayanan Publik UMJ diresmikan.

Ia berharap, Pusat Kajian Pelayanan Publik UMJ dapat menjadi pionir berdirinya pusat-pusat kajian pelayanan publik di berbagai universitas lain di Indonesia.

“Kami berharap pusat kebijakan ini bisa disebar di seluruh kampus-kampus yang ada di Indonesia ke depan,” tutur dia.

Rektor UMJ Syaiful Bakhri bangga kampus yang dipimpinnya dapat membuat program studi (prodi) yang menggagas ilmu kajian tata laksana yang baik (good governance).

Ia berharap kajian pelayanan publik tersebut dapat membantu pemerintah melaksanakan konsep good governance.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

UMM Siapkan Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah

Menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar yang akan digelar 3-7 Agustus 2015, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akan mengadakan Seminar Pra-Muktamar dengan tema “Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah Berbasis Komunitas dan Amal Usaha”. Seminar akan dilaksanakan Selasa (31/3) di Aula BAU UMM.

Ketua Panitia Dr Moh Nurhakim mengatakan, seminar ini merupakan tradisi intelektual Muhammadiyah menjelang Muktamar. Selain di UMM, seminar juga diadakan di 23 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya.

Di UMM, kata Nurhakim, seminar difokuskan pada pembahasan tentang bagaimana mengembangkan amal usaha Muhammadiyah. “Topik amal usaha menjadi fokus di UMM lantaran kampus ini dinilai sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah yang sangat sukses dari segi pengelolaannya,” terang asisten Rektor UMM Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini.

Nurhakim melanjutkan, hasil yang dicapai dari seminar ini akan menjadi rekomendasi untuk Mukatamar mendatang. “Karena itu, pada seminar di UMM ini akan dilakukan diagnosa, menemukan masalah-masalah, menganalisis dan mengajukan solusi-solusi terbaik terkait agenda dinamisasi gerakan Muhammadiyah,” jelas Nurhakim.

Seminar menghadirkan para pakar Muhammadiyah sebagai pembicara, di antaranya yaitu Prof Dr Fauzan Saleh, Prof Dr Syamsul Arifin, Prof Dr Achmad Jainuri, Dr Hilman Latief. Rektor UMM Prof Dr Muhadjir Effendy dan ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir juga akan menjadi narasumber pada acara tersebut. Di akhir acara, Nurhakim selaku ketua pelaksana akan menyampaikan rumusan rekomendasi hasil dari seminar.

Selain UMM, PTM yang juga mengadakan seminar pra-Muktamar yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan IKIP Muhammadiyah Maumere.

“Masing-masing kampus mengangkat tema berbeda. Mereka diminta berpikir serius dan kritis mengenai Muhammadiyah saat ini dan yang akan datang,” tandasnya. (nis/han)

Sumber : UMM.AC.ID

Din Syamsuddin: Sekolah Muhammadiyah Maju Kalau Pimpinannya Kompak

Bertempat di komplek SMP Muhammadiyah 1 Jl. KHR Asnawi no. 7 Kudus Jawa Tengah, digelar Muhammadiyah Education Expo (MEE) 2015, diselenggarakan oleh Ikatan Guru dan Karyawan Muhammadiyah dan Majelis Dikdasmen PDM Kudus, (19 – 22/3).

Purwanto Agung, panitia utama MEE 2015, menyatakan bahwa Muhammadiyah Education Expo ini baru pertama kalinya diselenggarakan di Kudus. Berbagai potensi khas dan program serta usaha pendidikan masing-masing amal usaha pendidikan Muhammadiyah Kudus dipaparkan dalam stan-stan pameran. Berbagai media digunakan oleh masing-masing stan untuk memamerkan keunggulan masing-masing, mulai dari media cetak sampai penggunaan multimedia elektronik. Pameran dibuka oleh Ketua PDM Kudus, Achmad Hilal Madjdi.

SMK Muhammadiyah diantaranya memamerkan karya siswa mereka berupa charger telepon seluler tanpa listrik. Dipamerkan juga alat penghemat konsumsi bensin pada kendaraan bermotor hasil penelitian siswa SMA Muhammadiyah. Masing-masing sekolah menampilkan prestasi dan menggelar karya, seperti SD Muhammadiyah Birrul Walidain, MI Muhammadiyah Bae, SD Muhammadiyah Gribig, dan lain-lain. STIKES Muhammadiyah, satu-satunya perguruan tinggi Muhammadiyah Kudus juga mengambil bagian dalam Expo ini.

Pada Sambutan Penutupan Muhammadiyah Education Expo 2015, oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin (22/3). Din mengungkapkan rasa bangga dan penghargaan pada Muhammadiyah Kudus yang telah menunjukkan gerak dakwah pencerahan yang semakin dinamis terbukti kegiatan MEE ini. Penghargaan dan ungkapan rasa bangga pelajar Muhammadiyah Kudus sudah menunjukkan prestasi dengan mendapat undangan ke Sendai, Jepang.

Din berpesan pada Pimpinan AUM Pendidikan dan Kesehatan untuk menunjukkan kemajuan sesuai etos kerja Muhammadiyah.” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Itulah orang-orang sukses. Sekolah Muhammadiyah maju kalau pimpinannya kompak. Kepala sekolah harus punya kapasitas / kemampuan tambahan sebagai penunjang”, ujarnya.

Din juga mengingatkan Pelajar Muhammadiyah jangan kalah dengan sekolah lain. Fastabiqul khoerot. Tidak cukup ikut perlombaan saja tapi juga harus juara. Tidak cukup ‘to be good is not enough’ tapi harus ‘why not the best ?’ Harus berprestasi dan menjadi juara. (dzar)

Tantangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang bergerak di berbagai bidang kehidupan. Gerakan Islam yang didirikan oleh KHA Dahlan ini bukan hanya dikenal bergerak di ranah pembaruan keagamaan saja, tapi juga di bidang pelayanan sosial, kesehatan, ekonomi, penanggulangan bencana, dan yang paling utama adalah bidang pendidikan. Berdasarkan data yang terbaru, dalam dunia pendidikan Muhammadiyah memiliki TK/TPQ (4.623), SD/MI (2.604), SMP/MTs (1772), SMA/SMK/MA (1.143), SLB (71), serta Perguruan Tinggi Muhammadiyah berjumlah 172 (www.muhammadiyah.or.id). Data tersebut hanya menyebutkan amal usaha di bidang pendidikan, belum menyebutkan jumlah amal usaha di bidang kesehatan, pelayanan sosial, dan ekonomi. Maka tidak heran bila James L. Peacock, antropolog Amerika Serikat, menyebut Muhammadiyah sebagai organisasi reformis Islam yang memiliki gerakan amal terbesar di Asia Tenggara atau bahkan di seluruh dunia.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) secara keseluruhan berjumlah 172. Jumlah itu berasal dari 159 PTM yang berada di bawah naungan Muhammadiyah dan 13 Perguruan Tinggi dibawah Aisyiyah (Nashir, 2014). Lebih lanjut, PTM tersebut mempunyai berbagai macam bentuk institusi mulai dari Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik. Mereka  tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari propinsi ujung timur (Papua) hingga barat (Nanggroe Aceh Darussalam) dengan berbagai jenis institusi, fakultas, dan program studi yang ditawarkan. Tentu ini jumlah yang sangat besar, bahkan melebihi Perguruan Tinggi Negeri yang ada.
Muhammadiyah melalui PTM membantu meringankan tanggung jawab negara Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. PTM mendidik dan mencerdaskan anak bangsa untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Membekali mereka bukan hanya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian, tapi juga nilai-nilai ke-islaman dan kemuhammadiyah yang berkemajuan sesuai semangat zaman. Ribuan bahkan jutaan mahasiswa alumni PTM tersebar di berbagai macam pekerjaan, mulai dari PNS, pendidik, karyawan swasta, wiraswastawan, birokrat, hingga politisi. Mereka berkiprah di dunia kerja dan juga berpartisipasi dalan dunia kemasyarakatan, secara langsung maupun tidak langsung juga ikut menggerakkan kehidupan bangsa Indonesia dengan posisi, peran, dan fungsi yang beraneka ragam.
Melihat jumlah PTM yang demikian banyak tentu menjadi prestasi tersendiri bagi gerakan Muhammadiyah dibandingkan dengan gerakan Islam atau ormas lainnya di Indonesia. Dari segi kuantitatif hampir mustahil bagi ormas lain menyalip Muhammadiyah dalam membangun PTM dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Mengapa demikian? Tentu ada alasan yang melatarbelakanginya.
Menurut Tobroni (2013) ada empat pilar yang menjadikan PTM terus berkembang secara dinamis. Pertama, spirit al Islam dan kemuhammadiyah sebagai dasar untuk menjadikan PTM sebagai sarana untuk mencerahkan umat islam, bangsa Indonesia, dan umat manusia. Kedua, keberadaan PTM tidak bisa dilepaskan dari Persyarikatan Muhammadiyah sebagai pelopor pendirian. Muhammadiyah secara kultural maupun organisatoris sebagai basis sosial yang menjadi pijakan dan dukungan ketika pertama kali muncul, berkembang, dan maju seperti sekarang ini.  Nama “Muhammadiyah” dibelakang “Universitas” menjadi modal sosial dan modal simbolik yang sangat berharga. Sehingga wajar bila banyak masyarakat menaruh kepercayaan terhadap PTM karena identitas (simbolik) Muhammadiyah dan jaringan (Sosial) yang dimilikinya. Ketiga, Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti) merupakan institusi yang membantu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam mengoordinasikan dan meningkatkan kualitas pengelolaan PTM. Melalui majelis inilah perkambangan dan segala macam problematika PTM diseluruh Indonesia dipantu dan dipecahkan. Majelis Dikti juga bekerja untuk memfasilitasi pengembangan kapasitas good university governance PTM seluruh Indonesia. Terakhir  keempat, Pimpinan PTM-lah yang menjadi ujung tombak. Mereka yang setiap hari memimpin, menggerakan dan mengembangkan PTM. Kepemimpinan yang visioner, kreatif, inovatif, berani membuat terobosan dalam mengembangkan PTM sangat dibutuhkan di lingkungan PTM. Keterpaduan empat pilar ini menjadi dasar dalam pengembangan PTM.
Apa yang telah dicapai oleh Muhammadiyah dalam mengembangkan PTM-nya tentu perlu disyukuri oleh warga Muhammadiyah. Meskipun demikian jangan sampai membuat terlena dan merasa puas terhadap apa yang telah diraih selama ini. Secara kuantitas tentu sudah lebih dari cukup, tahap selanjutnya adalah meningkatkan dan menjaga kualitas PTM agar dapat terus berdaya saing, baik di level lokal, nasional, regional, bahkan hingga dunia Internasional. Untuk itu ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh pengambil kebijakan baik itu Persyarikatan Muhammadiyah, Majelis Dikti, BPH, dan Pimpinan PTM. Yaitu antara lain;
Pertama, berdasarkan akreditas institusi secara keseluruhan yang dilakukan oleh Badan Akreditas Nasional (BAN), dari keseluruhan PTM se-Indonesia hanya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang mendapatkan nilai A. Artinya kualitas kedua PTM tersebut sudah setara dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang juga terakreditasi A, seperti UGM, UI, ITB, Unair, dan lainnya. Padahal tidak semua PTN mendapatkan akreditasi A secara institusi, tentu ini sebuah prestasi yang layak untuk diteladani dan diikuti oleh PTM lainnya yang belum memperoleh akreditasi A. Sebaliknya, PTM yang sudah terakreditasi A perlu membagi pengalaman dan kerjasama dengan PTM lainnya untuk mampu meningkatkan kemampuan institusional yang unggul.
Kedua, PTM perlu terus untuk meningkatkan kualitas baik secara kelembangan maupun sumberdaya manusianya. Sebagai institusi pendidikan tinggi tentu PTM harus melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Ketiga aspek ini harus terus ditingkatkan, khususnya di aspek penelitian dan penerbitan. Sudah menjadi rahasia umum kalau penelitian dan penerbitan (hampir PTdi seluruh Indonesia) masih sangat kurang. PTM harus mengisi kekurangan ini dengan meningkatkan secara optimal fungsi pengkajian, penelitian, dan penerbitan. Degan ketiga aktivitas itulah ilmu pengetahuan dapat berkembangan, disebarkan dan bermanfaat luas. Pelan-pelan tapi pasti harus diseimbangkan, PTM yang hanya menitikberatkan pada pengajaran saja, menjadi PTM yang mampu memberi porsi yang sama antara pengajaran dan penelitian.
Ketiga, semangat kewirausahaan harus tumbuh dan berkembang di kalangan pengelola PTM. Pembiayaan PTM selama ini sebagian besar berasal dari dana mahasiswa, bantuan hibah pemerintah, dan bantuan lainnya. Beberapa PTM, semisal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan UMY mencoba membangun sayap bisnis dalam rangka membangun kemandirian untuk jangka panjang. UMM telah memiliki hotel, pom bensin, toko buku, bahkan terakhir membeli wahana wisata Sengkaling. UMY memiliki BMT dan Perusahaan Travelling. Ke depan PTM perlu membuat alternatif pendanaan di luar dana yang berasal dari Mahasiswa, diperlukan lini bisnis yang mampu menopang pengembangan kampus serta kesejahteraan dosen dan karyawannya.
Keempat, dalam amatan Anthony Welch (2012), seorang ahli pendidikan tinggi dari Universitas Sydney, melihat bahwa Perguruan Tinggi di Indonesia masih belum mampu melakukan regionalisasi di kawasan Asia Tenggara. Baik PTN dan PTS Indonesia masih kalah bersaing dengan Universitas-Universitas yang berasal dari Thailand, Malaysia, Filipina, dan pastinya juga Singapura. Regionalisasi yang dimaksud adalah upaya membangun jejaring dan kerjasana dengan kampus-kampus yang berada di kawasan (regional) Asia Tenggara atau pun di kawasan Asia Pasifik. Peran Perguruan Tinggi Indonesia masih sangat minim kalau tidak boleh mengatakan marjinal. Hal ini bisa dilihat dari belum optimal partisipasi kampus-kampus Indonesia di ASEAN Universities Networks dan SEAMEO RIHED (South-East Asian Ministry of Education Organization Regional Centre for Higher Education and Development).
PTM harus menyadari bahwa dengan berjejaring dan kerjasama dengan berbagai kampus baik dalam maupun luar negeri, dengan kampus di kawasan Asia Tenggara atau bahkan di seluruh dunia akan juga memacu semangat untuk terus meningkatkan kualitas institusi dan sumberdaya manusia.  Minimal PTM yang belum maju bisa berjejaring dan kerjasama dengan PTN dan PTM yang sudah maju. Dengan harapan mampu mereduplikasi, menyerap, dan mencontoh tata kelola yang baik, budaya akademik yang unggul, serta semangat untuk terus bekerja secara kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan upaya serius tersebut, saya yakin PTM akan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan iptek dan ikut meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan. Semoga.

Oleh Moh. Mudzakkir, MA.
Dosen Sosiologi Pendidikan dan Peminat Higher Education Studies
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Sumber : www.khittah.com